Memberontak Terhadap Putin, AS Dilaporkan Tunda Sanksi Buat Wagner
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah menunda pemberian sanksi ekonomi putaran baru yang menargetkan perusahaan militer swasta Rusia, Wagner. Itu dilakukan setelah pemimpinnya, Evgeny Prigozhin, memimpin konvoi bersenjata menuju Moskow yang bertentangan dengan Kremlin.
Demikian laporan media AS, Wall Street Journal, pada Sabtu waktu setempat dengan mengutip sumber.
Menurut surat kabar itu, Departemen Luar Negeri AS diperkirakan akan mengumumkan sanksi terhadap bisnis emas yang terkait dengan Wagner di Afrika pada Selasa, termasuk operasi penambangan di Republik Afrika Tengah.
Namun, rencana itu dibatalkan setelah Prigozhin menuduh militer Rusia menembaki kamp pelatihan Wagner pada hari Jumat, dan memimpin konvoi pasukannya menuju Moskow keesokan harinya, bersumpah untuk menghadapi para pemimpin militer senior Rusia. Pemberontakan Wagner berhasil dijinakkan pada Sabtu malam setelah pembicaraan antara Prigozhin dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
"Washington tidak ingin terlihat memihak dalam hal ini," kata seorang sumber anonim kepada surat kabar tersebut seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (25/6/2023).
Dengan Putin menuduh Prigozhin melakukan pengkhianatan dan bersumpah memberikan "tindakan tegas" terhadap para pemberontak, AS tampaknya merasa bahwa sanksi Wagner akan membantu pemimpin Rusia.
Grup Wagner telah berada di bawah sanksi AS sejak 2017, dan ditetapkan sebagai entitas yang menjadi perhatian khusus oleh Departemen Luar Negeri pada awal Desember karena diduga mengancam kebebasan beragama di Afrika.
Organisasi tersebut diberi label "pengguna akhir militer" yang dibatasi oleh AS akhir bulan itu, dan menetapkannya sebagi organisasi kriminal transnasional yang signifikan pada bulan Januari.
Bulan lalu, AS memberikan sanksi kepada kepala operasi Wagner di Mali.
Sepanjang kebuntuan Prigozhin dengan Putin, AS dan sekutunya menolak mengomentari situasi atau mengeluarkan pernyataan atau prediksi publik. Namun, Gedung Putih mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa Presiden AS Joe Biden telah membahas situasi di Rusia dengan para pemimpin Prancis, Jerman, dan Inggris.
Demikian laporan media AS, Wall Street Journal, pada Sabtu waktu setempat dengan mengutip sumber.
Menurut surat kabar itu, Departemen Luar Negeri AS diperkirakan akan mengumumkan sanksi terhadap bisnis emas yang terkait dengan Wagner di Afrika pada Selasa, termasuk operasi penambangan di Republik Afrika Tengah.
Namun, rencana itu dibatalkan setelah Prigozhin menuduh militer Rusia menembaki kamp pelatihan Wagner pada hari Jumat, dan memimpin konvoi pasukannya menuju Moskow keesokan harinya, bersumpah untuk menghadapi para pemimpin militer senior Rusia. Pemberontakan Wagner berhasil dijinakkan pada Sabtu malam setelah pembicaraan antara Prigozhin dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
"Washington tidak ingin terlihat memihak dalam hal ini," kata seorang sumber anonim kepada surat kabar tersebut seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (25/6/2023).
Dengan Putin menuduh Prigozhin melakukan pengkhianatan dan bersumpah memberikan "tindakan tegas" terhadap para pemberontak, AS tampaknya merasa bahwa sanksi Wagner akan membantu pemimpin Rusia.
Grup Wagner telah berada di bawah sanksi AS sejak 2017, dan ditetapkan sebagai entitas yang menjadi perhatian khusus oleh Departemen Luar Negeri pada awal Desember karena diduga mengancam kebebasan beragama di Afrika.
Baca Juga
Organisasi tersebut diberi label "pengguna akhir militer" yang dibatasi oleh AS akhir bulan itu, dan menetapkannya sebagi organisasi kriminal transnasional yang signifikan pada bulan Januari.
Bulan lalu, AS memberikan sanksi kepada kepala operasi Wagner di Mali.
Sepanjang kebuntuan Prigozhin dengan Putin, AS dan sekutunya menolak mengomentari situasi atau mengeluarkan pernyataan atau prediksi publik. Namun, Gedung Putih mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa Presiden AS Joe Biden telah membahas situasi di Rusia dengan para pemimpin Prancis, Jerman, dan Inggris.
(ian)