Jelang Serangan Balik Ukraina, Jurnalis Ekspos Fasilitas Militer Rusia di Crimea
loading...
A
A
A
KIEV - Jurnalis Ukraina merilis peta interaktif yang terperinci, berisi lebih dari 200 fasilitas militer Rusia di Crimea jelang dilancarkannya serangan balik. Semenanjung Laut Hitam itu dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.
Peta tersebut — dibuat oleh jurnalis di Krym.realii, proyek Crimea dari layanan Radio Liberty di Ukraina - menunjukkan lokasi 223 fasilitas militer di semenanjung tersebut. Ini termasuk tempat pelatihan, stasiun bahan bakar, depot amunisi, situs radar dan sistem pertahanan udara dan lokasi markas. Rincian lebih lanjut pada peta menunjukkan unit dari berbagai cabang militer, lapangan terbang, dan pangkalan Armada Laut Hitam Rusia.
Pembuat peta, Igor Tokar, menyoroti pentingnya Radio Liberty, yang didanai oleh pemerintah AS, untuk memberi tahu para pendengarnya tentang tingkat militerisasi semenanjung Crimea.
"Kami ingin memperingatkan warga Krimea tentang bahaya yang terkait dengan tempat-tempat ini. Lagi pula, banyak orang tinggal di dekat fasilitas militer Federasi Rusia," kata Tokar.
"Dan dengan mempertimbangkan operasi militer berskala besar yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, tempat-tempat ini sangat berbahaya bagi orang lain," tambahnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (11/5/2023).
Publikasinya muncul beberapa hari setelah juru bicara direktorat intelijen militer Ukraina, Andriy Yusov, mendesak warga Crimea untuk menjauh dari fasilitas militer di semenanjung, menjelang serangan balasan oleh Kyiv untuk merebut kembali wilayah pendudukannya.
Yusov pada 29 April mengatakan disarankan bagi semua penduduk Crimea yang diduduki sementara untuk tidak berada di dekat fasilitas militer dan fasilitas yang mendukung tentara agresor dalam waktu dekat.
Ia mengatakan hal itu tak lama setelah kebakaran depot minyak Sevastopol.
Sementara itu penasihat presiden Ukraina Mikhail Podolyak mengatakan kepada outlet berita bulan lalu bahwa dia yakin pasukan negaranya akan berada di Crimea dalam waktu lima bulan.
Pada musim panas 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji akan membatalkan aneksasi Crimea oleh Rusia. Saat Rusia bersiap untuk menghadapi serangan balasan dari Ukraina, telah terjadi perubahan penting dalam narasi tentang bagaimana negara yang dilanda perang itu dapat memperoleh kembali kendali atas wilayah yang dianeksasi tersebut.
Tingkat ancaman teror telah terjadi di beberapa bagian Crimea sejak 11 April 2022, beberapa minggu setelah invasi besar-besaran Presiden Vladimir Putin ke Ukraina dimulai. Sementara itu, laporan ledakan di semenanjung itu semakin sering terjadi.
Ukraina sendiri membantah terlibat dalam ledakan yang terjadi di Crimea, termasuk ledakan Oktober 2022 di jembatan Kerch yang menghubungkan semenanjung itu dengan Rusia, dan kebakaran di depot minyak di Sevastopol akhir bulan lalu.
Peta tersebut — dibuat oleh jurnalis di Krym.realii, proyek Crimea dari layanan Radio Liberty di Ukraina - menunjukkan lokasi 223 fasilitas militer di semenanjung tersebut. Ini termasuk tempat pelatihan, stasiun bahan bakar, depot amunisi, situs radar dan sistem pertahanan udara dan lokasi markas. Rincian lebih lanjut pada peta menunjukkan unit dari berbagai cabang militer, lapangan terbang, dan pangkalan Armada Laut Hitam Rusia.
Pembuat peta, Igor Tokar, menyoroti pentingnya Radio Liberty, yang didanai oleh pemerintah AS, untuk memberi tahu para pendengarnya tentang tingkat militerisasi semenanjung Crimea.
"Kami ingin memperingatkan warga Krimea tentang bahaya yang terkait dengan tempat-tempat ini. Lagi pula, banyak orang tinggal di dekat fasilitas militer Federasi Rusia," kata Tokar.
"Dan dengan mempertimbangkan operasi militer berskala besar yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina, tempat-tempat ini sangat berbahaya bagi orang lain," tambahnya seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (11/5/2023).
Publikasinya muncul beberapa hari setelah juru bicara direktorat intelijen militer Ukraina, Andriy Yusov, mendesak warga Crimea untuk menjauh dari fasilitas militer di semenanjung, menjelang serangan balasan oleh Kyiv untuk merebut kembali wilayah pendudukannya.
Yusov pada 29 April mengatakan disarankan bagi semua penduduk Crimea yang diduduki sementara untuk tidak berada di dekat fasilitas militer dan fasilitas yang mendukung tentara agresor dalam waktu dekat.
Ia mengatakan hal itu tak lama setelah kebakaran depot minyak Sevastopol.
Sementara itu penasihat presiden Ukraina Mikhail Podolyak mengatakan kepada outlet berita bulan lalu bahwa dia yakin pasukan negaranya akan berada di Crimea dalam waktu lima bulan.
Pada musim panas 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji akan membatalkan aneksasi Crimea oleh Rusia. Saat Rusia bersiap untuk menghadapi serangan balasan dari Ukraina, telah terjadi perubahan penting dalam narasi tentang bagaimana negara yang dilanda perang itu dapat memperoleh kembali kendali atas wilayah yang dianeksasi tersebut.
Tingkat ancaman teror telah terjadi di beberapa bagian Crimea sejak 11 April 2022, beberapa minggu setelah invasi besar-besaran Presiden Vladimir Putin ke Ukraina dimulai. Sementara itu, laporan ledakan di semenanjung itu semakin sering terjadi.
Ukraina sendiri membantah terlibat dalam ledakan yang terjadi di Crimea, termasuk ledakan Oktober 2022 di jembatan Kerch yang menghubungkan semenanjung itu dengan Rusia, dan kebakaran di depot minyak di Sevastopol akhir bulan lalu.
(ian)