10 Fakta Mohamed Al Fayed, Pria Mesir yang Mengguncang Kerajaan Inggris

Sabtu, 02 September 2023 - 17:30 WIB
loading...
A A A
Pada penyelidikan kecelakaan, dia secara verbal melecehkan ibu sang putri, Frances Shand Kydd, dengan mengatakan: "Saya tidak peduli tentang dia. Dia sombong."

8. Menuding MI6 Dalangi Pembunuhan Putri Diana dan Dodi

Bertahun-tahun setelah kecelakaan itu, Al Fayed terus menyalahkan pihak yang disebutnya "kemapanan" atas kematian Dodi dan Diana.

Pada bulan Februari 2008, dia memberikan bukti pada pemeriksaan kematian yang mengklaim pasangan tersebut dibunuh atas perintah Pangeran Philip dan dengan kerjasama MI6.

Ucapannya dikecam secara luas dan, kesimpulannya, petugas koroner mengatakan bahwa "teori konspirasi yang dikemukakan oleh Mohamed Fayed telah diperiksa dengan cermat dan terbukti tidak memiliki substansi apa pun".

9. Menjual Harrods ke Qatar Holdings

10 Fakta Mohamed Al Fayed, Pria Mesir yang Mengguncang Kerajaan Inggris

Foto/Reuters

Pada tahun 2010, setelah berbulan-bulan menyangkal Harrods dijual, dia menjual bisnisnya ke Qatar Holdings seharga ÂŁ1,5 miliar. Hampir setengah dari harga pembelian digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

Dalam sebuah wawancara dengan London Evening Standard, Al Fayed mengklaim dia telah menjual Harrods karena dia frustrasi dengan pengurus dana pensiun yang menghalangi upayanya untuk mendapatkan dividen.

"Saya di sini setiap hari, saya tidak bisa mengambil keuntungan karena saya harus meminta izin dari orang-orang idiot itu."

10. Membuat Film Dokumen tentang Teori Konspirasi Kematian Putranya

Masih merasa sedih atas kematian putranya, Al Fayed membiayai film dokumenter tahun 2011 berjudul Pembunuhan di Luar Hukum, yang mengulangi teori konspirasinya tentang kecelakaan di Paris.

Meskipun ditayangkan di festival film Cannes, masalah hukum menghalangi penayangannya secara umum.

Al Fayed tidak pernah memaafkan negara angkatnya karena menolak kewarganegaraan yang sangat ia dambakan.

Skandal politik dan tuduhan atas kematian Dodi dan Diana, dipandang oleh banyak orang sebagai balas dendamnya terhadap sebuah lembaga yang tidak pernah menerima dia sebagai bagian dari partainya.
(ahm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)