4 Penyebab Konflik Kuwait-Iran yang Bisa Memicu Perang Baru di Timur Tengah
loading...
A
A
A
TEHERAN - Timur Tengah memasuki babak baru ketegangan yang bisa memicu perang baru. Itu dipicu ketegangan antara Kuwait dan Iran.
Kuwait tetap percaya diri melawan Iran karena mereka memiliki aliansi yang kuat bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. AS memiliki pangkalan militer di Kuwait yang bernama Camp Arifjan.
Baik dan Kuwait dan Iran juga memiliki sejarah panjang terlibat dalam konflik. Apalagi, konflik Syiah dan Sunni juga mempertebal ketegangan tersebut.
Terletak di perbatasan laut timur Kuwait, ladang gas Dorra ditemukan pada tahun 1967. Iran, yang menyebut ladang itu Arash, mengatakan ladang itu meluas ke perairannya.
Kuwait dan Arab Saudi, yang berbagi sumber daya gas dan minyak maritim di zona di antara mereka, menandatangani perjanjian Maret lalu untuk bersama-sama mengembangkan lapangan tersebut.
Beberapa hari kemudian, Iran keberatan dengan kesepakatan itu, mencapnya "ilegal", dan mengatakan akan meluncurkan rencananya sendiri untuk mengembangkan lapangan tersebut.
Pekan lalu, Kuwait dan Arab Saudi menolak klaim kepemilikan Iran setelah Teheran mengancam akan melakukan eksplorasi. Kuwait mengatakan bahwa menteri luar negerinya telah diundang untuk mengunjungi Iran.
Dalam pernyataan bersama pada hari Kamis, otoritas Kuwait dan Saudi mengatakan bahwa “mereka sendirilah yang memiliki hak berdaulat penuh untuk mengeksploitasi kekayaan di wilayah itu”.
Mereka memperbarui “seruan mereka sebelumnya dan berulang kali ke Republik Islam Iran untuk merundingkan” demarkasi perbatasan laut mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kementerian luar negeri Saudi mengatakan pihaknya menegaskan kembali kepemilikan bersama atas sumber daya alam di ladang gas Dorra dengan Kuwait dan meminta Iran untuk menegosiasikan perbatasan timur wilayah tersebut mengenai Arab Saudi dan Kuwait sebagai salah satu pihak yang bernegosiasi.
Kedua konsesi tersebut tumpang tindih di bagian utara lapangan, yang cadangannya diperkirakan sekitar 220 miliar meter kubik
Iran memindahkan peralatan pengeboran ke lapangan pada tahun 2001, mendorong Kuwait untuk mengajukan keluhan kepada organisasi internasional. Iran menghentikan persiapannya untuk eksploitasi, seperti halnya Kuwait, yang menghentikan rencananya dengan Arab Saudi di wilayah tersebut.
Bulan lalu, Kuwait mengundang Iran untuk putaran pembicaraan berikutnya setelah Teheran mengatakan siap untuk memulai pengeboran di lapangan.
Tetapi upaya baru-baru ini untuk menghidupkan kembali negosiasi telah gagal. Menteri Perminyakan Kuwait Saad al-Barrak baru-baru ini dikutip pada 27 Juli mengatakan negaranya akan memulai "pengeboran dan produksi" di ladang gas Dorra tanpa menunggu kesepakatan demarkasi dengan Iran.
Hal ini mendorong menteri perminyakan Iran untuk membalas pada hari Minggu, dengan mengatakan Teheran dapat melanjutkan pekerjaan di lapangan tanpa kesepakatan.
“Iran akan mengejar hak dan kepentingannya terkait eksploitasi dan eksplorasi” lapangan “jika tidak ada keinginan untuk pengertian dan kerja sama”, kata Javad Owji seperti dikutip oleh Kantor Berita resmi Shana.
Owji menambahkan bahwa negaranya telah memberi tahu Kuwait tentang kesediaannya untuk bekerja dan berinvestasi bersama di lapangan.
Kuwait tetap percaya diri melawan Iran karena mereka memiliki aliansi yang kuat bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. AS memiliki pangkalan militer di Kuwait yang bernama Camp Arifjan.
Baik dan Kuwait dan Iran juga memiliki sejarah panjang terlibat dalam konflik. Apalagi, konflik Syiah dan Sunni juga mempertebal ketegangan tersebut.
Berikut adalah 4 pemicu ketegangan Kuwait dan Iran yang bisa memicu perang baru di Timur Tengah.
1. Perebutan Ladang Minyak Lepas Pantai
Melansir Al Jazeera, ladang minyak lepas pantai, yang dikenal sebagai Arash di Iran dan Dorra di Kuwait dan Arab Saudi, telah lama menjadi sumber pertikaian antara Iran dan Kuwait.Terletak di perbatasan laut timur Kuwait, ladang gas Dorra ditemukan pada tahun 1967. Iran, yang menyebut ladang itu Arash, mengatakan ladang itu meluas ke perairannya.
2. Bersekongkol dengan Arab Saudi
Kemarahan Iran sangat masuk akal karena dipicu persekongkolan antara Kuwait dengan Arab Saudi. Itu juga termasuk dalam urusan perebutan ladang minyak lepas pantai.Kuwait dan Arab Saudi, yang berbagi sumber daya gas dan minyak maritim di zona di antara mereka, menandatangani perjanjian Maret lalu untuk bersama-sama mengembangkan lapangan tersebut.
Beberapa hari kemudian, Iran keberatan dengan kesepakatan itu, mencapnya "ilegal", dan mengatakan akan meluncurkan rencananya sendiri untuk mengembangkan lapangan tersebut.
Pekan lalu, Kuwait dan Arab Saudi menolak klaim kepemilikan Iran setelah Teheran mengancam akan melakukan eksplorasi. Kuwait mengatakan bahwa menteri luar negerinya telah diundang untuk mengunjungi Iran.
Dalam pernyataan bersama pada hari Kamis, otoritas Kuwait dan Saudi mengatakan bahwa “mereka sendirilah yang memiliki hak berdaulat penuh untuk mengeksploitasi kekayaan di wilayah itu”.
Mereka memperbarui “seruan mereka sebelumnya dan berulang kali ke Republik Islam Iran untuk merundingkan” demarkasi perbatasan laut mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kementerian luar negeri Saudi mengatakan pihaknya menegaskan kembali kepemilikan bersama atas sumber daya alam di ladang gas Dorra dengan Kuwait dan meminta Iran untuk menegosiasikan perbatasan timur wilayah tersebut mengenai Arab Saudi dan Kuwait sebagai salah satu pihak yang bernegosiasi.
3. Konflik Ladang Minyak Sudah Berlangsung Lama
Perselisihan atas Dorra/Arash dimulai pada tahun 1960-an, ketika Iran dan Kuwait masing-masing diberikan konsesi lepas pantai, satu untuk bekas Perusahaan Minyak Anglo-Iran – cikal bakal BP – dan satu lagi untuk Royal Dutch Shell.Kedua konsesi tersebut tumpang tindih di bagian utara lapangan, yang cadangannya diperkirakan sekitar 220 miliar meter kubik
Iran memindahkan peralatan pengeboran ke lapangan pada tahun 2001, mendorong Kuwait untuk mengajukan keluhan kepada organisasi internasional. Iran menghentikan persiapannya untuk eksploitasi, seperti halnya Kuwait, yang menghentikan rencananya dengan Arab Saudi di wilayah tersebut.
4. Belum Menemuikan Titik Temu
Selama bertahun-tahun, Iran dan Kuwait telah mengadakan pembicaraan yang gagal mengenai wilayah perbatasan maritim mereka yang disengketakan, yang kaya akan gas alam.Bulan lalu, Kuwait mengundang Iran untuk putaran pembicaraan berikutnya setelah Teheran mengatakan siap untuk memulai pengeboran di lapangan.
Tetapi upaya baru-baru ini untuk menghidupkan kembali negosiasi telah gagal. Menteri Perminyakan Kuwait Saad al-Barrak baru-baru ini dikutip pada 27 Juli mengatakan negaranya akan memulai "pengeboran dan produksi" di ladang gas Dorra tanpa menunggu kesepakatan demarkasi dengan Iran.
Hal ini mendorong menteri perminyakan Iran untuk membalas pada hari Minggu, dengan mengatakan Teheran dapat melanjutkan pekerjaan di lapangan tanpa kesepakatan.
“Iran akan mengejar hak dan kepentingannya terkait eksploitasi dan eksplorasi” lapangan “jika tidak ada keinginan untuk pengertian dan kerja sama”, kata Javad Owji seperti dikutip oleh Kantor Berita resmi Shana.
Owji menambahkan bahwa negaranya telah memberi tahu Kuwait tentang kesediaannya untuk bekerja dan berinvestasi bersama di lapangan.
(ahm)