Transgender Penembak Sekolah Nashville Sembunyikan 7 Senjata Api di Rumah
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Audrey Hale, seorang transgender yang menembak dan membunuh enam orang di Covenant School di Nashville, dirawat karena "gangguan emosional" ketika pria berusia 28 tahun.
“Dia membeli tujuh senapan dari lima toko senjata api yang berbeda dan menyimpannya di rumah,” ungkap pernyataan Kepala Polisi Metro Nashville John Drake selama konferensi pers pada Selasa (28/3/2023).
“Orang tua Hale percaya anak mereka tidak boleh memiliki senjata,” ujar Drake.
Namun, mereka hanya mengetahui satu senjata yang telah dibeli dan dijual Hale, padahal kenyataannya ada tujuh lagi yang disembunyikan di sekitar rumah.
Dari semua senjata api itu, setidaknya dua di antaranya diyakini polisi diperoleh secara legal.
Tiga dari senjata itu yakni dua senapan semi otomatis dan pistol, digunakan dalam penembakan hari Senin, yang menewaskan tiga siswa berusia sembilan tahun, serta seorang guru pengganti, kepala sekolah, dan seorang penjaga.
Senapan yang digergaji dan senapan lainnya ditemukan di rumah Hale, bersama dengan "bukti lainnya".
Sebagai seorang mantan siswa di sekolah Kristen swasta itu, Hale telah merencanakan serangan terhadap Coventry dengan sangat rinci, menurut Drake.
Hal itu mengacu pada peta sekolah yang "digambar" dengan referensi ke titik masuk dan pengawasan.
Hale rupanya mengevaluasi lokasi serangan potensial kedua di Nashville, tetapi akhirnya memutuskan tidak melakukannya karena "terlalu banyak keamanan."
“Pembunuhnya adalah seseorang yang memiliki banyak amunisi, bersiap untuk konfrontasi dengan penegak hukum, siap melakukan lebih banyak kerusakan daripada yang sebenarnya dilakukan," papar kepala polisi itu.
Sementara motif penembakan Hale belum diketahui, polisi dilaporkan sedang menyelidiki "satu teori" dan telah berbicara dengan ayah si pembunuh.
Hale dilaporkan mengirim pesan kepada seorang teman masa kecil di Instagram sebelum memulai pembantaian, mengatakan kepada Averiana Patton, "Saya berencana untuk mati hari ini" dan "Saya telah meninggalkan lebih dari cukup bukti."
Mencoba mengurai kebingungan yang muncul tentang jenis kelamin penembak, Patton mengklarifikasi bahwa dia mengenal Hale sebagai perempuan ketika keduanya masih muda tetapi Hale menggunakan kata ganti maskulin di media sosial.
Polisi tiba di tempat kejadian dan menembak Hale secara fatal kurang dari 15 menit setelah panggilan telepon 911 pertama dari sekolah.
Rekaman kamera tubuh dari dua petugas yang membunuh penembak dirilis pada Selasa. Drake memuji para petugas atas tanggapan cepat mereka.
“Dia membeli tujuh senapan dari lima toko senjata api yang berbeda dan menyimpannya di rumah,” ungkap pernyataan Kepala Polisi Metro Nashville John Drake selama konferensi pers pada Selasa (28/3/2023).
“Orang tua Hale percaya anak mereka tidak boleh memiliki senjata,” ujar Drake.
Namun, mereka hanya mengetahui satu senjata yang telah dibeli dan dijual Hale, padahal kenyataannya ada tujuh lagi yang disembunyikan di sekitar rumah.
Dari semua senjata api itu, setidaknya dua di antaranya diyakini polisi diperoleh secara legal.
Tiga dari senjata itu yakni dua senapan semi otomatis dan pistol, digunakan dalam penembakan hari Senin, yang menewaskan tiga siswa berusia sembilan tahun, serta seorang guru pengganti, kepala sekolah, dan seorang penjaga.
Senapan yang digergaji dan senapan lainnya ditemukan di rumah Hale, bersama dengan "bukti lainnya".
Sebagai seorang mantan siswa di sekolah Kristen swasta itu, Hale telah merencanakan serangan terhadap Coventry dengan sangat rinci, menurut Drake.
Hal itu mengacu pada peta sekolah yang "digambar" dengan referensi ke titik masuk dan pengawasan.
Hale rupanya mengevaluasi lokasi serangan potensial kedua di Nashville, tetapi akhirnya memutuskan tidak melakukannya karena "terlalu banyak keamanan."
“Pembunuhnya adalah seseorang yang memiliki banyak amunisi, bersiap untuk konfrontasi dengan penegak hukum, siap melakukan lebih banyak kerusakan daripada yang sebenarnya dilakukan," papar kepala polisi itu.
Sementara motif penembakan Hale belum diketahui, polisi dilaporkan sedang menyelidiki "satu teori" dan telah berbicara dengan ayah si pembunuh.
Hale dilaporkan mengirim pesan kepada seorang teman masa kecil di Instagram sebelum memulai pembantaian, mengatakan kepada Averiana Patton, "Saya berencana untuk mati hari ini" dan "Saya telah meninggalkan lebih dari cukup bukti."
Mencoba mengurai kebingungan yang muncul tentang jenis kelamin penembak, Patton mengklarifikasi bahwa dia mengenal Hale sebagai perempuan ketika keduanya masih muda tetapi Hale menggunakan kata ganti maskulin di media sosial.
Polisi tiba di tempat kejadian dan menembak Hale secara fatal kurang dari 15 menit setelah panggilan telepon 911 pertama dari sekolah.
Rekaman kamera tubuh dari dua petugas yang membunuh penembak dirilis pada Selasa. Drake memuji para petugas atas tanggapan cepat mereka.
(sya)