Dokter-dokter Jerman Berpose Telanjang Memprotes Kekurangan APD

Selasa, 28 April 2020 - 21:19 WIB
loading...
Dokter-dokter Jerman Berpose Telanjang Memprotes Kekurangan APD
Sekelompok dokter Jerman berpose telanjang sebagai protes atas kekurangan alat pelindung diri (APD) dalam penanganan wabah COVID-19. Foto/Blankebedenken
A A A
BERLIN - Sekelompok dokter Jerman berpose telanjang sebagai protes atas kekurangan pakaian dan peralatan pelindung diri (ADP). Kekurangan peralatan itu membuat mereka berisiko terinfeksi virus corona baru atau COVID-19.

Mereka menamai aksi protesnya "Blanke Bedenken" atau "Naked Qualms". Kelompok dokter itu merasa berisiko terpapar COVID-19 dan menyatakan permintaan mereka untuk bantuan APD selama beberapa bulan tidak diindahkan.

Ruben Bernau, seorang dokter umum yang tergabung dalam kelompok itu, mengatakan kepada Ă„rztezeitung bahwa dia dan timnya tidak cukup diperlengkapi diri untuk menghadapi virus corona baru. "Ketelanjangan adalah simbol betapa rapuhnya kita tanpa perlindungan," katanya, yang dilansir The Guardian, Selasa (28/4/2020).

Para dokter berpose dalam praktik mereka, seperti berlindung di balik file, berpose di toilet, di sekitar peralatan medis, dan di blok resep.

Christian Rechtenwald, yang juga berpraktik sebagai dokter umum, mengatakan kelompoknya terinspirasi oleh tindakan seorang dokter Prancis, Alain Colombié, yang difoto telanjang dalam praktiknya setelah menggambarkan dirinya dan sesama dokter sebagai "umpan meriam" dalam perang melawan pandemi COVID-19.

"Tentu saja kami ingin terus merawat pasien yang masih perlu menerima pemeriksaan dekat," imbuh dokter umum lainnya, Jana Husemann. Untuk itu, dia membutuhkan APD yang tepat.

Seorang dokter mengatakan dia terlatih untuk menjahit luka dan bertanya; “Mengapa saya sekarang harus menjahit masker wajah saya sendiri?”

Dokter Jerman telah berulang kali meminta lebih banyak APD sejak munculnya virus corona baru di Jerman pada akhir Januari.

Perusahaan Jerman yang membuat APD telah meningkatkan kapasitas produksi mereka tetapi tidak mampu memenuhi permintaan. Praktik medis, klinik dan panti jompo telah sering meminta masker, kacamata, sarung tangan dan celemek filter dan mengatakan kebutuhan mereka hampir tidak terpenuhi.

Staf medis juga telah melaporkan pencurian yang meluas terhadap desinfektan dan masker dari rumah sakit. Polisi menyalahkan geng kriminal terorganisir atas kasus-kasus tersebut. Akibatnya, banyak rumah sakit meningkatkan keamanannya.

Sebuah studi baru-baru ini oleh asosiasi asuransi kesehatan Jerman menemukan bahwa para dokter kekurangan lebih dari 100 juta masker sekali pakai, hampir 50 juta masker saringan, lebih dari 60 juta celemek sekali pakai, dan sejumlah sarung tangan sekali pakai yang serupa.

Permintaan untuk APD sangat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, di mana North Rhine Westphalia dan Bavaria termasuk yang paling membutuhkan.

Marc-Pierre Möll, kepala eksekutif Asosiasi Teknologi Medis Jerman, meminta pemerintah untuk mendukung peningkatan produksi domestik yang terstruktur.

"Jika organisasi seperti itu diinginkan secara politis dan ada jumlah yang terjamin untuk harga yang wajar, tidak akan ada kesulitan," kata Möll kepada media Jerman.

Pemerintah telah menanggapi dengan mengatakan pihaknya berencana untuk memusatkan pengadaan APD. Dalam feed Twitter-nya @BlankeBedenken, kelompok protes mengatakan Jerman mengklaim memiliki sumber daya yang baik dalam pertarungan melawan COVID-19.

"Tapi pakaian pelindung, desinfektan, dan masker sekali pakai tidak tersedia segera. Terlepas dari kekhawatiran tentang mereka dan pasien mereka yang tidak cukup terlindungi dari tertular virus, di seluruh negeri dokter dan tim mereka merawat orang," tulis kelompok dokter tersebut.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1080 seconds (0.1#10.140)