Pasukan Irak Serang Kantong Terakhir ISIS di Mosul

Senin, 15 Mei 2017 - 05:42 WIB
Pasukan Irak Serang Kantong Terakhir ISIS di Mosul
Pasukan Irak Serang Kantong Terakhir ISIS di Mosul
A A A
BAGHDAD - Pertempuran untuk merebut Mosul dari tangan ISIS mendekati akhir setelah berlangsung selama tujuh bulan yang melelahkan. Pasukan Irak yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) masuk lebih dalam ke kantong terakhir Mosul yang dikendalikan oleh militan ISIS.

Militan ISIS telah didepak dari semua distrik. Mereka kini hanya berada di beberapa distrik di bagian barat Mosul, termasuk Kota Tua yang diharapkan menjadi basis terakhir dengan memanfaatkan jalan-jalan sempit dan padatnya penduduk sebagai perlindungan.

Brigadir Jenderal Yahya Rasoul mengatakan daerah yang dikuasai oleh ISIS tidak lebih dari 9 persen di Mosul barat, yang terbagi oleh Sungai Tigris.

"Ini daerah yang sangat kecil. Insya Allah, ini adalah fase terakhir," katanya seperti dikutip dari Reuters, Senin (15/5/2017).

Menurut sebuah pernyataan dari Komando Operasi Bersama Pasukan elit Kontra Terorisme Irak, CTS, telah menyerbu distrik Ureibi dan Rifaie pada Minggu subuh kemarin. Pada saat yang sama, tentara divisi kesembilan dan Divisi Tanggap Darurat Kementerian Dalam Negeri menyerang benteng ISIS di 17 Tammouz.

"ISIS sedang menarik napas terakhirnya. Pejuang ISIS terpecah dan dengan cepat mundur dari depan," komandan divisi kesembilan, Letnan Jenderal Qasim Nazzal.

Dengan jumlah yang jauh lebih rendah dari jumlah pasukan yang beraksi, militan tersebut bertempur dengan bom mobil bunuh diri dan penembak jitu yang berada di antara ratusan ribu warga sipil sehingga mereka secara efektif menjadi sandera.

Kondisi warga sipil di wilayah yang dikendalikan militan sungguh memprihatinkan. Mereka terpaksa memakan rumput liar dan banyak yang terbunuh akibat serangan bom.

Jumlah orang yang melarikan diri dari Mosul telah meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 10.000 sehari sejak Jumat, menurut data pemerintah Irak.

Analis pertahanan dan mantan jendral Jasim al-Bahadli mengatakan bahwa strategi yang diadopsi oleh komandan Irak adalah untuk menyatukan militan yang tersisa menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kemudian menyerang mereka di banyak front untuk mengganggu komando dan kontrol mereka.

"Dengan mengambil kembali semua distrik di sekitar Kota Tua, militan tidak memiliki kesempatan untuk menerima bantuan atau dukungan," katanya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3833 seconds (0.1#10.140)