China Disebut Sediakan Suku Cadang untuk Drone Iran dalam Invasi Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Penemuan komponen China dalam pesawat tak berawak (drone) Iran telah melibatkan Beijing dalam produksi dan pasokan pesawat tak berawak bersenjata Teheran ke Rusia.
Hal ini mengungkapkan kecepatan pembuatan dan penyediaan UAV ke Moskow selama invasi berkelanjutannya ke Ukraina.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), para penyelidik dari organisasi yang berbasis di Inggris, Conflict Armament Research (CAR), mengungkap penemuan suku cadang China yang baru dibuat di dalam pesawat tak berawak Iran Shahed-136 yang jatuh.
Suku cadang itu dilaporkan berisi konverter voltase (tegangan) yang diproduksi di China pada pertengahan Januari tahun ini, dikirim ke Iran, diintegrasikan dan dipasang ke dalam UAV, dan kemudian diangkut ke Rusia pada April.
Garis waktu itu memberikan seluruh prosedur jangka waktu sekitar 3 bulan, menghadirkan kerangka waktu yang lebih singkat daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh banyak negara dan institusi Barat.
Menurut Wakil Direktur Operasi CAR Damien Spleeters, bukti drone tersebut berasal dari Iran terlihat pada fakta bahwa drone itu berisi mesin buatan Iran yang dilaporkan diproduksi oleh satu perusahaan yang berulang kali diberi sanksi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
Sanksi itu terkait tindakannya yang berperan aktif dalam program drone Iran dan pasokan UAV bersenjata ke Rusia.
Selama setahun terakhir, peran Teheran dalam membantu Moskow secara langsung dalam upaya perangnya terus terungkap dan ditetapkan sebagai fakta.
Pengungkapan komponen China yang baru dikembangkan di dalam salah satu drone itu, tidak hanya mengungkapkan kecepatan pembuatan dan pengangkutan senjata, tetapi juga menegaskan kecurigaan lama atas keterlibatan Beijing dalam invasi Rusia ke Ukraina dan bantuan secara tidak langsung ke Moskow.
Lihat Juga: Siapa Li Jianping? Koruptor Terbesar China yang Menilap Rp6,8 Triliun dan Dieksekusi Mati
Hal ini mengungkapkan kecepatan pembuatan dan penyediaan UAV ke Moskow selama invasi berkelanjutannya ke Ukraina.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), para penyelidik dari organisasi yang berbasis di Inggris, Conflict Armament Research (CAR), mengungkap penemuan suku cadang China yang baru dibuat di dalam pesawat tak berawak Iran Shahed-136 yang jatuh.
Suku cadang itu dilaporkan berisi konverter voltase (tegangan) yang diproduksi di China pada pertengahan Januari tahun ini, dikirim ke Iran, diintegrasikan dan dipasang ke dalam UAV, dan kemudian diangkut ke Rusia pada April.
Garis waktu itu memberikan seluruh prosedur jangka waktu sekitar 3 bulan, menghadirkan kerangka waktu yang lebih singkat daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh banyak negara dan institusi Barat.
Menurut Wakil Direktur Operasi CAR Damien Spleeters, bukti drone tersebut berasal dari Iran terlihat pada fakta bahwa drone itu berisi mesin buatan Iran yang dilaporkan diproduksi oleh satu perusahaan yang berulang kali diberi sanksi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.
Sanksi itu terkait tindakannya yang berperan aktif dalam program drone Iran dan pasokan UAV bersenjata ke Rusia.
Selama setahun terakhir, peran Teheran dalam membantu Moskow secara langsung dalam upaya perangnya terus terungkap dan ditetapkan sebagai fakta.
Pengungkapan komponen China yang baru dikembangkan di dalam salah satu drone itu, tidak hanya mengungkapkan kecepatan pembuatan dan pengangkutan senjata, tetapi juga menegaskan kecurigaan lama atas keterlibatan Beijing dalam invasi Rusia ke Ukraina dan bantuan secara tidak langsung ke Moskow.
Lihat Juga: Siapa Li Jianping? Koruptor Terbesar China yang Menilap Rp6,8 Triliun dan Dieksekusi Mati
(sya)