Ternyata Jumlah Jamaah Haji Tak Hanya 1.000 Tapi 10.000 Orang
loading...
A
A
A
MAKKAH - Pandemi virus corona membuat jumlah jamaah haji saat ini berkurang drastis, dari biasanya sekitar 2,5 juta orang, kini jumlahnya dipangkas besar-besaran.
Awalnya otoritas Arab Saudi menyebut hanya sekitar 1.000 jamaah yang sudah tinggal di negara itu yang diizinkan berhaji. Namun berbagai laporan media lokal menyatakan jumlah jamaah haji yang diizinkan mencapai 10.000 orang.
Media asing pun segera merevisi jumlah jamaah tersebut menjadi 10.000 orang. Beberapa media asing yang merevisi jumlah itu antara lain kantor berita AFP, Reuters, Aljazeera, Hurriyet Daily News, dan Arabian Business.
“Sekitar 70% jamaah adalah warga asing yang tinggal di kerajaan dan sisanya warga Saudi,” ungkap otoritas Saudi, dilansir Hurriyet Daily News.
“Tak ada kekhawatiran terkait keamanan pada haji sekarang, tapi pengurangan jumlah itu untuk melindungi jamaah dari bahaya pandemi,” papar Khalid bin Qarar Al-Harbi, direktur keamanan publik Saudi.
Para jamaah diwajibkan memakai masker dan menerapkan social distancing selama menjalankan ritual haji yang berlangsung sekitar lima hari di kota suci Mekah dan sekitarnya.
Jamaah menjalani pemeriksaan suhu secara rutin dan ditempatkan di karantina saat mulai menuju mekah pada akhir pekan lalu.
Media menayangkan saat para pekerja kesehatan membersihkan koper jamaah. Para jamaah mendapat gelang elektronik sehingga otoritas dapat melacak keberadaannya secara langsung.
Para pekerja terlihat membersihkan daerah sekitar Kakbah. Otoritas telah memagari Kakbah tahun ini dan jamaah haji tak boleh menyentuhnya untuk membatasi peluang infeksi corona.
Otoritas juga mendirikan beberapa fasilitas kesehatan, klinik mobile dan ambulans untuk melayani para jamaah.
Media asing dilarang meliput haji tahun ini, karena pemerintah mengetatkan akses ke Makkah.
Para jamaah mendapatkan peralatan sanitasi, termasuk untuk sterilisasi kerikil yang akan digunakan untuk lempar jumrah. Mereka juga memperoleh disinfektan, masker, sajadah dan ihram.
“Saya tidak menduga, di antara jutaan Muslim, mendapat izin menjalankan haji. Ini perasaan luar biasa, terutama karena ini ibadah haji pertama saya,” tutur jamaah asal Uni Emirat Arab Abdullah al-Kathiri yang sebelumnya telah tinggal di Saudi.
Kementerian Haji menyatakan warga non-Saudi dari sekitar 160 negara bersaing dalam proses seleksi online tapi otoritas tidak menjelaskan berapa banyak orang yang mendaftar. (Lihat Infografis: 5 Wilayah di DKI Jakarta Zona Tinggi Risiko Penyebaran Covid-19)
Beberapa pendaftar mengaku kecewa karena pemerintah Saudi dianggap memilih peserta haji secara acak tanpa ketentuan yang jelas dan tak ada alasan penolakan aplikasi mereka. (Lihat Video: Penampakan Tawaf Ibadah Haji dalam Masa Pandemi di Masjidil Haram)
Namun Menteri Haji dan Umrah Saudi Mohammad Benten menegaskan prosesnya transparan. (Baca Juga: Aparat Saudi Tangkap 244 Orang yang Coba Masuk Secara Ilegal ke Situs Suci)
Awalnya otoritas Arab Saudi menyebut hanya sekitar 1.000 jamaah yang sudah tinggal di negara itu yang diizinkan berhaji. Namun berbagai laporan media lokal menyatakan jumlah jamaah haji yang diizinkan mencapai 10.000 orang.
Media asing pun segera merevisi jumlah jamaah tersebut menjadi 10.000 orang. Beberapa media asing yang merevisi jumlah itu antara lain kantor berita AFP, Reuters, Aljazeera, Hurriyet Daily News, dan Arabian Business.
“Sekitar 70% jamaah adalah warga asing yang tinggal di kerajaan dan sisanya warga Saudi,” ungkap otoritas Saudi, dilansir Hurriyet Daily News.
“Tak ada kekhawatiran terkait keamanan pada haji sekarang, tapi pengurangan jumlah itu untuk melindungi jamaah dari bahaya pandemi,” papar Khalid bin Qarar Al-Harbi, direktur keamanan publik Saudi.
Para jamaah diwajibkan memakai masker dan menerapkan social distancing selama menjalankan ritual haji yang berlangsung sekitar lima hari di kota suci Mekah dan sekitarnya.
Jamaah menjalani pemeriksaan suhu secara rutin dan ditempatkan di karantina saat mulai menuju mekah pada akhir pekan lalu.
Media menayangkan saat para pekerja kesehatan membersihkan koper jamaah. Para jamaah mendapat gelang elektronik sehingga otoritas dapat melacak keberadaannya secara langsung.
Para pekerja terlihat membersihkan daerah sekitar Kakbah. Otoritas telah memagari Kakbah tahun ini dan jamaah haji tak boleh menyentuhnya untuk membatasi peluang infeksi corona.
Otoritas juga mendirikan beberapa fasilitas kesehatan, klinik mobile dan ambulans untuk melayani para jamaah.
Media asing dilarang meliput haji tahun ini, karena pemerintah mengetatkan akses ke Makkah.
Para jamaah mendapatkan peralatan sanitasi, termasuk untuk sterilisasi kerikil yang akan digunakan untuk lempar jumrah. Mereka juga memperoleh disinfektan, masker, sajadah dan ihram.
“Saya tidak menduga, di antara jutaan Muslim, mendapat izin menjalankan haji. Ini perasaan luar biasa, terutama karena ini ibadah haji pertama saya,” tutur jamaah asal Uni Emirat Arab Abdullah al-Kathiri yang sebelumnya telah tinggal di Saudi.
Kementerian Haji menyatakan warga non-Saudi dari sekitar 160 negara bersaing dalam proses seleksi online tapi otoritas tidak menjelaskan berapa banyak orang yang mendaftar. (Lihat Infografis: 5 Wilayah di DKI Jakarta Zona Tinggi Risiko Penyebaran Covid-19)
Beberapa pendaftar mengaku kecewa karena pemerintah Saudi dianggap memilih peserta haji secara acak tanpa ketentuan yang jelas dan tak ada alasan penolakan aplikasi mereka. (Lihat Video: Penampakan Tawaf Ibadah Haji dalam Masa Pandemi di Masjidil Haram)
Namun Menteri Haji dan Umrah Saudi Mohammad Benten menegaskan prosesnya transparan. (Baca Juga: Aparat Saudi Tangkap 244 Orang yang Coba Masuk Secara Ilegal ke Situs Suci)
(sya)