8 Dampak Penerapan Abraham Accords bagi Uni Emirat Arab selama 3 Tahun
loading...
A
A
A
ABU DHABI - Tiga tahun lalu, Amerika Serikat memediasi perjanjian antara Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain dan Israel, berjanji untuk menormalisasi hubungan antara negara-negara Teluk Arab dan Israel.
Sejak meresmikan Perjanjian Abraham pada September 2020, UEA dan Israel telah memperdalam hubungan mereka di sejumlah bidang ekonomi, serta pertahanan.
Beberapa bulan setelah kedua negara Arab menandatangani perjanjian tersebut, ada dua negara lain yang bergabung dalam perjanjian tersebut, yaitu Maroko dan Sudan, dan tampaknya AS mungkin berada di jalur yang tepat untuk menandatangani lebih banyak lagi negara Arab.
Namun dengan adanya pemerintahan sayap kanan Israel saat ini, beberapa orang percaya bahwa perluasan perjanjian tersebut telah terhenti, setidaknya untuk saat ini. Dan tiga tahun kemudian, UEA menghadapi tantangan dalam bekerja sama dengan pemerintah Israel yang paling ekstrem yang pernah ada.
Foto/Reuters
UEA memandang dirinya sebagai penentu tren di kawasan ini, dengan kebijakan luar negeri independen yang bertujuan memajukan kepentingan nasionalnya.
Dan negara ini mendapat manfaat dari perjanjian tersebut, dengan 450.000 orang Israel mengunjungi UEA antara Januari 2021 dan Januari 2023 dan perusahaan-perusahaan Israel juga melakukan bisnis di negara Teluk tersebut.
“Bagi sejumlah besar wisatawan [Israel]… [normalisasi] ini berdampak positif karena [memungkinkan] warga negara non-dual untuk menjelajahi negara-negara baru dan mempersingkat perjalanan udara ketika negara-negara membuka wilayah udara mereka,” ungkap Mira al-Hussein, sosiolog Emirat dan peneliti pascadoktoral di Universitas Oxford, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Bagi pengusaha Israel juga, Teluk adalah pasar baru… Bagi banyak warga Israel yang tidak senang dengan kesengsaraan ekonomi di negara mereka, UEA menjadi tujuan para pencari kerja,” tambahnya.
Foto/Reuters
Namun berurusan dengan pemerintah Israel yang terdiri dari Bezalel Smotrich, Itamar Ben-Gvir, dan kelompok garis keras sayap kanan lainnya yang berkuasa tahun lalu adalah hal yang sulit bagi Abu Dhabi.
Sejak meresmikan Perjanjian Abraham pada September 2020, UEA dan Israel telah memperdalam hubungan mereka di sejumlah bidang ekonomi, serta pertahanan.
Beberapa bulan setelah kedua negara Arab menandatangani perjanjian tersebut, ada dua negara lain yang bergabung dalam perjanjian tersebut, yaitu Maroko dan Sudan, dan tampaknya AS mungkin berada di jalur yang tepat untuk menandatangani lebih banyak lagi negara Arab.
Namun dengan adanya pemerintahan sayap kanan Israel saat ini, beberapa orang percaya bahwa perluasan perjanjian tersebut telah terhenti, setidaknya untuk saat ini. Dan tiga tahun kemudian, UEA menghadapi tantangan dalam bekerja sama dengan pemerintah Israel yang paling ekstrem yang pernah ada.
Berikut adalah 8 dampak penerapan Abraham Accords bagi Uni Emirat Arab.
1. Banjir Wisatawan Israel ke UEA
Foto/Reuters
UEA memandang dirinya sebagai penentu tren di kawasan ini, dengan kebijakan luar negeri independen yang bertujuan memajukan kepentingan nasionalnya.
Dan negara ini mendapat manfaat dari perjanjian tersebut, dengan 450.000 orang Israel mengunjungi UEA antara Januari 2021 dan Januari 2023 dan perusahaan-perusahaan Israel juga melakukan bisnis di negara Teluk tersebut.
“Bagi sejumlah besar wisatawan [Israel]… [normalisasi] ini berdampak positif karena [memungkinkan] warga negara non-dual untuk menjelajahi negara-negara baru dan mempersingkat perjalanan udara ketika negara-negara membuka wilayah udara mereka,” ungkap Mira al-Hussein, sosiolog Emirat dan peneliti pascadoktoral di Universitas Oxford, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Bagi pengusaha Israel juga, Teluk adalah pasar baru… Bagi banyak warga Israel yang tidak senang dengan kesengsaraan ekonomi di negara mereka, UEA menjadi tujuan para pencari kerja,” tambahnya.
2. Pemerintahan Sayap Kanan Israel Persulit Posisi UEA
Foto/Reuters
Namun berurusan dengan pemerintah Israel yang terdiri dari Bezalel Smotrich, Itamar Ben-Gvir, dan kelompok garis keras sayap kanan lainnya yang berkuasa tahun lalu adalah hal yang sulit bagi Abu Dhabi.