500 Tahanan di Bahrain Mogok Makan
loading...
A
A
A
Dia mengatakan ayahnya yakin dia telah dipilih untuk hukuman tambahan setelah menuntut agar para tahanan mendapat perhatian medis yang tepat.
Kurangnya perawatan medis, katanya, membahayakan nyawa sang ayah.
“Dia menderita aritmia jantung dan dia berisiko terkena serangan jantung atau stroke kapan saja. Kami percaya ayah saya membutuhkan operasi mendesak untuk memasang alat pacu jantung,” ujarnya.
Narapidana mengatakan penolakan perawatan medis, penggunaan kurungan isolasi dan pelecehan adalah hal biasa. Keluarga Ahmed Jaafar Mohamed Ali, seorang pembangkang yang diekstradisi dari Serbia ke Bahrain tahun lalu bertentangan dengan keputusan pengadilan hak asasi manusia Eropa karena khawatir dia akan disiksa di Bahrain, mengatakan dia telah ikut mogok makan.
Keluarganya mengatakan bahwa setelah Ali menuntut untuk menemui petugas jaga di Jau pada 15 Agustus, petugas tersebut datang dan menginstruksikan penjaga lain untuk menyemprotkan merica ke wajah Ali. Dia kemudian diikat, dengan tangan di belakang punggung dan di kaki, sebelum dibawa ke sel isolasi.
Pemerintah Bahrain telah dihubungi untuk memberikan komentar. Kantor ombudsman kementerian dalam negeri Bahrain mengatakan telah melakukan penyelidikan untuk memastikan para narapidana mendapatkan semua hak mereka, baik dari perawatan kesehatan, kunjungan atau kontak dengan keluarga mereka, dan tidak menjadi sasaran perlakuan buruk.
Maryam al-Khawaja menunjuk pada bantuan internasional luas yang diterima oleh otoritas Bahrain dari luar negeri, termasuk Inggris. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, bertemu dengan putra mahkota Bahrain, Salman Bin Hamad al Khalifa, pada bulan Juli.
Inggris juga meningkatkan pendanaan untuk kementerian dalam negeri dan badan keamanan Bahrain menjadi 1,8 juta poundsterling tahun lalu melalui dana strategi Teluk yang tidak jelas.
“Keluarga yang berkuasa tahu bahwa mereka sangat bergantung pada sekutu barat mereka … dalam banyak hal mereka (sekutu) telah memungkinkan rezim Bahrain untuk tetap berkuasa,” ucapnya.
Kurangnya perawatan medis, katanya, membahayakan nyawa sang ayah.
“Dia menderita aritmia jantung dan dia berisiko terkena serangan jantung atau stroke kapan saja. Kami percaya ayah saya membutuhkan operasi mendesak untuk memasang alat pacu jantung,” ujarnya.
Narapidana mengatakan penolakan perawatan medis, penggunaan kurungan isolasi dan pelecehan adalah hal biasa. Keluarga Ahmed Jaafar Mohamed Ali, seorang pembangkang yang diekstradisi dari Serbia ke Bahrain tahun lalu bertentangan dengan keputusan pengadilan hak asasi manusia Eropa karena khawatir dia akan disiksa di Bahrain, mengatakan dia telah ikut mogok makan.
Keluarganya mengatakan bahwa setelah Ali menuntut untuk menemui petugas jaga di Jau pada 15 Agustus, petugas tersebut datang dan menginstruksikan penjaga lain untuk menyemprotkan merica ke wajah Ali. Dia kemudian diikat, dengan tangan di belakang punggung dan di kaki, sebelum dibawa ke sel isolasi.
Pemerintah Bahrain telah dihubungi untuk memberikan komentar. Kantor ombudsman kementerian dalam negeri Bahrain mengatakan telah melakukan penyelidikan untuk memastikan para narapidana mendapatkan semua hak mereka, baik dari perawatan kesehatan, kunjungan atau kontak dengan keluarga mereka, dan tidak menjadi sasaran perlakuan buruk.
Maryam al-Khawaja menunjuk pada bantuan internasional luas yang diterima oleh otoritas Bahrain dari luar negeri, termasuk Inggris. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, bertemu dengan putra mahkota Bahrain, Salman Bin Hamad al Khalifa, pada bulan Juli.
Inggris juga meningkatkan pendanaan untuk kementerian dalam negeri dan badan keamanan Bahrain menjadi 1,8 juta poundsterling tahun lalu melalui dana strategi Teluk yang tidak jelas.
“Keluarga yang berkuasa tahu bahwa mereka sangat bergantung pada sekutu barat mereka … dalam banyak hal mereka (sekutu) telah memungkinkan rezim Bahrain untuk tetap berkuasa,” ucapnya.