Di Ambang Perang Besar, Junta Niger Cabut Kesepakatan Militer dengan Prancis

Jum'at, 04 Agustus 2023 - 10:31 WIB
loading...
Di Ambang Perang Besar, Junta Niger Cabut Kesepakatan Militer dengan Prancis
Junta Niger cabut perjanjian militer dengan Prancis ketika negara Afrika Barat itu di ambang perang besar setelah kudeta yang menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum. Foto/REUTERS
A A A
NIAMEY - Junta Niger mencabut serangkaian perjanjian kerja sama militer dengan Prancis. Ini menjadi keputusan drastis di tengah ancaman perang besar setelah penggulingan Presiden Mohamed Bazoum pekan lalu.

Seperti kudeta di Burkina Faso dan Mali, pengambilalihan kekuasaan oleh militer minggu lalu di Niger terjadi di tengah gelombang sentimen anti-Prancis yang berkembang dengan beberapa penduduk setempat menuduh mantan penguasa kolonial mencampuri urusan internal mereka.

Prancis memiliki antara 1.000 hingga 1.500 tentara di Niger, membantu memerangi pemberontakan oleh kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS yang telah mengacaukan wilayah Sahel Afrika Barat.



Keputusan tentang pencabutan lima kesepakatan militer dengan Prancis dibacakan di televisi nasional pada Kamis malam oleh perwakilan junta, Amadou Abdramane, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (4/8/2023).

Abdramane menambahkan bahwa pemberitahuan diplomatik akan dikirim ke Prancis terkait hal itu.

Sejauh ini belum ada respons langsung dari Prancis.

Mitra regional dan Barat Niger, termasuk Prancis, telah memberlakukan sanksi besar-besaran dalam upaya menekan para pemimpin kudeta untuk memulihkan ketertiban konstitusional setelah penggulingan Bazoum-- kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.

Tapi pemimpin junta Niger Abdourahamane Tiani, mantan kepala pengawal presiden Niger, mengatakan dia tidak akan mundur.

Tiani telah mendapatkan dukungan dari junta di Mali dan Burkina Faso dan merujuk pada ketidakamanan yang terus-menerus sebagai pembenaran utamanya untuk merebut kekuasaan—meskipun data tentang serangan di negara tersebut menunjukkan bahwa keamanan sebenarnya telah meningkat.

Sementara itu, presiden terguling Mohamed Bazoum mengatakan dalam sebuah opini yang diterbitkan Kamis di Washington Post bahwa dia adalah seorang sandera dan meminta Amerika Serikat dan masyarakat internasional untuk memulihkan tatanan konstitusional.

"Kudeta ini, yang diluncurkan terhadap pemerintah saya oleh sebuah faksi di militer pada 26 Juli, tidak memiliki alasan apapun. Jika berhasil, itu akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi negara kita, wilayah kita, dan seluruh dunia," tulis Bazoum.

Sebagai tanda lebih lanjut dari perlawanan junta terhadap Prancis, junta Niger menangguhkan siaran kantor berita internasional yang didanai negara Prancis, France 24 dan RFI pada hari Kamis. Langkah itu dikecam oleh Kementerian Luar Negeri Prancis.

Langkah tersebut menggemakan tindakan serupa pasca-kudeta di media Prancis oleh junta di Mali dan Burkina Faso, yang juga telah mengusir pasukan Prancis, banyak di antaranya kini ditempatkan di Niger.

Pada hari Kamis, ratusan pengunjuk rasa berbaris di Ibu Kota Niger, Niamey, untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap tekanan asing terhadap para pemimpin kudeta.

Selain sanksi, blok regional utama, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS), mengatakan dapat mengizinkan penggunaan kekuatan jika tentara tidak mengembalikan kekuasaan Bazoum pada hari Minggu.

Salah satu pengunjuk rasa di Niamey memegang plakat bertuliskan: "Hidup Niger, Rusia, Mali, dan Burkina. Hancurkan Prancis, ECOWAS, UE."

Yang lainnya mengibarkan bendera Rusia saat mereka berkumpul di luar Majelis Nasional.

Terancam Perang Besar


Junta terkunci dalam kebuntuan dengan ECOWAS, yang telah mengambil sikap paling keras terhadap kudeta saat berjuang untuk membendung kemunduran demokrasi di Afrika Barat, di mana dikatakan kudeta tidak akan lagi ditoleransi.

Delegasi ECOWAS berada di Niamey, berharap untuk mendapatkan "resolusi yang konklusif dan bersahabat", sementara kepala pertahanan blok itu juga telah bertemu minggu ini untuk membahas kemungkinan tanggapan militer, yang menurut mereka akan menjadi upaya terakhir.

Pada hari Kamis junta Niger mengatakan setiap agresi atau percobaan agresi oleh ECOWAS akan ditanggapi dengan balasan langsung tanpa peringatan dari angkatan bersenjata Niger di negara anggota ECOWAS mana pun kecuali yang bersahabat dengan Niger.

Mali dan Burkina Faso mengatakan mereka akan memperlakukan intervensi di Niger sebagai "deklarasi perang" terhadap mereka juga, dan akan membela Niamey.

Tiani mengirim seorang jenderal ke kedua negara pada hari Rabu untuk menopang dukungan.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1119 seconds (0.1#10.140)