Ukraina Kesal 6 Pemimpin Asing Hadiri Parade Hari Kemenangan Rusia
loading...
A
A
A
KIEV - Ukraina kesal dan mengecam enam pemimpin asing dari negara-negara pecahan Soviet karena menghadiri parade Hari Kemenangan di Moskow, Rusia , pada Selasa.
Rusia setiap 9 Mei menggelar parade Hari Kemenangan atau Victory Day untuk memperingati kemenangan Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menganggp enam pemimpin asing tersebut berperilaku "tidak bermoral dan tidak ramah" dan dimanfaatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk "tindakan palsu" yang tidak terkait dengan kemenangan dalam Perang Dunia II.
Enam pemimpin asing itu adalah Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Krygyzstan Sadyr Japarov, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Turkmenistan Serdar Berdymuhamedov, dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev.
Sesuai tradisi, upacara hari Selasa dibuka dengan garda kehormatan membawa bendera pertempuran Divisi Infanteri ke-150, yang dikibarkan di atas Reichstag pada 2 Mei 1945.
Kiev menggambarkan perayaan itu sebagai "acara di Lapangan Merah", dan mengatakan partisipasi tujuh pemimpin merupakan tindakan tidak bermoral dan tidak ramah terhadap Ukraina, menunjukkan penghinaan terhadap rakyat Ukraina yang berjuang untuk kelangsungan hidup dan kebebasannya.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Putin sebagai penjahat perang dan mengeklaim bahwa dalam pidatonya, presiden Rusia itu membenarkan pembunuhan warga Ukraina, penghancuran kota dan desa Ukraina, penculikan anak-anak Ukraina dan penindasan terhadap penduduk di wilayah yang diduduki pasukan Moskow.
"Parade tersebut menampilkan peralatan militer Rusia yang telah digunakan selama sepuluh tahun dalam perang agresi Rusia yang tidak beralasan melawan Ukraina," kata kementerian itu merujuk pada awal mula konflik di Ukraina timur pada 2014, seperti dikutip The New Voice of Ukraine.
Putin mengatakan kepada para tamu yang berkumpul bahwa Rusia tidak memiliki niat buruk untuk rakyat Ukraina, yang dia gambarkan sebagai “sandera” kudeta yang didukung Amerika Serikat tahun 2014 di Kiev yang digunakan sebagai pion oleh Barat dalam “rencana egois yang kejam”.
Kementerian Luar Negeri Ukraina berpendapat bahwa orang-orang Kaukasus dan Asia Tengah memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi kemenangan atas Nazisme 78 tahun yang lalu. "Dan tidak pantas untuk dimanfaatkan sekarang oleh Kremlin yang mengambil bagian dalam aksi palsu yang tidak berkaitan dengan prestasi para pemenang atas Nazisme," katanya.
Lihat Juga: Kekuatan Militer Korea Utara dan Rusia jika Bergabung, Akankah Keduanya Bersatu untuk Melawan Ukraina?
Rusia setiap 9 Mei menggelar parade Hari Kemenangan atau Victory Day untuk memperingati kemenangan Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menganggp enam pemimpin asing tersebut berperilaku "tidak bermoral dan tidak ramah" dan dimanfaatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk "tindakan palsu" yang tidak terkait dengan kemenangan dalam Perang Dunia II.
Enam pemimpin asing itu adalah Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Krygyzstan Sadyr Japarov, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Turkmenistan Serdar Berdymuhamedov, dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev.
Baca Juga
Sesuai tradisi, upacara hari Selasa dibuka dengan garda kehormatan membawa bendera pertempuran Divisi Infanteri ke-150, yang dikibarkan di atas Reichstag pada 2 Mei 1945.
Kiev menggambarkan perayaan itu sebagai "acara di Lapangan Merah", dan mengatakan partisipasi tujuh pemimpin merupakan tindakan tidak bermoral dan tidak ramah terhadap Ukraina, menunjukkan penghinaan terhadap rakyat Ukraina yang berjuang untuk kelangsungan hidup dan kebebasannya.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menuduh Putin sebagai penjahat perang dan mengeklaim bahwa dalam pidatonya, presiden Rusia itu membenarkan pembunuhan warga Ukraina, penghancuran kota dan desa Ukraina, penculikan anak-anak Ukraina dan penindasan terhadap penduduk di wilayah yang diduduki pasukan Moskow.
"Parade tersebut menampilkan peralatan militer Rusia yang telah digunakan selama sepuluh tahun dalam perang agresi Rusia yang tidak beralasan melawan Ukraina," kata kementerian itu merujuk pada awal mula konflik di Ukraina timur pada 2014, seperti dikutip The New Voice of Ukraine.
Putin mengatakan kepada para tamu yang berkumpul bahwa Rusia tidak memiliki niat buruk untuk rakyat Ukraina, yang dia gambarkan sebagai “sandera” kudeta yang didukung Amerika Serikat tahun 2014 di Kiev yang digunakan sebagai pion oleh Barat dalam “rencana egois yang kejam”.
Kementerian Luar Negeri Ukraina berpendapat bahwa orang-orang Kaukasus dan Asia Tengah memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi kemenangan atas Nazisme 78 tahun yang lalu. "Dan tidak pantas untuk dimanfaatkan sekarang oleh Kremlin yang mengambil bagian dalam aksi palsu yang tidak berkaitan dengan prestasi para pemenang atas Nazisme," katanya.
Lihat Juga: Kekuatan Militer Korea Utara dan Rusia jika Bergabung, Akankah Keduanya Bersatu untuk Melawan Ukraina?
(mas)