Zelensky: Ukraina akan Danai Pertahanan dengan Aset Rusia yang Disita
loading...
A
A
A
KIEV - Presiden Volodymyr Zelensky mengumumkan Ukraina akan membentuk dana pertahanan baru yang mencakup aset-aset Rusia yang disita sebagai salah satu sumber pendanaan utamanya.
“Langkah ini bertujuan memberikan sumber daya tambahan kepada pihak berwenang di Kiev untuk meningkatkan produksi militer, menciptakan program pertahanan baru dan mendukung pasukan negara tersebut,” ungkap Zelensky, berbicara pada Jumat di forum Industri Pertahanan Internasional pertama di ibukota Ukraina.
“Dana tersebut akan diisi kembali dengan dividen dari aset pertahanan negara dan keuntungan dari penjualan aset sitaan Rusia,” papar dia.
Pemimpin Ukraina tersebut tidak merinci apakah yang dimaksudnya adalah cadangan emas dan valas Rusia senilai hampir USD300 miliar yang telah dibekukan negara-negara Barat, atau mengenai properti milik Rusia di Ukraina, yang disita setelah peluncuran operasi militer Moskow pada Februari 2022.
Rusia menggambarkan pemblokiran asetnya di Barat sebagai “pencurian.” Menurut sekretaris pers Kremlin, Dmitry Peskov, “tindakan tersebut adalah tindakan yang benar-benar ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional dan merupakan perambahan terhadap properti negara dan swasta oleh AS dan sekutunya.”
Dana tersebut tetap disalurkan meskipun terdapat defisit sebesar USD24 miliar dalam anggaran Ukraina pada tahun 2024.
Kiev sangat bergantung pada dana yang disediakan oleh negara-negara Barat untuk menjalankan fungsinya.
Dalam artikelnya untuk Bloomberg awal pekan ini, Niall Ferguson, Senior Fellow di Hoover Institution di Universitas Stanford, mengatakan, “Sekitar 70% anggaran Ukraina ditanggung oleh bantuan internasional.”
Zelensky juga mengatakan dalam forum tersebut, Aliansi Industri Pertahanan antara Ukraina dan produsen senjata asing, yang berupaya “membangun persenjataan dunia bebas bersama dengan Ukraina,” telah dibentuk.
Menurut Kementerian Luar Negeri Ukraina, sejauh ini sekitar 38 perusahaan dari 19 negara telah setuju bergabung dengan aliansi tersebut.
“Prioritas kami adalah pengembangan produksi pertahanan menggunakan teknologi modern, termasuk produksi peluru, rudal, dan drone di Ukraina, bekerja sama dengan para pemimpin global di bidang ini,” ujar presiden.
“Persyaratan khusus” akan ditawarkan kepada perusahaan asing yang bersedia bekerja sama dengan Ukraina dalam pembuatan senjata, menurut dia.
Namun awal pekan ini, kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov mengklaim negaranya masih mentransfer sebagian produksi pertahanannya ke luar negeri, karena ancaman serangan jarak jauh Rusia.
“Sayangnya, Rusia menyerang tempat perakitan rudal… Sekarang kami telah memindahkan sebagian produksinya ke luar negara kami,” ungkap dia kepada surat kabar Spanyol ABC, tanpa mengungkapkan rincian lebih lanjut.
Setelah Grup Rheinmetall Jerman, produsen tank Leopard 2, mengumumkan pada musim panas bahwa mereka berencana mendirikan pabrik di Ukraina, Rusia memperingatkan fasilitas tersebut akan menjadi “target sah” bagi pasukannya.
“Langkah ini bertujuan memberikan sumber daya tambahan kepada pihak berwenang di Kiev untuk meningkatkan produksi militer, menciptakan program pertahanan baru dan mendukung pasukan negara tersebut,” ungkap Zelensky, berbicara pada Jumat di forum Industri Pertahanan Internasional pertama di ibukota Ukraina.
“Dana tersebut akan diisi kembali dengan dividen dari aset pertahanan negara dan keuntungan dari penjualan aset sitaan Rusia,” papar dia.
Pemimpin Ukraina tersebut tidak merinci apakah yang dimaksudnya adalah cadangan emas dan valas Rusia senilai hampir USD300 miliar yang telah dibekukan negara-negara Barat, atau mengenai properti milik Rusia di Ukraina, yang disita setelah peluncuran operasi militer Moskow pada Februari 2022.
Rusia menggambarkan pemblokiran asetnya di Barat sebagai “pencurian.” Menurut sekretaris pers Kremlin, Dmitry Peskov, “tindakan tersebut adalah tindakan yang benar-benar ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional dan merupakan perambahan terhadap properti negara dan swasta oleh AS dan sekutunya.”
Dana tersebut tetap disalurkan meskipun terdapat defisit sebesar USD24 miliar dalam anggaran Ukraina pada tahun 2024.
Kiev sangat bergantung pada dana yang disediakan oleh negara-negara Barat untuk menjalankan fungsinya.
Dalam artikelnya untuk Bloomberg awal pekan ini, Niall Ferguson, Senior Fellow di Hoover Institution di Universitas Stanford, mengatakan, “Sekitar 70% anggaran Ukraina ditanggung oleh bantuan internasional.”
Zelensky juga mengatakan dalam forum tersebut, Aliansi Industri Pertahanan antara Ukraina dan produsen senjata asing, yang berupaya “membangun persenjataan dunia bebas bersama dengan Ukraina,” telah dibentuk.
Menurut Kementerian Luar Negeri Ukraina, sejauh ini sekitar 38 perusahaan dari 19 negara telah setuju bergabung dengan aliansi tersebut.
“Prioritas kami adalah pengembangan produksi pertahanan menggunakan teknologi modern, termasuk produksi peluru, rudal, dan drone di Ukraina, bekerja sama dengan para pemimpin global di bidang ini,” ujar presiden.
“Persyaratan khusus” akan ditawarkan kepada perusahaan asing yang bersedia bekerja sama dengan Ukraina dalam pembuatan senjata, menurut dia.
Namun awal pekan ini, kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov mengklaim negaranya masih mentransfer sebagian produksi pertahanannya ke luar negeri, karena ancaman serangan jarak jauh Rusia.
“Sayangnya, Rusia menyerang tempat perakitan rudal… Sekarang kami telah memindahkan sebagian produksinya ke luar negara kami,” ungkap dia kepada surat kabar Spanyol ABC, tanpa mengungkapkan rincian lebih lanjut.
Setelah Grup Rheinmetall Jerman, produsen tank Leopard 2, mengumumkan pada musim panas bahwa mereka berencana mendirikan pabrik di Ukraina, Rusia memperingatkan fasilitas tersebut akan menjadi “target sah” bagi pasukannya.
(sya)