Pertama Kalinya, AS Kirim Drone Mata-mata Black Hornet ke Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket bantuan militer terbaru untuk Ukraina senilai USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Bantuan terbaru itu termasuk rudal pertahanan udara, kendaraan lapis baja dan drone kecil.
Bantuan terbaru ini diberikan AS saat serangan balasan Ukraina terhadap Rusia terus berlanjut.
Paket bantuan baru, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, akan mencakup untuk pertama kalinya drone pengintai Black Hornet buatan AS yang dibuat oleh Teledyne FLIR Defense, bagian dari Teledyne Technologies.
Hornet buatan Norwegia digunakan di Ukraina melalui sumbangan dari pemerintah Inggris dan Norwegia, kata perusahaan itu. FLIR Unmanned Aerial Systems mendapatkan kontrak senilai USD93 juta pada bulan April untuk menyediakan drone pengintai kecil kepada Angkatan Darat AS.
Selain itu, paket bantuan senjata termasuk amunisi untuk sistem pertahanan udara Patriot dan National Advanced Surface-to-Air Missile Systems (NASMS), sistem anti-pesawat Stinger, lebih banyak amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), Pengangkut Personil Lapis Baja Stryker dan berbagai rudal dan roket lainnya.
Bantuan tersebut didanai menggunakan Presidential Drawdown Authority, atau PDA, yang memberi wewenang kepada presiden untuk segera mentransfer barang dan layanan dari persediaan AS tanpa persetujuan Kongres selama keadaan darurat. Bahan tersebut akan berasal dari persediaan berlebih AS.
Ini adalah paket bantuan keamanan ke-43 yang disetujui oleh AS untuk Ukraina. Lebih dari USD43 miliar (sekitar Rp646 triliun) bantuan militer AS telah diberikan sejak invasi Rusia pada tahun 2022.
Mengomentari pengumuman bantuan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mencatat serangan Rusia di pelabuhan Ukraina dan infrastruktur Ukraina sejak menarik diri dari perjanjian biji-bijian Laut Hitam minggu lalu.
Bantuan terbaru ini diberikan AS saat serangan balasan Ukraina terhadap Rusia terus berlanjut.
Paket bantuan baru, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, akan mencakup untuk pertama kalinya drone pengintai Black Hornet buatan AS yang dibuat oleh Teledyne FLIR Defense, bagian dari Teledyne Technologies.
Hornet buatan Norwegia digunakan di Ukraina melalui sumbangan dari pemerintah Inggris dan Norwegia, kata perusahaan itu. FLIR Unmanned Aerial Systems mendapatkan kontrak senilai USD93 juta pada bulan April untuk menyediakan drone pengintai kecil kepada Angkatan Darat AS.
Selain itu, paket bantuan senjata termasuk amunisi untuk sistem pertahanan udara Patriot dan National Advanced Surface-to-Air Missile Systems (NASMS), sistem anti-pesawat Stinger, lebih banyak amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), Pengangkut Personil Lapis Baja Stryker dan berbagai rudal dan roket lainnya.
Bantuan tersebut didanai menggunakan Presidential Drawdown Authority, atau PDA, yang memberi wewenang kepada presiden untuk segera mentransfer barang dan layanan dari persediaan AS tanpa persetujuan Kongres selama keadaan darurat. Bahan tersebut akan berasal dari persediaan berlebih AS.
Ini adalah paket bantuan keamanan ke-43 yang disetujui oleh AS untuk Ukraina. Lebih dari USD43 miliar (sekitar Rp646 triliun) bantuan militer AS telah diberikan sejak invasi Rusia pada tahun 2022.
Mengomentari pengumuman bantuan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mencatat serangan Rusia di pelabuhan Ukraina dan infrastruktur Ukraina sejak menarik diri dari perjanjian biji-bijian Laut Hitam minggu lalu.