Rusia Ancam Batalkan Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Ukraina
loading...
A
A
A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Rusia , Sergei Lavrov mengancam akan meninggalkan kesepakatan biji-bijian penting dengan Ukraina jika hambatan ekspor Moskow tetap ada. Sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina, ekspor biji-bijian sempat terhenti.
Dinegosiasikan pada bulan Juli oleh Turki dan PBB, perjanjian tersebut memungkinkan Ukraina – salah satu produsen biji-bijian utama dunia – untuk mengekspor biji-bijian melalui koridor yang aman di Laut Hitam.
"Jika tidak ada kemajuan lebih lanjut dalam menghilangkan hambatan ekspor pupuk dan biji-bijian Rusia, kami akan memikirkan apakah kesepakatan ini diperlukan," kata Lavrov pada konferensi pers di ibu kota Turki, Ankara, bersama mitranya, Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/4/2023).
Perjanjian tersebut sejauh ini memungkinkan ekspor lebih dari 27 juta ton biji-bijian dan produk pertanian. Kesepakatan itu telah diperpanjang dua kali. Ketika diperpanjang pada bulan Maret, Rusia mengatakan itu akan berlaku selama 60 hari, bukan 120 hari dalam perjanjian awal.
Moskow telah mengeluh bahwa perjanjiannya, yang menjanjikan hak untuk mengekspor pupuk, tidak dihormati. Turki sendiri telah mendorong perpanjangan 120 hari, meskipun mengakui bahwa perjanjian tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan.
"Kami menghargai kelanjutan perjanjian yang juga penting dalam mengurangi krisis pangan global," kata Cavusoglu.
Tidak ada sanksi atas ekspor makanan dan pupuk Rusia ke pasar global tetapi masalahnya terkait dengan sanksi sekunder yang dikenakan pada perusahaan pelayaran dan asuransi serta bank.
"AS dan Inggris mengambil beberapa langkah dalam hal pembayaran dan asuransi, tetapi kami harus adil, masalah terus berlanjut," kata Cavusoglu. Ia juga seraya menambahkan bahwa hambatan tetap ada.
Sementara itu, masuknya biji-bijian Ukraina ke Polandia akan dibatasi, kata negara-negara itu pada Jumat, menyusul protes para petani.
Biji-bijian Ukraina telah transit melalui Uni Eropa ke negara lain setelah rute tradisional Laut Hitam negara yang dilanda perang itu diblokir oleh invasi Rusia. Namun karena masalah logistik, biji-bijian menumpuk dan menurunkan harga lokal, menyebabkan protes dan pengunduran diri menteri pertanian Polandia.
Dinegosiasikan pada bulan Juli oleh Turki dan PBB, perjanjian tersebut memungkinkan Ukraina – salah satu produsen biji-bijian utama dunia – untuk mengekspor biji-bijian melalui koridor yang aman di Laut Hitam.
"Jika tidak ada kemajuan lebih lanjut dalam menghilangkan hambatan ekspor pupuk dan biji-bijian Rusia, kami akan memikirkan apakah kesepakatan ini diperlukan," kata Lavrov pada konferensi pers di ibu kota Turki, Ankara, bersama mitranya, Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/4/2023).
Perjanjian tersebut sejauh ini memungkinkan ekspor lebih dari 27 juta ton biji-bijian dan produk pertanian. Kesepakatan itu telah diperpanjang dua kali. Ketika diperpanjang pada bulan Maret, Rusia mengatakan itu akan berlaku selama 60 hari, bukan 120 hari dalam perjanjian awal.
Moskow telah mengeluh bahwa perjanjiannya, yang menjanjikan hak untuk mengekspor pupuk, tidak dihormati. Turki sendiri telah mendorong perpanjangan 120 hari, meskipun mengakui bahwa perjanjian tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan.
"Kami menghargai kelanjutan perjanjian yang juga penting dalam mengurangi krisis pangan global," kata Cavusoglu.
Tidak ada sanksi atas ekspor makanan dan pupuk Rusia ke pasar global tetapi masalahnya terkait dengan sanksi sekunder yang dikenakan pada perusahaan pelayaran dan asuransi serta bank.
"AS dan Inggris mengambil beberapa langkah dalam hal pembayaran dan asuransi, tetapi kami harus adil, masalah terus berlanjut," kata Cavusoglu. Ia juga seraya menambahkan bahwa hambatan tetap ada.
Sementara itu, masuknya biji-bijian Ukraina ke Polandia akan dibatasi, kata negara-negara itu pada Jumat, menyusul protes para petani.
Biji-bijian Ukraina telah transit melalui Uni Eropa ke negara lain setelah rute tradisional Laut Hitam negara yang dilanda perang itu diblokir oleh invasi Rusia. Namun karena masalah logistik, biji-bijian menumpuk dan menurunkan harga lokal, menyebabkan protes dan pengunduran diri menteri pertanian Polandia.
(esn)