Memperteguh Indonesia sebagai Representasi Kekuatan ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sebagai representasi dari ASEAN dalam forum internasional G-20 mendapatkan dukungan dan apresiasi dari seluruh negara anggota ASEAN yang bersedia membantu menyukseskan acara ini.
Fokus dari G-20 merupakan kerja sama ekonomi dalam skala internasional sebagai wujud upaya pemulihan ekonomi global dari COVID-19, termasuk di Kawasan Asia Tenggara.
Relevansi antara ASEAN dengan G-20 kian terasa, Indonesia sebagai wakil ASEAN tentunya menggendong keinginan dari para negara anggota untuk memberikan pengaruhnya terhadap kemajuan ekonomi regional.
Pada pertemuan hari ketiga KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 di Kamboja, pemerintah Indonesia terus menekankan pembahasan pada kerja sama ekonomi yang bersifat pembangunan berkelanjutan.
Berlanjut dengan KTT G-20 di Indonesia pada November tahun lalu yang digelar di Bali memiliki fokus tersendiri, yaitu memajukan teknologi, perkembangan informasi, serta tersedianya modal dan memadainya bahan baku.
UMKM menjadi faktor utama yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan sumbangan terhadap PDB sekitar 60% walaupun belum menjadi pemain global karena share ekspor masih relatif sedikit karena diorientasikan untuk pasar domestik.
Hal ini mendorong agar kedepannya share UMKM menjadi lebih besar terlibat dalam hasil ekspor produksi.
Posisi Indonesia tidak hanya produk-produk konvensional, tetapi diharapkan juga hadirnya produk non-konvensional.
Standing point ini harus secara kuat dan diharapkan ekonomi yang kolaboratif, ekonomi yang inklusif menjadi karakter dari Asia Tenggara dengan meliputi ASEAN sebagai organisasi regional.
Akankah ada national branding terkait produk yang diharapkan agar semakin luas pasar dengan tingkat kompetisi baik dan menciptakan kemakmuran bersama antar negara anggota ASEAN? Yang justru bukan dianggap kompetisi dengan harapan agar perbedaan kepentingan kapasitas ini seimbang.
National branding dari ASEAN merupakan keinginan bersama memajukan perekonomian dan kekuatan politik di Kawasan, selain berupaya menyelesaikan masalah berupa resolusi.
Sejatinya kerja sama yang dilaksanakan merujuk pada ekonomi sebagai intensif lainnya karena berkaitan dengan prinsip ASEAN Way.
Apabila dielaborasikan dengan posisi ketua ASEAN yang saat ini dipimpin oleh Indonesia, poin-poin yang dicanangkan oleh Indonesia ketika presidensi G-20 akan diimplementasikan juga pada ASEAN.
Mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang salah satunya melalui peningkatan akses terhadap energi, maka dibutuhkan transisi energi demi menjaga kestabilan lingkungan dan memastikan akses menuju energi terjangkau yang ramah lingkungan.
Semula hanya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), kini berevolusi menjadi 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Remove) melalui Circular Carbon Economy (CCE) yang diharapkan mampu mengurangi emisi, efisiensi energi, dan mengembangkan energi terbarukan.
Diperlukannya kolaborasi multi aktor demi mendorong berkembangnya ekonomi digital yang diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antar anggota.
Keinginan ASEAN menciptakan kemajuan ekonomi anggotanya terlihat dengan rencana ASEAN Borderless Community, artinya hubungan antar negara anggota tidak dibatasi dengan sekat-sekat bidang ekonomi terkait mobilitas arus manusia dan barang yang direalisasikan pada 2030 mendatang.
Hal ini menjadi upaya ASEAN menghadapi ekonomi global dengan menciptakan Kawasan Asia tenggara yang Tangguh, inklusif, kompetitif dan harmonis.
Dengan demikian, ASEAN telah mengantisipasi dengan mempersiapkan melalui memperkuat makro ekonomi dan stabilatas finansial, mendukung pertumbuhan yang merata dan inklusif, mempromosikan daya saing dan inovasi, serta melindungi lingkungan hidup dan mengolah SDA.
MG/Rizky Annisa Sabrina
Lihat Juga: Ketika Seskab Mayor Teddy Rapikan Syal Presiden Prabowo saat Foto Bersama Pemimpin Dunia
Fokus dari G-20 merupakan kerja sama ekonomi dalam skala internasional sebagai wujud upaya pemulihan ekonomi global dari COVID-19, termasuk di Kawasan Asia Tenggara.
Relevansi antara ASEAN dengan G-20 kian terasa, Indonesia sebagai wakil ASEAN tentunya menggendong keinginan dari para negara anggota untuk memberikan pengaruhnya terhadap kemajuan ekonomi regional.
Pada pertemuan hari ketiga KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 di Kamboja, pemerintah Indonesia terus menekankan pembahasan pada kerja sama ekonomi yang bersifat pembangunan berkelanjutan.
Berlanjut dengan KTT G-20 di Indonesia pada November tahun lalu yang digelar di Bali memiliki fokus tersendiri, yaitu memajukan teknologi, perkembangan informasi, serta tersedianya modal dan memadainya bahan baku.
UMKM menjadi faktor utama yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan sumbangan terhadap PDB sekitar 60% walaupun belum menjadi pemain global karena share ekspor masih relatif sedikit karena diorientasikan untuk pasar domestik.
Hal ini mendorong agar kedepannya share UMKM menjadi lebih besar terlibat dalam hasil ekspor produksi.
Posisi Indonesia tidak hanya produk-produk konvensional, tetapi diharapkan juga hadirnya produk non-konvensional.
Standing point ini harus secara kuat dan diharapkan ekonomi yang kolaboratif, ekonomi yang inklusif menjadi karakter dari Asia Tenggara dengan meliputi ASEAN sebagai organisasi regional.
Akankah ada national branding terkait produk yang diharapkan agar semakin luas pasar dengan tingkat kompetisi baik dan menciptakan kemakmuran bersama antar negara anggota ASEAN? Yang justru bukan dianggap kompetisi dengan harapan agar perbedaan kepentingan kapasitas ini seimbang.
National branding dari ASEAN merupakan keinginan bersama memajukan perekonomian dan kekuatan politik di Kawasan, selain berupaya menyelesaikan masalah berupa resolusi.
Sejatinya kerja sama yang dilaksanakan merujuk pada ekonomi sebagai intensif lainnya karena berkaitan dengan prinsip ASEAN Way.
Apabila dielaborasikan dengan posisi ketua ASEAN yang saat ini dipimpin oleh Indonesia, poin-poin yang dicanangkan oleh Indonesia ketika presidensi G-20 akan diimplementasikan juga pada ASEAN.
Mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang salah satunya melalui peningkatan akses terhadap energi, maka dibutuhkan transisi energi demi menjaga kestabilan lingkungan dan memastikan akses menuju energi terjangkau yang ramah lingkungan.
Semula hanya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), kini berevolusi menjadi 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Remove) melalui Circular Carbon Economy (CCE) yang diharapkan mampu mengurangi emisi, efisiensi energi, dan mengembangkan energi terbarukan.
Diperlukannya kolaborasi multi aktor demi mendorong berkembangnya ekonomi digital yang diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antar anggota.
Keinginan ASEAN menciptakan kemajuan ekonomi anggotanya terlihat dengan rencana ASEAN Borderless Community, artinya hubungan antar negara anggota tidak dibatasi dengan sekat-sekat bidang ekonomi terkait mobilitas arus manusia dan barang yang direalisasikan pada 2030 mendatang.
Hal ini menjadi upaya ASEAN menghadapi ekonomi global dengan menciptakan Kawasan Asia tenggara yang Tangguh, inklusif, kompetitif dan harmonis.
Dengan demikian, ASEAN telah mengantisipasi dengan mempersiapkan melalui memperkuat makro ekonomi dan stabilatas finansial, mendukung pertumbuhan yang merata dan inklusif, mempromosikan daya saing dan inovasi, serta melindungi lingkungan hidup dan mengolah SDA.
MG/Rizky Annisa Sabrina
Lihat Juga: Ketika Seskab Mayor Teddy Rapikan Syal Presiden Prabowo saat Foto Bersama Pemimpin Dunia
(ahm)