Alasan Presiden Biden Pilih Lisa Franchetti Pimpin AL Amerika Serikat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joe Biden telah memilih Laksamana Lisa Franchetti untuk memimpin Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS).
Pilihan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang, jika dikonfirmasi Senat, akan menjadikannya wanita pertama yang menjadi kepala layanan Pentagon dan anggota wanita pertama dari Kepala Staf Gabungan.
Keputusan Biden bertentangan dengan rekomendasi dari kepala Pentagonnya. Tetapi Franchetti, yang saat ini menjabat wakil kepala operasi Angkatan Laut, memiliki pengalaman komando dan eksekutif yang luas dan dianggap oleh orang dalam pemerintah Biden sebagai pilihan utama untuk jabatan Kepala Staf AL.
Presiden memberikan alasan singkat mengapa dia memilih Laksamana Lisa Franchetti. "Sepanjang kariernya, Laksamana Franchetti telah menunjukkan keahlian yang luas baik di arena operasional maupun kebijakan," kata Biden dalam sebuah pernyataan untuk menyampaikan alasannya, seperti dikutip BBC.
Para pejabat Amerika mengatakana Menteri Pertahanan Lloyd Austin sebenarnya merekomendasikan Biden agar memilih Laksamana Samuel Paparo, komandan Armada Pasifik Angkatan Laut saat ini.
Namun sebaliknya, Biden menominasikan Paparo untuk memimpin Komando Indo-Pasifik AS.
Seorang pejabat administrasi senior mengatakan bahwa Biden memilih Franchetti berdasarkan cakupan luas pengalamannya di laut dan darat, termasuk sejumlah pekerjaan kebijakan dan administrasi tingkat tinggi yang memberinya pengetahuan mendalam dalam penganggaran dan menjalankan departemen.
Pada saat yang sama, pejabat tersebut mengakui bahwa Biden memahami sifat historis dari pencalonan tersebut dan percaya bahwa Franchetti akan menjadi inspirasi bagi para pelaut, baik pria maupun wanita. Pejabat itu berbicara sebelumnya dengan syarat anonim karena pencalonan Franchetti belum dikonfirmasi Senat.
Pencalonan Franchetti akan bergabung dengan daftar para perwira militer yang ditahan oleh Senator Republik Tommy Tuberville dari Alabama. Dia memblokir konfirmasi perwira militer sebagai protes terhadap kebijakan Departemen Pertahanan yang membayar biaya perjalanan ketika seorang anggota militer harus pergi ke luar negara bagian untuk melakukan aborsi atau perawatan reproduksi lainnya.
Pilihan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang, jika dikonfirmasi Senat, akan menjadikannya wanita pertama yang menjadi kepala layanan Pentagon dan anggota wanita pertama dari Kepala Staf Gabungan.
Keputusan Biden bertentangan dengan rekomendasi dari kepala Pentagonnya. Tetapi Franchetti, yang saat ini menjabat wakil kepala operasi Angkatan Laut, memiliki pengalaman komando dan eksekutif yang luas dan dianggap oleh orang dalam pemerintah Biden sebagai pilihan utama untuk jabatan Kepala Staf AL.
Presiden memberikan alasan singkat mengapa dia memilih Laksamana Lisa Franchetti. "Sepanjang kariernya, Laksamana Franchetti telah menunjukkan keahlian yang luas baik di arena operasional maupun kebijakan," kata Biden dalam sebuah pernyataan untuk menyampaikan alasannya, seperti dikutip BBC.
Para pejabat Amerika mengatakana Menteri Pertahanan Lloyd Austin sebenarnya merekomendasikan Biden agar memilih Laksamana Samuel Paparo, komandan Armada Pasifik Angkatan Laut saat ini.
Namun sebaliknya, Biden menominasikan Paparo untuk memimpin Komando Indo-Pasifik AS.
Seorang pejabat administrasi senior mengatakan bahwa Biden memilih Franchetti berdasarkan cakupan luas pengalamannya di laut dan darat, termasuk sejumlah pekerjaan kebijakan dan administrasi tingkat tinggi yang memberinya pengetahuan mendalam dalam penganggaran dan menjalankan departemen.
Pada saat yang sama, pejabat tersebut mengakui bahwa Biden memahami sifat historis dari pencalonan tersebut dan percaya bahwa Franchetti akan menjadi inspirasi bagi para pelaut, baik pria maupun wanita. Pejabat itu berbicara sebelumnya dengan syarat anonim karena pencalonan Franchetti belum dikonfirmasi Senat.
Pencalonan Franchetti akan bergabung dengan daftar para perwira militer yang ditahan oleh Senator Republik Tommy Tuberville dari Alabama. Dia memblokir konfirmasi perwira militer sebagai protes terhadap kebijakan Departemen Pertahanan yang membayar biaya perjalanan ketika seorang anggota militer harus pergi ke luar negara bagian untuk melakukan aborsi atau perawatan reproduksi lainnya.