Jenderal Tertinggi Amerika: Perang AS-Rusia Akan Bikin Konsumsi Amunisi Keluar dari Grafik
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Jenderal tertinggi Amerika Serikat (AS) Mark Milley memperingatkan bahwa perang antara Amerika dengan kekuatan besar lainnya, termasuk Rusia, akan membuat konsumsi amunisi keluar dari grafik.
Peringatan Panglima Militer Amerika itu disampaikan kepada Komite Angkatan Bersenjata Parlemen setempat pada hari Rabu. Menurutnya, jika kemungkinan buruk itu terjadi, ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan negara siap.
Ukraina dan Rusia telah menembakkan sejumlah besar amunisi artileri sejak Moskow menginvasi tetangganya pada Februari 2022, memicu kekhawatiran tentang jumlah yang dimiliki Amerika Serikat—yang telah memasok peluru dalam jumlah besar ke Kiev.
"Sebuah pelajaran besar yang didapat dari Ukraina, yaitu tingkat konsumsi yang luar biasa dari amunisi konvensional dalam apa yang sebenarnya merupakan perang regional terbatas,” ujar Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika.
"Jika ada perang di semenanjung Korea atau perang kekuatan besar antara Amerika Serikat dan Rusia, Amerika Serikat dan China, tingkat konsumsi itu akan keluar dari grafik," katanya.
"Kami punya cara untuk memastikan...stok kami siap untuk kemungkinan yang sebenarnya," paparnya, seperti dikutip AFP, Kamis (30/3/2023).
Pernyataan Milley datang sehari setelah Wakil Sekretaris Angkatan Darat Gabe Camarillo mengatakan Amerika Serikat bertujuan untuk memperluas produksi peluru artileri.
“Kami...berinvestasi dalam kapasitas produksi—USD1,45 miliar untuk memperluas produksi artileri 155 mm dari 14.000 per bulan menjadi lebih dari 24.000 di akhir tahun ini, yang mencakup peningkatan enam kali lipat dalam kapasitas produksi pada FY28 menjadi lebih dari 85.000 unit per bulan,” katanya di simposium Asosiasi Angkatan Darat Amerika Serikat.
Menurut Camrillo, AS juga berusaha untuk meningkatkan produksi peluncur dan rudal Javelin serta amunisi untuk peluncur roket presisi HIMARS—peralatan yang telah memainkan peran kunci dalam perang Ukraina melawan pasukan Rusia.
Lihat Juga: Eks Letkol AS Dukung Klaim Houthi Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika, Ini 3 Alasannya
Peringatan Panglima Militer Amerika itu disampaikan kepada Komite Angkatan Bersenjata Parlemen setempat pada hari Rabu. Menurutnya, jika kemungkinan buruk itu terjadi, ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan negara siap.
Ukraina dan Rusia telah menembakkan sejumlah besar amunisi artileri sejak Moskow menginvasi tetangganya pada Februari 2022, memicu kekhawatiran tentang jumlah yang dimiliki Amerika Serikat—yang telah memasok peluru dalam jumlah besar ke Kiev.
"Sebuah pelajaran besar yang didapat dari Ukraina, yaitu tingkat konsumsi yang luar biasa dari amunisi konvensional dalam apa yang sebenarnya merupakan perang regional terbatas,” ujar Jenderal Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika.
"Jika ada perang di semenanjung Korea atau perang kekuatan besar antara Amerika Serikat dan Rusia, Amerika Serikat dan China, tingkat konsumsi itu akan keluar dari grafik," katanya.
"Kami punya cara untuk memastikan...stok kami siap untuk kemungkinan yang sebenarnya," paparnya, seperti dikutip AFP, Kamis (30/3/2023).
Pernyataan Milley datang sehari setelah Wakil Sekretaris Angkatan Darat Gabe Camarillo mengatakan Amerika Serikat bertujuan untuk memperluas produksi peluru artileri.
“Kami...berinvestasi dalam kapasitas produksi—USD1,45 miliar untuk memperluas produksi artileri 155 mm dari 14.000 per bulan menjadi lebih dari 24.000 di akhir tahun ini, yang mencakup peningkatan enam kali lipat dalam kapasitas produksi pada FY28 menjadi lebih dari 85.000 unit per bulan,” katanya di simposium Asosiasi Angkatan Darat Amerika Serikat.
Menurut Camrillo, AS juga berusaha untuk meningkatkan produksi peluncur dan rudal Javelin serta amunisi untuk peluncur roket presisi HIMARS—peralatan yang telah memainkan peran kunci dalam perang Ukraina melawan pasukan Rusia.
Lihat Juga: Eks Letkol AS Dukung Klaim Houthi Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika, Ini 3 Alasannya
(min)