Rusia: Zelensky Menjadi Racun bagi Barat
loading...
A
A
A
MOSKOW - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengklaim Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjadi "beracun" bagi kolektif Barat.
Zakharova menunjuk kritik terselubung di Washington atas serangan drone Ukraina di Jembatan Crimea yang menewaskan dua warga sipil.
“Gedung Putih secara terbuka menolak serangan yang dilakukan rezim Kiev, menarik garis pemisah antara penjualan senjata dan serangan teroris. Ini, tentu saja, hanyalah manipulasi lain. Tapi ada hal lain yang penting, Zelensky telah menjadi racun bagi Barat,” tulis Zakharova dalam postingan Telegram.
Pernyataan itu rupanya datang sebagai tanggapan atas pernyataan yang dibuat Koordinator Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) untuk Komunikasi Strategis John Kirby pada Senin (17/7/2023).
Pejabat itu bersikeras, “Gedung Putih tidak dalam posisi untuk mengaitkan serangan itu dengan pihak tertentu pada saat ini," menolak untuk mengkonfirmasi serangan di jembatan strategis itu diluncurkan Kiev.
Selain itu, Kirby mencatat serangan terhadap struktur tersebut hampir tidak berdampak pada kemampuan militer Rusia dan diperkirakan tidak akan memiliki "efek dramatis" pada mereka dalam jangka panjang.
“Saya pikir terlalu dini untuk mengetahui apakah serangan di jembatan itu akan memiliki dampak militer yang signifikan pada kemampuan mereka untuk terus berperang,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Rusia memiliki banyak, banyak, banyak cara lain menyediakan logistik dan dukungan untuk pasukan mereka di Ukraina.”
Jembatan Crimea, yang menghubungkan semenanjung ke daratan wilayah itu diserang pada Senin pagi.
Crimea memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014 dan bergabung dengan Rusia setelah referendum.
Penilaian awal atas insiden tersebut menunjukkan jembatan itu menjadi sasaran dua drone laut yang diluncurkan Kiev, klaim penyelidik Rusia.
Serangan tersebut menyebabkan bagian jalan jembatan rusak berat, sementara pasangan Rusia tewas di dalam kendaraan mereka.
Anak perempuan mereka yang sekarang menjadi yatim piatu berusia 14 tahun terluka parah dalam ledakan itu.
Kepemimpinan Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, dengan jujur menggambarkan insiden itu sebagai "serangan teroris" yang diluncurkan "rezim Kiev" pada instalasi sipil.
Jembatan itu pertama kali menjadi sasaran Ukraina Oktober lalu, ketika satu truk berisi bahan peledak diledakkan di atasnya.
Ledakan tersebut merusak parah bagian jalan dan rel kereta api dari jembatan tersebut, mendorong upaya perbaikan besar-besaran, yang telah diselesaikan sejak saat itu.
Zakharova menunjuk kritik terselubung di Washington atas serangan drone Ukraina di Jembatan Crimea yang menewaskan dua warga sipil.
“Gedung Putih secara terbuka menolak serangan yang dilakukan rezim Kiev, menarik garis pemisah antara penjualan senjata dan serangan teroris. Ini, tentu saja, hanyalah manipulasi lain. Tapi ada hal lain yang penting, Zelensky telah menjadi racun bagi Barat,” tulis Zakharova dalam postingan Telegram.
Pernyataan itu rupanya datang sebagai tanggapan atas pernyataan yang dibuat Koordinator Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) untuk Komunikasi Strategis John Kirby pada Senin (17/7/2023).
Pejabat itu bersikeras, “Gedung Putih tidak dalam posisi untuk mengaitkan serangan itu dengan pihak tertentu pada saat ini," menolak untuk mengkonfirmasi serangan di jembatan strategis itu diluncurkan Kiev.
Selain itu, Kirby mencatat serangan terhadap struktur tersebut hampir tidak berdampak pada kemampuan militer Rusia dan diperkirakan tidak akan memiliki "efek dramatis" pada mereka dalam jangka panjang.
“Saya pikir terlalu dini untuk mengetahui apakah serangan di jembatan itu akan memiliki dampak militer yang signifikan pada kemampuan mereka untuk terus berperang,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Rusia memiliki banyak, banyak, banyak cara lain menyediakan logistik dan dukungan untuk pasukan mereka di Ukraina.”
Jembatan Crimea, yang menghubungkan semenanjung ke daratan wilayah itu diserang pada Senin pagi.
Crimea memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014 dan bergabung dengan Rusia setelah referendum.
Penilaian awal atas insiden tersebut menunjukkan jembatan itu menjadi sasaran dua drone laut yang diluncurkan Kiev, klaim penyelidik Rusia.
Serangan tersebut menyebabkan bagian jalan jembatan rusak berat, sementara pasangan Rusia tewas di dalam kendaraan mereka.
Anak perempuan mereka yang sekarang menjadi yatim piatu berusia 14 tahun terluka parah dalam ledakan itu.
Kepemimpinan Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, dengan jujur menggambarkan insiden itu sebagai "serangan teroris" yang diluncurkan "rezim Kiev" pada instalasi sipil.
Jembatan itu pertama kali menjadi sasaran Ukraina Oktober lalu, ketika satu truk berisi bahan peledak diledakkan di atasnya.
Ledakan tersebut merusak parah bagian jalan dan rel kereta api dari jembatan tersebut, mendorong upaya perbaikan besar-besaran, yang telah diselesaikan sejak saat itu.
(sya)