Rusia Butuh Banyak Kapal Perang di Tengah Invasinya ke Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kepala Angkatan Laut Rusia Laksamana Nikolay Yevmenov mengatakan militer Moskow membutuhkan lebih banyak kapal perang sekarang.
Operasi militer di Ukraina, kata dia, telah menunjukkan bahwa semua ide inovatif terbaik harus segera diterapkan.
“Operasi militer khusus telah menunjukkan bahwa kita perlu mempercepat,” katanya kepada saluran televisi Zvezda pada hari Rabu, berbicara di sela-sela International Maritime Defense Show di kota Kronstadt, yang dilansir Russia Today, Kamis (22/6/2023).
“Semua [ide] terbaik harus diadopsi segera,” katanya, menyerukan untuk mempersingkat fase desain dan pengembangan serta penelitian dan rekayasa yang panjang.
Armada Laut Hitam Rusia mengambil bagian dalam kampanye di Ukraina. Menurut komandan armada, Wakil Laksamana Viktor Sokolov, kapal armada telah meluncurkan total 180 serangan rudal di fasilitas militer utama Ukraina.
Yevmenov juga mengatakan bahwa industri pertahanan Rusia berencana untuk meningkatkan kemampuan pembuatan kapal mereka agar dapat memproduksi tiga kapal penyapu ranjau per tahun, bukan satu.
Tahun ini saja, Angkatan Laut Rusia mengharapkan untuk menerima 44 kapal baru, termasuk kapal perang dan kapal pendukung.
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa penguatan lebih lanjut Angkatan Bersenjata Rusia tetap menjadi salah satu prioritas utama negara.
Di bawah rencana peningkatan dan modernisasi, Angkatan Laut diharapkan menerima lebih banyak rudal anti-kapal hipersonik Zircon, serta kapal selam kelas Borei dan Borei-A berkemampuan nuklir baru, yang masing-masing dilengkapi dengan 16 rudal balistik antarbenua.
Angkatan Laut Rusia saat ini memiliki total enam kapal selam kelas Borei dan Borei-A. Kapal kelas Borei-A pertama memasuki dinas militer pada tahun 2020, sementara satu lagi sedang menjalani uji coba laut.
Jumlah mereka diperkirakan akan meningkat menjadi 12 di masa mendatang.
Pernyataan laksamana itu muncul di tengah berlanjutnya serangan balik Ukraina yang dimulai awal bulan ini.
Operasi tersebut telah digembar-gemborkan oleh pejabat Ukraina dan Barat selama berbulan-bulan tetapi tidak membawa perubahan yang berarti ke garis depan selama beberapa minggu terakhir.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pasukan Ukraina menderita banyak korban saat menyerang posisi Rusia.
Operasi militer di Ukraina, kata dia, telah menunjukkan bahwa semua ide inovatif terbaik harus segera diterapkan.
“Operasi militer khusus telah menunjukkan bahwa kita perlu mempercepat,” katanya kepada saluran televisi Zvezda pada hari Rabu, berbicara di sela-sela International Maritime Defense Show di kota Kronstadt, yang dilansir Russia Today, Kamis (22/6/2023).
“Semua [ide] terbaik harus diadopsi segera,” katanya, menyerukan untuk mempersingkat fase desain dan pengembangan serta penelitian dan rekayasa yang panjang.
Armada Laut Hitam Rusia mengambil bagian dalam kampanye di Ukraina. Menurut komandan armada, Wakil Laksamana Viktor Sokolov, kapal armada telah meluncurkan total 180 serangan rudal di fasilitas militer utama Ukraina.
Yevmenov juga mengatakan bahwa industri pertahanan Rusia berencana untuk meningkatkan kemampuan pembuatan kapal mereka agar dapat memproduksi tiga kapal penyapu ranjau per tahun, bukan satu.
Tahun ini saja, Angkatan Laut Rusia mengharapkan untuk menerima 44 kapal baru, termasuk kapal perang dan kapal pendukung.
Sebelumnya pada hari Rabu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa penguatan lebih lanjut Angkatan Bersenjata Rusia tetap menjadi salah satu prioritas utama negara.
Di bawah rencana peningkatan dan modernisasi, Angkatan Laut diharapkan menerima lebih banyak rudal anti-kapal hipersonik Zircon, serta kapal selam kelas Borei dan Borei-A berkemampuan nuklir baru, yang masing-masing dilengkapi dengan 16 rudal balistik antarbenua.
Angkatan Laut Rusia saat ini memiliki total enam kapal selam kelas Borei dan Borei-A. Kapal kelas Borei-A pertama memasuki dinas militer pada tahun 2020, sementara satu lagi sedang menjalani uji coba laut.
Jumlah mereka diperkirakan akan meningkat menjadi 12 di masa mendatang.
Pernyataan laksamana itu muncul di tengah berlanjutnya serangan balik Ukraina yang dimulai awal bulan ini.
Operasi tersebut telah digembar-gemborkan oleh pejabat Ukraina dan Barat selama berbulan-bulan tetapi tidak membawa perubahan yang berarti ke garis depan selama beberapa minggu terakhir.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pasukan Ukraina menderita banyak korban saat menyerang posisi Rusia.
(mas)