Mengapa Negara di Benua Afrika Banyak Mengalami Kudeta? Ternyata Ini Jawabannya

Minggu, 20 Agustus 2023 - 15:51 WIB
loading...
Mengapa Negara di Benua Afrika Banyak Mengalami Kudeta? Ternyata Ini Jawabannya
Kudeta Niger mendapatkan dukungan dari rakyat. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Kudeta merupakan suatu tindakan yang melanggar konstitusi untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Kudeta sering terjadi di negara-negara yang memiliki sistem politik yang lemah, tidak stabil, atau tidak demokratis.

Benua Afrika adalah salah satu wilayah yang paling sering mengalami kudeta, terutama di Afrika Barat dan Tengah. Menurut data dari Center for Systemic Peace, sejak tahun 1950 hingga 2020, terdapat 223 kudeta atau upaya kudeta di Afrika.

Lantas, mengapa kudeta bisa terjadi di sana? Berikut jawabannya.

Beberapa faktor yang dapat memicu kudeta di Afrika antara lain adalah ketidakpuasan militer terhadap kondisi sosial, ekonomi, atau politik. Selain itu, ada juga intervensi dari negara-negara asing atau organisasi internasional, dan krisis keamanan akibat konflik bersenjata atau terorisme.

Kudeta dapat memiliki dampak negatif bagi perkembangan demokrasi, stabilitas, dan pembangunan di Afrika. Kudeta juga bisa menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia, kekerasan sipil, pengucilan internasional, dan kemunduran ekonomi.

Dalam setahun terakhir, terdapat lima negara di Afrika yang mengalami kudeta atau upaya kudeta, yaitu Chad, Mali, Guinea, Sudan, dan Burkina Faso. Kelima negara tersebut mempunyai kasus yang berbeda.



Misalnya Chad, Presiden Idriss Deby Itno tewas dalam pertempuran melawan pemberontak pada 19 April 2021. Sehari kemudian, militer Chad mengambil alih kekuasaan dan menunjuk anak Deby, Mahamat Idriss Deby, sebagai pemimpin sementara.

Tak lama setelahnya ada pemberontakan di Mali. Kolonel Assimi Goita melakukan kudeta kedua kalinya pada 24 Mei 2021 dengan menangkap Presiden Bah Ndaw dan Perdana Menteri Mochtar Ouane yang memimpin pemerintahan transisi setelah kudeta pertama pada Agustus 2020. Goita kemudian mengangkat dirinya sebagai presiden transisi.



Jika dilihat dari permasalahannya, setiap negara tentu mempunyai masalah dan pola kudeta yang berbeda. Sehingga tidak bisa diketahui secara pasti penyebab terjadinya kudeta di berbagai negara Afrika.

Namun perlu disadari jika sebenarnya kudeta terjadi karena kurangnya komitmen dan dukungan dari komunitas internasional untuk mempromosikan dan melindungi demokrasi di benua Afrika.

Kudeta sendiri merupakan bagian dari hasil kegagalan atau ketidakpedulian dari aktor-aktor global, seperti PBB, Uni Afrika, atau negara-negara donor, untuk mencegah atau menanggapi kudeta dengan tegas dan konsisten.

Contohnya, dengan memberikan sanksi politik atau ekonomi terhadap para pelaku kudeta. Atau dengan memberikan bantuan teknis atau finansial untuk memperkuat institusi-institusi demokratis, seperti partai politik, media, atau masyarakat sipil.

Apabila sebagian aktor global mampu melindungi komitmen dan dukungan terhadap negara benua Afrika, maka tidak akan ada konflik yang berujung kudeta. Di sisi lain, setiap negara juga wajib mengetahui jika kudeta merupakan bagian dari pelanggaran.
(ahm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1238 seconds (0.1#10.140)