China Peringatkan Singapura: AS Pengacau Terbesar di Dunia
loading...
A
A
A
BEIJING - Berbicara kepada Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong pada Jumat (11/8/2023), Menteri Luar Negeri China Wang Yi memperingatkan, salah satu mitra geopolitik terbesar Singapura, Amerika Serikat (AS), akan menjadi sumber kekacauan dan ketidakstabilan yang tidak pernah berakhir.
“Amerika Serikat, karena motifnya untuk mempertahankan hegemoni unipolar, tidak mau melihat perkembangan dan revitalisasi China dan negara berkembang lainnya,” ujar Wang kepada Lee.
“Di satu sisi, itu (AS) membenarkan dan mendukung pasukan kemerdekaan Taiwan yang mengandalkan Amerika Serikat untuk mencari kemerdekaan, mencoba melewati garis merah China,” ujar Wang.
“Di sisi lain, itu (AS) menghilangkan persaingan yang adil dan memaksa negara lain melakukan proteksionisme sepihak terhadap China. Praktik sesat ini hanya akan merusak kredibilitasnya sendiri, mengungkapkan fakta Amerika Serikat telah menjadi faktor destabilisasi terbesar di dunia,” tegas dia.
Wang sedang dalam perjalanan ke Asia Tenggara untuk menopang hubungan China dengan Singapura serta Kamboja dan Malaysia.
Pada saat bersamaan, China mengalami perselisihan sengit dengan Filipina atas terumbu karang yang diperebutkan di Laut China Selatan dan peningkatan upaya Washington merayu kekuatan regional menjauh dari Beijing.
Sehari sebelumnya, Wang bertemu dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan, menegaskan kembali “kepentingan bersama kedua negara dalam memajukan arus pariwisata dan bisnis, dan konektivitas udara antara China dan Singapura,” seperti yang dikatakan kantor Balakrishnan.
Singapura dan China adalah bagian dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), pakta perdagangan besar-besaran yang baru-baru ini mulai berlaku.
Pakta ini mencakup sekitar 30% dari populasi dunia dan 30% dari produk domestik brutonya, dengan lebih dari selusin negara, termasuk di seluruh Asia Timur dan Pasifik, serta 10 anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
“Amerika Serikat, karena motifnya untuk mempertahankan hegemoni unipolar, tidak mau melihat perkembangan dan revitalisasi China dan negara berkembang lainnya,” ujar Wang kepada Lee.
“Di satu sisi, itu (AS) membenarkan dan mendukung pasukan kemerdekaan Taiwan yang mengandalkan Amerika Serikat untuk mencari kemerdekaan, mencoba melewati garis merah China,” ujar Wang.
“Di sisi lain, itu (AS) menghilangkan persaingan yang adil dan memaksa negara lain melakukan proteksionisme sepihak terhadap China. Praktik sesat ini hanya akan merusak kredibilitasnya sendiri, mengungkapkan fakta Amerika Serikat telah menjadi faktor destabilisasi terbesar di dunia,” tegas dia.
Wang sedang dalam perjalanan ke Asia Tenggara untuk menopang hubungan China dengan Singapura serta Kamboja dan Malaysia.
Pada saat bersamaan, China mengalami perselisihan sengit dengan Filipina atas terumbu karang yang diperebutkan di Laut China Selatan dan peningkatan upaya Washington merayu kekuatan regional menjauh dari Beijing.
Sehari sebelumnya, Wang bertemu dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan, menegaskan kembali “kepentingan bersama kedua negara dalam memajukan arus pariwisata dan bisnis, dan konektivitas udara antara China dan Singapura,” seperti yang dikatakan kantor Balakrishnan.
Singapura dan China adalah bagian dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), pakta perdagangan besar-besaran yang baru-baru ini mulai berlaku.
Pakta ini mencakup sekitar 30% dari populasi dunia dan 30% dari produk domestik brutonya, dengan lebih dari selusin negara, termasuk di seluruh Asia Timur dan Pasifik, serta 10 anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).