Kenapa Kudeta Niger sebagai Bukti kalau Pengaruh Prancis di Afrika Menurun Drastis?

Jum'at, 11 Agustus 2023 - 05:05 WIB
loading...
Kenapa Kudeta Niger...
Prancis tak lagi memiliki pengaruh besar di Niger setelah kudeta di negara tersebut. Foto/Reuters
A A A
NIGER - Kudeta Niger menunjukkan angin perubahan bertiup di negara-negara Afrika yang berbahasa Prancis. Prancis dan bekas kekuatan kolonial lainnya harus menerima pergeseran kekuasaan di benua itu.

"Situasi politik di Niger harus mengajarkan Prancis dan negara-negara Barat lainnya, termasuk AS dan Inggris, bahwa Afrika tidak dapat diterima begitu saja," kata mantan pejabat urusan luar negeri Niger, Iliyasu Gadu, kepada RT.

Menurut Gadu, angin perubahan yang mengarah pada penurunan hegemoni barat “berhembus ke Afrika berbahasa Prancis dan Afrika Barat” dan harus diterima oleh Paris dan bekas penjajah lainnya.



Bulan lalu, pengawal presiden Niger menahan Presiden Mohamed Bazoum dan merebut kekuasaan, memicu protes anti-Prancis dari ribuan orang yang mendukung langkah tersebut.

Pemerintah militer baru menuduh Prancis melanggar wilayah udaranya dan melepaskan teroris berbahaya. Para pemimpin kudeta sebelumnya menuduh bekas kekuatan kolonial merencanakan serangan untuk membebaskan Bazoum.

Paris membantah tuduhan tersebut, mengklaim bahwa pihaknya menerbangkan pesawat ke ibu kota Niamey sesuai dengan kesepakatan dengan tentara Niger.

Kudeta di Niger pada 26 Juli telah memicu pemotongan bantuan dari negara-negara mitra, termasuk Prancis, Jerman, dan AS.

Meskipun mendapat sanksi dari blok regional Afrika Barat ECOWAS, yang sedang mempertimbangkan intervensi militer, otoritas baru telah menolak tekanan regional dan internasional untuk membebaskan Bazoum dan memulihkan tatanan demokrasi.

Dalam sebuah wawancara dengan RT, Gadu mengatakan dia yakin ECOWAS bertindak atas perintah Prancis dengan mengancam akan melakukan intervensi militer di Niger.



Dia berargumen bahwa meskipun Prancis memiliki konsesi minyak dan mineral di bekas jajahannya yang menguntungkannya dengan mengorbankan masyarakat setempat. "Prancis tidak dapat masuk dan mengintervensi atau memaksakan perubahan," kata Gadu.

“Jadi saat ini, mereka ingin ECOWAS melakukan itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa “kekuatan dan intervensi tidak akan membantu” menyelesaikan kerusuhan di Niger.

Gadu mengatakan dia memandang kesediaan negara-negara tetangga untuk terlibat di negara Sahel sebagai "bukan untuk kepentingan" ECOWAS, tetapi untuk kepentingan Paris.
(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2060 seconds (0.1#10.140)