Upaya Kudeta Pecah di Sudan, RSF Klaim Kuasai Istana Presiden

Sabtu, 15 April 2023 - 20:05 WIB
loading...
Upaya Kudeta Pecah di Sudan, RSF Klaim Kuasai Istana Presiden
Kelompok paramiliter RSF bentrok dengan militer di Khartoum dalam upaya kudeta di Sudan, Sabtu (15/4/2023). Foto/Anadolu Agency
A A A
KHARTOUM - Upaya kudeta sedang terjadi di Sudan , Sabtu (15/4/2023). Kelompok para militer utama Sudan, Rapid Support Forces (RSF), mengeklaim telah menguasai istana presiden, kediaman panglima militer dan bandara internasional Khartoum.

Kelompok RSF bentrok dengan militer. Suara rentetan tembakan dan ledakan terdengar keras di Ibu Kota Sudan; Khartoum.

RSF, yang menuduh militer menyerang mereka lebih dulu, mengatakan bahwa mereka juga telah merebut bandara di kota utara Merowe dan di El-Obeid di wilayah barat.

Militer Sudan mengatakan Angkatan Udara sedang melakukan operasi melawan RSF. Cuplikan video dari penyiar televisi setempat menunjukkan sebuah pesawat militer terbang di atas Khartoum, tetapi video itu belum bisa diverifikasi secara independen.

Tembakan terdengar di beberapa wilayah di Khartoum dan saksi mata melaporkan penembakan terjadi di kota-kota yang berdekatan.



Seorang jurnalis Reuters melaporkan meriam dan kendaraan lapis baja telah dikerahkan di jalan-jalan ibu kota, dan mendengar tembakan senjata berat di dekat markas militer dan RSF.

Para dokter mengatakan bentrokan telah terjadi di lingkungan perumahan dan warga sipil terluka.

Bentrokan juga terjadi di markas besar televisi pemerintah Sudan.

Mesir, salah satu negara Arab paling berpengaruh, menyatakan keprihatinan serius atas bentrokan itu dan meminta semua pihak untuk menahan diri.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Sudan, John Godfrey, mengatakan eskalasi ketegangan untuk pertempuran langsung sangat berbahaya dan mendesak kepemimpinan senior untuk menghentikan bentrokan.

Godfrey mengatakan dia dan staf kedutaan berlindung di tempat.

Militer mengatakan RSF telah mencoba menyerang pasukannya di beberapa posisi setelah saksi melaporkan tembakan senjata berat di beberapa bagian negara itu, menimbulkan kekhawatiran akan konflik besar-besaran.

RSF, yang menurut para analis berkekuatan 100.000 orang, mengatakan pasukannya diserang terlebih dahulu oleh militer.

Sebelumnya, RSF, yang dipimpin oleh mantan pemimpin milisi Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal sebagai Hemedti, mengatakan militer telah mengepung salah satu pangkalannya dan melepaskan tembakan dengan senjata berat.

RSF pimpinan Hemedti dibentuk dari milisi yang dituduh melakukan kejahatan perang dalam konflik Darfur. Pada Juni 2019, pasukan keamanan yang dipimpin oleh RSF menggerebek kamp pro-demokrasi Khartoum dan hampir 130 orang tewas, menurut penghitungan para dokter aktivis.

Konfrontasi yang berkepanjangan antara RSF dan militer dapat secara signifikan memperburuk situasi keamanan di seluruh negara luas yang sudah menghadapi kehancuran ekonomi dan gejolak kekerasan suku.

Hemedti telah menjadi wakil pemimpin Dewan Kedaulatan yang berkuasa yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan sejak 2019.

Partai politik sipil yang telah menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan awal dengan tentara dan RSF meminta mereka untuk menghentikan permusuhan. Kedutaan Rusia juga menyerukan diakhirinya kekerasan.

Permusuhan itu terjadi setelah berhari-hari ketegangan antara militer dan RSF, yang dapat merusak upaya jangka panjang untuk mengembalikan Sudan ke pemerintahan sipil setelah perebutan kekuasaan dan kudeta militer.

Hemedti, pernah menjadi salah satu pemimpin milisi yang paling ditakuti dan kejam di Darfur, telah menempatkan dirinya di garis depan transisi terencana menuju demokrasi, meresahkan sesama penguasa militer dan memicu mobilisasi pasukan di Khartoum.

Keretakan antara pasukan muncul ke permukaan pada hari Kamis, ketika militer mengatakan bahwa gerakan baru-baru ini, khususnya di Merowe, oleh RSF adalah ilegal.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1786 seconds (0.1#10.140)