3 pemimpin yang Mengundurkan Diri karena Burnout, Nomor Buncit Sangat Bersinar
loading...
A
A
A
PERTH - Burnout atau kelelahan tidak hanya dialami oleh para karyawan atau pegawai yang bekerja di kantor. Tapi, para pemimpin politik dan pemerintahan juga mengalami. Dikarenakan kondisinya yang parah, tak sedikit di antara mereka yang memilih mengundurkan diri.
Tuntutan pekerjaan sebagai pemimpin yang mengharuskan selalu bekerja sempurna menjadi penyebab burnout yang paling utama. Selain itu, sebagai pejabat publik, mereka juga selalu diawasi oleh publik dan media sehingga ruang privasi mereka sangatlah kecil.
Berikut adalah 3 pemimpin yang memilih mundur karena alasan burnout.
1. PM Negara Bagian Australia Barat Mark McGowan
Foto/Reuters
Pemimpin Australia Barat mengundurkan diri pada Senin (29/5/2023). Itu menjadi pengumuman mengejutkan mengejutkan. Perdana Menteri (PM) Negara Bagian Australia Barat Mark McGowan mundur karena burnout atau kelelahan setelah memimpin negara bagian kaya sumber daya itu melewati pandemi Covid-19.
McGowan terpilih pada 2017 merupakan politikus Partai Buruh yang berkuasa di Australia. "Saya menyukai tantangan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, mendapatkan hasil, dan membantu orang. Tapi sebenarnya saya lelah, sangat lelah. Nyatanya, saya lelah," kata McGowan, dilansir Reuters.
McGowan menang telak dalam pemilihan ulang pada 2021, karena kebijakan penanganan Covid-19 sangat efektif mengisolasi negara bagiannya dari bagian Australia lainnya. Dia pun sangat populer.
Partai Buruh sekarang memegang 53 dari 59 kursi di majelis rendah negara bagian. Partai tersebut diperkirakan akan kembali berkuasa dalam pemilihan yang dijadwalkan pada 2025. "Meskipun skala besar dari kemenangan pemilihan terakhirnya membuatnya mendapat tempat dalam sejarah politik Australia, saya tahu definisi kesuksesan Mark selalu tentang memberikan kepada orang-orang, meningkatkan kehidupan dan menciptakan kemajuan yang bertahan lama," kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memberikan komentar atas pengunduran diri McGowan.
Tuntutan pekerjaan sebagai pemimpin yang mengharuskan selalu bekerja sempurna menjadi penyebab burnout yang paling utama. Selain itu, sebagai pejabat publik, mereka juga selalu diawasi oleh publik dan media sehingga ruang privasi mereka sangatlah kecil.
Berikut adalah 3 pemimpin yang memilih mundur karena alasan burnout.
1. PM Negara Bagian Australia Barat Mark McGowan
Foto/Reuters
Pemimpin Australia Barat mengundurkan diri pada Senin (29/5/2023). Itu menjadi pengumuman mengejutkan mengejutkan. Perdana Menteri (PM) Negara Bagian Australia Barat Mark McGowan mundur karena burnout atau kelelahan setelah memimpin negara bagian kaya sumber daya itu melewati pandemi Covid-19.
McGowan terpilih pada 2017 merupakan politikus Partai Buruh yang berkuasa di Australia. "Saya menyukai tantangan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, mendapatkan hasil, dan membantu orang. Tapi sebenarnya saya lelah, sangat lelah. Nyatanya, saya lelah," kata McGowan, dilansir Reuters.
McGowan menang telak dalam pemilihan ulang pada 2021, karena kebijakan penanganan Covid-19 sangat efektif mengisolasi negara bagiannya dari bagian Australia lainnya. Dia pun sangat populer.
Partai Buruh sekarang memegang 53 dari 59 kursi di majelis rendah negara bagian. Partai tersebut diperkirakan akan kembali berkuasa dalam pemilihan yang dijadwalkan pada 2025. "Meskipun skala besar dari kemenangan pemilihan terakhirnya membuatnya mendapat tempat dalam sejarah politik Australia, saya tahu definisi kesuksesan Mark selalu tentang memberikan kepada orang-orang, meningkatkan kehidupan dan menciptakan kemajuan yang bertahan lama," kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memberikan komentar atas pengunduran diri McGowan.