Kim Jong-un Kunjungi Pabrik Jet Tempur Rusia, AS Cs Ketar-ketir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengunjungi pabrik jet tempur Rusia yang berada di bawah sanksi Barat pada Jumat (15/9/2023). Ini membuat Amerika Serikat (AS) dan sekutunya khawatir dapat memperkuat militer Rusia di Ukraina dan mendukung program rudal Pyongyang.
Kim (39) mengunjungi fasilitas penerbangan di kota Komsomolsk-on-Amur di timur jauh Rusia, Pabrik Penerbangan Yuri Gagarin dan pabrik Yakovlev. Keduanya merupakan unit United Aircraft Corporation, yang dijatuhi sanksi oleh Barat.
Pemerintah Rusia mengatakan di pabrik Gagarin, yang juga secara khusus disanksi oleh AS, Kim memeriksa bengkel perakitan tempat pembuatan pesawat tempur multirole Sukhoi Su-35 dan Su-57, dengan dikawal oleh Wakil Perdana Menteri Denis Manturov.
Kim, yang mengenakan setelan jas dan didampingi oleh pejabat militer Korut berseragam militer, terlihat di televisi pemerintah Rusia dengan cermat memeriksa kokpit sebuah jet tempur saat pejabat Rusia menjelaskan kemampuannya melalui seorang penerjemah.
Dia kemudian memeriksa bengkel tempat kompartemen badan pesawat dan perakitan sayap Sukhoi Superjet 100 Rusia dibuat sebelum menyaksikan demonstrasi penerbangan Su–35. Dia tampak mengangguk saat jet tempur itu beraksi.
Rusia telah berusaha keras untuk mempublikasikan kunjungan tersebut dan berulang kali memberikan petunjuk tentang prospek kerja sama militer dengan Korut, yang dibentuk pada tahun 1948 dengan dukungan Uni Soviet.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong-un diketahui membahas masalah militer, perang di Ukraina, dan memperdalam kerja sama dengan Korut ketika mereka bertemu pada Rabu lalu.
Bagi Putin, yang mengatakan bahwa Rusia sedang terlibat dalam pertarungan sengit dengan Barat mengenai Ukraina, pendekatan terhadap Kim memungkinkan dia untuk menyerang Washington dan sekutu-sekutunya di Asia, sekaligus berpotensi mengamankan pasokan artileri dalam jumlah besar untuk perang di Ukraina.
Terkait hal itu, Korea Selatan (Korsel) dan AS mengatakan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia merupakan pelanggaran terhadap sanksi PBB dan bahwa sekutu akan memastikan ada harga yang harus dibayar.
Washington sebelumnya menuduh Korut menyediakan senjata untuk Rusia, yang memiliki gudang hulu ledak nuklir terbesar di dunia, namun tidak diketahui apakah ada pengiriman yang dilakukan.
AS dan Korsel tampak waswas dengan kembalinya persahabatan Moskow dengan Pyongyang yang mereka khawatirkan dapat memberi Kim akses terhadap beberapa rudal sensitif Rusia dan teknologi lainnya.
Para pejabat Amerika dan Korsel meminta Moskow untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
“Kami sepakat untuk bekerja sama untuk memastikan ada harga yang harus dibayar atas pelanggaran berat terhadap resolusi Dewan Keamanan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin pada konferensi pers di Seoul seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional yang sedang mengunjungi Seoul, Bonnie Jenkins, mengatakan bahwa AS mengecam keras peningkatan kerja sama pertahanan dan politik antara Pyongyang dan Moskow.
“Tentu saja laporan baru-baru ini mengenai potensi penjualan senjata antara Korea Utara dan Rusia sangat memprihatinkan. Setiap transfer senjata seperti itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB,” ujarnya.
Namun masih belum jelas apa pengaruh AS dan sekutunya di Asia seperti Korsel dan Jepang, jika ada, terhadap Rusia atau Korut, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan China.
Tidak ada komentar baik dari Kim maupun Putin mengenai peringatan AS tersebut, meskipun diplomat Rusia menolak kritik tersebut.
Mereka mengatakan bahwa Washington tidak punya hak untuk menceramahi Moskow setelah AS mendukung sekutu-sekutunya di seluruh dunia, termasuk dengan kunjungan kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir AS ke Korsel pada bulan Juli.
Departemen Luar Negeri AS pada Rabu lalu mengatakan bahwa pemerintahan Biden tidak akan ragu untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia dan Korut jika mereka mencapai kesepakatan senjata baru.
Kremlin mengatakan pihaknya mematuhi sanksi PBB namun memiliki hak untuk mengembangkan hubungan bertetangga, termasuk dalam topik-topik sensitif.
Kim tiba di Rusia dengan kereta khusus pada hari Selasa lalu, mengadakan pertemuan puncak dengan Putin pada hari Rabu di Vostochny dan tampaknya menghabiskan sebagian besar hari Kamisnya dalam perjalanan sebelum muncul di Komsomolsk-on-Amur, 6.000 km sebelah timur Moskow, pada hari Jumat.
Limusin Maybach miliknya terekam sedang dibawa ke keretanya pada hari Jumat di Komsomolsk-on-Amur dengan bantuan platform khusus.
Kim (39) mengunjungi fasilitas penerbangan di kota Komsomolsk-on-Amur di timur jauh Rusia, Pabrik Penerbangan Yuri Gagarin dan pabrik Yakovlev. Keduanya merupakan unit United Aircraft Corporation, yang dijatuhi sanksi oleh Barat.
Pemerintah Rusia mengatakan di pabrik Gagarin, yang juga secara khusus disanksi oleh AS, Kim memeriksa bengkel perakitan tempat pembuatan pesawat tempur multirole Sukhoi Su-35 dan Su-57, dengan dikawal oleh Wakil Perdana Menteri Denis Manturov.
Kim, yang mengenakan setelan jas dan didampingi oleh pejabat militer Korut berseragam militer, terlihat di televisi pemerintah Rusia dengan cermat memeriksa kokpit sebuah jet tempur saat pejabat Rusia menjelaskan kemampuannya melalui seorang penerjemah.
Dia kemudian memeriksa bengkel tempat kompartemen badan pesawat dan perakitan sayap Sukhoi Superjet 100 Rusia dibuat sebelum menyaksikan demonstrasi penerbangan Su–35. Dia tampak mengangguk saat jet tempur itu beraksi.
Rusia telah berusaha keras untuk mempublikasikan kunjungan tersebut dan berulang kali memberikan petunjuk tentang prospek kerja sama militer dengan Korut, yang dibentuk pada tahun 1948 dengan dukungan Uni Soviet.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong-un diketahui membahas masalah militer, perang di Ukraina, dan memperdalam kerja sama dengan Korut ketika mereka bertemu pada Rabu lalu.
Bagi Putin, yang mengatakan bahwa Rusia sedang terlibat dalam pertarungan sengit dengan Barat mengenai Ukraina, pendekatan terhadap Kim memungkinkan dia untuk menyerang Washington dan sekutu-sekutunya di Asia, sekaligus berpotensi mengamankan pasokan artileri dalam jumlah besar untuk perang di Ukraina.
Terkait hal itu, Korea Selatan (Korsel) dan AS mengatakan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia merupakan pelanggaran terhadap sanksi PBB dan bahwa sekutu akan memastikan ada harga yang harus dibayar.
Washington sebelumnya menuduh Korut menyediakan senjata untuk Rusia, yang memiliki gudang hulu ledak nuklir terbesar di dunia, namun tidak diketahui apakah ada pengiriman yang dilakukan.
AS dan Korsel tampak waswas dengan kembalinya persahabatan Moskow dengan Pyongyang yang mereka khawatirkan dapat memberi Kim akses terhadap beberapa rudal sensitif Rusia dan teknologi lainnya.
Para pejabat Amerika dan Korsel meminta Moskow untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
“Kami sepakat untuk bekerja sama untuk memastikan ada harga yang harus dibayar atas pelanggaran berat terhadap resolusi Dewan Keamanan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chang Ho-jin pada konferensi pers di Seoul seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional yang sedang mengunjungi Seoul, Bonnie Jenkins, mengatakan bahwa AS mengecam keras peningkatan kerja sama pertahanan dan politik antara Pyongyang dan Moskow.
“Tentu saja laporan baru-baru ini mengenai potensi penjualan senjata antara Korea Utara dan Rusia sangat memprihatinkan. Setiap transfer senjata seperti itu merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB,” ujarnya.
Baca Juga
Namun masih belum jelas apa pengaruh AS dan sekutunya di Asia seperti Korsel dan Jepang, jika ada, terhadap Rusia atau Korut, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan China.
Tidak ada komentar baik dari Kim maupun Putin mengenai peringatan AS tersebut, meskipun diplomat Rusia menolak kritik tersebut.
Mereka mengatakan bahwa Washington tidak punya hak untuk menceramahi Moskow setelah AS mendukung sekutu-sekutunya di seluruh dunia, termasuk dengan kunjungan kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir AS ke Korsel pada bulan Juli.
Departemen Luar Negeri AS pada Rabu lalu mengatakan bahwa pemerintahan Biden tidak akan ragu untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia dan Korut jika mereka mencapai kesepakatan senjata baru.
Kremlin mengatakan pihaknya mematuhi sanksi PBB namun memiliki hak untuk mengembangkan hubungan bertetangga, termasuk dalam topik-topik sensitif.
Kim tiba di Rusia dengan kereta khusus pada hari Selasa lalu, mengadakan pertemuan puncak dengan Putin pada hari Rabu di Vostochny dan tampaknya menghabiskan sebagian besar hari Kamisnya dalam perjalanan sebelum muncul di Komsomolsk-on-Amur, 6.000 km sebelah timur Moskow, pada hari Jumat.
Limusin Maybach miliknya terekam sedang dibawa ke keretanya pada hari Jumat di Komsomolsk-on-Amur dengan bantuan platform khusus.
Baca Juga
(ian)