Senator AS Jilat Ludah Sendiri: Dulu Menghina Mohammed bin Salman, Sekarang Menemuinya
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sikap Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham bak menjilat ludah sendiri. Dulu dia menghina Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan menolak menginjakkan kaki di kerajaan, tapi dia baru-baru ini berkunjung dan menemui putra Raja Salman tersebut.
Pada 2018, setelah kematian jurnalis Jamal Khashoggi, Senator Graham mengatakan dia tidak akan berbisnis dengan Arab Saudi atau mengunjungi negara itu. Dia bahkan menghina Pangeran Mohammed bin Salman dengan menyebutnya "toxic" atau "beracun".
"Putra mahkota adalah perusak. Saya pikir perilaku sebelum pembunuhan Khashoggi sangat mengganggu. Dan saya tidak bisa melihat dia menjadi mitra yang dapat diandalkan untuk Amerika Serikat," kata Graham saat itu.
Pembawa acara "This Week" ABC Johnathan Karl pada hari Minggu bertanya kepada Graham tentang kunjungannya baru-baru ini ke Arab Saudi dan pertemuannya dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
"Saya ingat betapa kritisnya Anda terhadapnya setelah pembunuhan Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post," kata Karl.
Graham berkelit dengan mengatakan banyak yang telah berubah sejak saat itu.
"Ya, beberapa hal terjadi. Pertama, saya telah berbicara dengan pemerintahan [Joe] Biden tentang bekerja dengan Arab Saudi untuk membangun reformasi yang mereka lakukan di negara mereka dan untuk membangun Abraham Accords," kata Graham.
"Jika Anda tidak mendapatkan hal lain dari wawancara ini, hal-hal di Arab Saudi berubah dengan sangat cepat menjadi lebih baik. Saya melihat peluang untuk menormalkan hubungan antara Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Israel yang akan mengubah wilayah tersebut," paparnya.
Dia mencatat bahwa Arab Saudi membeli jet Boeing 787 senilai USD36 miliar yang dibuat di Charleston, South Carolina, negara bagian asalnya.
"Mereka memilih Boeing 787 daripada Airbus. Saya datang ke sini untuk mengucapkan terima kasih kepada Arab Saudi. Mereka berpikir untuk membeli lebih banyak jet," kata Graham, yang dilansir ABC, Senin (17/4/2023).
Khashoggi, seorang jurnalis pengkritik kerajaan tapi tinggal di Amerika, dibunuh oleh para algojo Arab Saudi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2018. Jasadnya tidak pernah ditemukan.
Laporan CIA menyimpulkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyetujui operasi pembunuhan Khashoggi. Namun, pemerintah AS—baik di era Donald Trump maupun Joe Biden—tidak menjatuhkan sanksi terhadap Pangeran Mohammed bin Salman.
Pada 2018, setelah kematian jurnalis Jamal Khashoggi, Senator Graham mengatakan dia tidak akan berbisnis dengan Arab Saudi atau mengunjungi negara itu. Dia bahkan menghina Pangeran Mohammed bin Salman dengan menyebutnya "toxic" atau "beracun".
"Putra mahkota adalah perusak. Saya pikir perilaku sebelum pembunuhan Khashoggi sangat mengganggu. Dan saya tidak bisa melihat dia menjadi mitra yang dapat diandalkan untuk Amerika Serikat," kata Graham saat itu.
Pembawa acara "This Week" ABC Johnathan Karl pada hari Minggu bertanya kepada Graham tentang kunjungannya baru-baru ini ke Arab Saudi dan pertemuannya dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
"Saya ingat betapa kritisnya Anda terhadapnya setelah pembunuhan Jamal Khashoggi, kolumnis The Washington Post," kata Karl.
Graham berkelit dengan mengatakan banyak yang telah berubah sejak saat itu.
"Ya, beberapa hal terjadi. Pertama, saya telah berbicara dengan pemerintahan [Joe] Biden tentang bekerja dengan Arab Saudi untuk membangun reformasi yang mereka lakukan di negara mereka dan untuk membangun Abraham Accords," kata Graham.
"Jika Anda tidak mendapatkan hal lain dari wawancara ini, hal-hal di Arab Saudi berubah dengan sangat cepat menjadi lebih baik. Saya melihat peluang untuk menormalkan hubungan antara Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Israel yang akan mengubah wilayah tersebut," paparnya.
Dia mencatat bahwa Arab Saudi membeli jet Boeing 787 senilai USD36 miliar yang dibuat di Charleston, South Carolina, negara bagian asalnya.
"Mereka memilih Boeing 787 daripada Airbus. Saya datang ke sini untuk mengucapkan terima kasih kepada Arab Saudi. Mereka berpikir untuk membeli lebih banyak jet," kata Graham, yang dilansir ABC, Senin (17/4/2023).
Khashoggi, seorang jurnalis pengkritik kerajaan tapi tinggal di Amerika, dibunuh oleh para algojo Arab Saudi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2018. Jasadnya tidak pernah ditemukan.
Laporan CIA menyimpulkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyetujui operasi pembunuhan Khashoggi. Namun, pemerintah AS—baik di era Donald Trump maupun Joe Biden—tidak menjatuhkan sanksi terhadap Pangeran Mohammed bin Salman.
(mas)