Pamer Payudara saat Pawai LGBT Gedung Putih, Rose Montoya Minta Maaf
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Rose Montoya, aktivis dan model transgender yang memamerkan payudaranya di acara pawai LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) Gedung Putih, Amerika Serikat, meminta maaf atas tindakannya,
Model transgender berusia 27 tahun itu ambil bagian dalam pawai "White House Pride Month" pada 12 Juni lalu.
Dia dilarang masuk ke "1600 Pennsylvania Avenue" setelah aksi yang digambarkan juru bicara Gedung Putih sebagai tindakan “tidak pantas dan tidak sopan”.
Montoya, melalui video tiga menit di Twitter, meminta maaf atas perilakunya.
“Saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas sebagai tamu Presiden di perayaan Gedung Putih,” katanya, seperti dilansir New York Post, Senin (19/6/2023), mencatat bahwa momen kontroversial itu adalah “momen cepat dari kegembiraan transgender yang cepat berlalu dan luar biasa”.
“Lebih dari sebelumnya, saya telah belajar betapa kuat dan betapa berdampaknya tindakan saya dan betapa berdampak ketika kita berbagi cerita dan pengalaman kita, dan bagaimana kita melakukannya dengan dunia," paparnya.
"Saya ingin mengambil momen ini untuk meminta maaf atas dampak dari tindakan saya," imbuh dia.
Montoya menawarkan kata-kata permintaan maaf khusus kepada individu transgender berkulit hitam, dan kepada keluarga serta teman-temannya yang dilecehkan setelah perilakunya.
“Terakhir, saya ingin meminta maaf kepada Presiden, Gedung Putih, dan bangsa,” paparnya.
“Bukan niat saya untuk menciptakan situasi yang akan mengarah pada pelecehan dan kerugian bagi diri saya sendiri dan orang lain, atau untuk kesenangan transgender...dipersenjatai oleh orang-orang oposisi yang keji.”
Montoya mengakhiri permintaan maafnya dengan menegaskan komitmennya untuk menggunakan kehebohan sebagai katalisator untuk menciptakan perubahan positif bagi dirinya dan individu transgender lainnya.
Montoya adalah salah satu dari beberapa tamu yang diundang untuk merayakan "LGBTQIA+ Pride Month" di South Lawn Gedung Putih pada 12 Juni.
Dia juga membagikan klip dirinya bertemu dengan Presiden Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden sesaat sebelum membuka kancing atasannya di depan Truman Balcony.
“Ini suatu kehormatan. Hak transgender adalah hak asasi manusia,” katanya kepada panglima tertinggi negara Amerika Serikat saat mereka berjabat tangan.
Menyusul reaksi awal terhadap klip topless, Montoya memprotes bahwa tindakannya sepenuhnya legal.
“Bertelanjang dada di [Washington] DC adalah legal, dan saya sepenuhnya mendukung gerakan membebaskan puting. Mengapa dada saya sekarang dianggap tidak pantas atau ilegal saat saya memamerkannya? Namun, sebelum keluar sebagai transgender, itu bukan [legal],” katanya dalam video respons, yang telah dihapus.
Montoya—yang memiliki 110.000 pengikut di Instagram—awalnya menjadi viral selama pandemi Covid-19 ketika dia mem-posting tentang ketidaknyamanan melewati keamanan bandara.
“Melalui pemindai, ada pemindai pria dan pemindai wanita di pos pemeriksaan TSA—dan melihat saya, Anda tahu, saya terlihat seperti wanita dan saya seorang wanita,” kata Montoya di TikTok saat itu.
"Tapi melalui pemindai, saya selalu memiliki 'anomali' di antara kedua kaki saya yang memicu alarm."
Penduduk asli Idaho sejak itu menjadi advokat vokal untuk komunitas transgender melalui media sosial, menjadi model, dan pidato motivasi di tempat-tempat terkenal seperti universitas Yale dan Stanford.
Namun setelah aksi telanjang dada di pawai LGBT Gedung Putih, akun media sosialnya dibanjiri komentar marah dari komunitasnya sendiri.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
Model transgender berusia 27 tahun itu ambil bagian dalam pawai "White House Pride Month" pada 12 Juni lalu.
Dia dilarang masuk ke "1600 Pennsylvania Avenue" setelah aksi yang digambarkan juru bicara Gedung Putih sebagai tindakan “tidak pantas dan tidak sopan”.
Montoya, melalui video tiga menit di Twitter, meminta maaf atas perilakunya.
“Saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas sebagai tamu Presiden di perayaan Gedung Putih,” katanya, seperti dilansir New York Post, Senin (19/6/2023), mencatat bahwa momen kontroversial itu adalah “momen cepat dari kegembiraan transgender yang cepat berlalu dan luar biasa”.
“Lebih dari sebelumnya, saya telah belajar betapa kuat dan betapa berdampaknya tindakan saya dan betapa berdampak ketika kita berbagi cerita dan pengalaman kita, dan bagaimana kita melakukannya dengan dunia," paparnya.
"Saya ingin mengambil momen ini untuk meminta maaf atas dampak dari tindakan saya," imbuh dia.
Montoya menawarkan kata-kata permintaan maaf khusus kepada individu transgender berkulit hitam, dan kepada keluarga serta teman-temannya yang dilecehkan setelah perilakunya.
“Terakhir, saya ingin meminta maaf kepada Presiden, Gedung Putih, dan bangsa,” paparnya.
“Bukan niat saya untuk menciptakan situasi yang akan mengarah pada pelecehan dan kerugian bagi diri saya sendiri dan orang lain, atau untuk kesenangan transgender...dipersenjatai oleh orang-orang oposisi yang keji.”
Montoya mengakhiri permintaan maafnya dengan menegaskan komitmennya untuk menggunakan kehebohan sebagai katalisator untuk menciptakan perubahan positif bagi dirinya dan individu transgender lainnya.
Montoya adalah salah satu dari beberapa tamu yang diundang untuk merayakan "LGBTQIA+ Pride Month" di South Lawn Gedung Putih pada 12 Juni.
Dia juga membagikan klip dirinya bertemu dengan Presiden Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden sesaat sebelum membuka kancing atasannya di depan Truman Balcony.
“Ini suatu kehormatan. Hak transgender adalah hak asasi manusia,” katanya kepada panglima tertinggi negara Amerika Serikat saat mereka berjabat tangan.
Menyusul reaksi awal terhadap klip topless, Montoya memprotes bahwa tindakannya sepenuhnya legal.
“Bertelanjang dada di [Washington] DC adalah legal, dan saya sepenuhnya mendukung gerakan membebaskan puting. Mengapa dada saya sekarang dianggap tidak pantas atau ilegal saat saya memamerkannya? Namun, sebelum keluar sebagai transgender, itu bukan [legal],” katanya dalam video respons, yang telah dihapus.
Montoya—yang memiliki 110.000 pengikut di Instagram—awalnya menjadi viral selama pandemi Covid-19 ketika dia mem-posting tentang ketidaknyamanan melewati keamanan bandara.
“Melalui pemindai, ada pemindai pria dan pemindai wanita di pos pemeriksaan TSA—dan melihat saya, Anda tahu, saya terlihat seperti wanita dan saya seorang wanita,” kata Montoya di TikTok saat itu.
"Tapi melalui pemindai, saya selalu memiliki 'anomali' di antara kedua kaki saya yang memicu alarm."
Penduduk asli Idaho sejak itu menjadi advokat vokal untuk komunitas transgender melalui media sosial, menjadi model, dan pidato motivasi di tempat-tempat terkenal seperti universitas Yale dan Stanford.
Namun setelah aksi telanjang dada di pawai LGBT Gedung Putih, akun media sosialnya dibanjiri komentar marah dari komunitasnya sendiri.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(mas)