Terjadi Lagi, Kapal Patroli China dan Filipina Hampir Tabrakan di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
MANILA - Kapal-kapal patrol China dan Filipina nyaris bertabrakan di Laut China Selatan pada Minggu (30/4/2023). Kejadian terbaru itu sebagai tanda lain dari ketegangan lanjutan atas perairan yang diperebutkan karena kedua belah pihak saling menuduh melakukan gangguan dan provokasi.
Sebelumnya, dua kapal penjaga pantai China memblokir kapal patroli Filipina di sekitar beting Ayungin pada 23 April, dengan salah satu kapal melakukan “manuver berbahaya dan berada dalam jarak 50 yard dari kapal negara Asia Tenggara itu,” menurut penjaga pantai Filipina pada Jumat.
“Kejadian serupa didokumentasikan pada 19 April di area yang sama,” ungkap Departemen Luar Negeri (Deplu) Filipina.
Deplu Filipina mengutip insiden lain dari “manuver yang sangat berbahaya oleh kapal China.”
“Manuver China profesional dan terkendali," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Jumat dalam jumpa pers reguler di Beijing.
“Perlu ditekankan bahwa kapal Filipina menyusup ke perairan itu dengan staf pers di dalamnya. Ini memperjelas bahwa itu adalah provokasi terencana yang dirancang untuk memulai gesekan, menyalahkan China dan membesar-besarkan insiden tersebut,” papar Mao.
Kedua negara telah terkunci dalam sengketa teritorial di perairan yang kaya sumber daya, dengan pemerintah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr meningkatkan protes atas tindakan Beijing.
China telah menyatakan kehadirannya di wilayah itu sah, bahkan setelah pengadilan internasional membatalkan klaim lautnya yang luas pada tahun 2016.
Insiden itu terjadi saat AS dan Filipina melakukan latihan militer gabungan terbesar mereka yang akan berakhir Jumat.
Pemerintah Marcos telah memperkuat aliansinya dengan Washington, baru-baru ini memperluas akses AS ke situs militer negaranya.
Dia diperkirakan akan membahas kesepakatan pertahanan dengan Presiden Joe Biden dalam pertemuan pekan depan.
Penjaga Pantai Filipina mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya melakukan patroli selama tujuh hari di Laut China Selatan hingga Senin atas arahan Marcos.
Ia juga melaporkan “konfrontasi” terpisah dengan kapal Angkatan Laut China di dekat Pulau Pagasa pada 21 April.
Kapal China dilaporkan memberi tahu kapal-kapal Filipina melalui radio untuk meninggalkan daerah itu, dan kegagalan untuk mematuhinya dapat “menyebabkan masalah.”
Sekitar seratus kapal milisi maritim China berada di sekitar Julian Felipe Reef pada saat yang sama, menurut laporan televisi pemerintah Filipina PTV.
Laporan itu juga menunjukkan personel penjaga pantai dari kedua negara bertukar tantangan radio dan meminta satu sama lain untuk meninggalkan perairan yang disengketakan.
“Kami mendesak Filipina untuk menghormati kedaulatan dan hak maritim serta kepentingan China di China Selatan dan berhenti melakukan tindakan yang dapat memperumit situasi,” tegas Mao.
Departemen luar negeri Filipina juga meminta China melakukan hal yang sama “dan menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan insiden yang tidak diinginkan.”
Sebelumnya, dua kapal penjaga pantai China memblokir kapal patroli Filipina di sekitar beting Ayungin pada 23 April, dengan salah satu kapal melakukan “manuver berbahaya dan berada dalam jarak 50 yard dari kapal negara Asia Tenggara itu,” menurut penjaga pantai Filipina pada Jumat.
“Kejadian serupa didokumentasikan pada 19 April di area yang sama,” ungkap Departemen Luar Negeri (Deplu) Filipina.
Deplu Filipina mengutip insiden lain dari “manuver yang sangat berbahaya oleh kapal China.”
“Manuver China profesional dan terkendali," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Jumat dalam jumpa pers reguler di Beijing.
“Perlu ditekankan bahwa kapal Filipina menyusup ke perairan itu dengan staf pers di dalamnya. Ini memperjelas bahwa itu adalah provokasi terencana yang dirancang untuk memulai gesekan, menyalahkan China dan membesar-besarkan insiden tersebut,” papar Mao.
Kedua negara telah terkunci dalam sengketa teritorial di perairan yang kaya sumber daya, dengan pemerintah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr meningkatkan protes atas tindakan Beijing.
China telah menyatakan kehadirannya di wilayah itu sah, bahkan setelah pengadilan internasional membatalkan klaim lautnya yang luas pada tahun 2016.
Insiden itu terjadi saat AS dan Filipina melakukan latihan militer gabungan terbesar mereka yang akan berakhir Jumat.
Pemerintah Marcos telah memperkuat aliansinya dengan Washington, baru-baru ini memperluas akses AS ke situs militer negaranya.
Dia diperkirakan akan membahas kesepakatan pertahanan dengan Presiden Joe Biden dalam pertemuan pekan depan.
Penjaga Pantai Filipina mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya melakukan patroli selama tujuh hari di Laut China Selatan hingga Senin atas arahan Marcos.
Ia juga melaporkan “konfrontasi” terpisah dengan kapal Angkatan Laut China di dekat Pulau Pagasa pada 21 April.
Kapal China dilaporkan memberi tahu kapal-kapal Filipina melalui radio untuk meninggalkan daerah itu, dan kegagalan untuk mematuhinya dapat “menyebabkan masalah.”
Sekitar seratus kapal milisi maritim China berada di sekitar Julian Felipe Reef pada saat yang sama, menurut laporan televisi pemerintah Filipina PTV.
Laporan itu juga menunjukkan personel penjaga pantai dari kedua negara bertukar tantangan radio dan meminta satu sama lain untuk meninggalkan perairan yang disengketakan.
“Kami mendesak Filipina untuk menghormati kedaulatan dan hak maritim serta kepentingan China di China Selatan dan berhenti melakukan tindakan yang dapat memperumit situasi,” tegas Mao.
Departemen luar negeri Filipina juga meminta China melakukan hal yang sama “dan menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan insiden yang tidak diinginkan.”
(sya)