Sekutu Putin Ancam AS dengan Senjata 'Unik' yang Misterius

Selasa, 28 Maret 2023 - 20:33 WIB
loading...
Sekutu Putin Ancam AS dengan Senjata Unik yang Misterius
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev. Foto/Reuters
A A A
MOSKOW - Sekretaris Dewan Keamanan Rusia dan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin , Nikolai Patrushev, baru-baru ini menyatakan bahwa negara tersebut dapat menyerang Amerika Serikat (AS) dengan senjata "unik".

Patrushev telah bertugas di Dewan Keamanan Kremlin sejak 2008 dan telah menjadi teman Putin sejak 1970-an, dengan kedua pria tersebut sebelumnya bekerja berdampingan di KGB, pasukan keamanan utama di Uni Soviet.

Pada hari Senin, surat kabar Rossiyskaya Gazeta yang dikelola negara melakukan wawancara dengan Patrushev, yang berfokus secara luas pada AS dan hubungannya dengan Rusia di panggung dunia. Pada satu titik, dia mengklaim bahwa pejabat Amerika memiliki kebodohan yang berpandangan pendek dan berbahaya dalam mengasumsikan bahwa Rusia tidak dapat menanggapi serangan pencegahan secara berarti. Ia pun mengancam penggunaan senjata "unik" sebagai tanggapan.



"Untuk beberapa alasan, politisi Amerika yang ditawan oleh propaganda mereka sendiri tetap yakin bahwa jika terjadi konflik langsung dengan Rusia, Amerika Serikat mampu meluncurkan serangan rudal preventif, setelah itu Rusia tidak dapat lagi merespons," kata Patrushev.

"Ini adalah kebodohan berpandangan pendek, dan sangat berbahaya. Rusia sabar dan tidak mengintimidasi siapa pun dengan keunggulan militernya. Tetapi Rusia memiliki senjata unik modern yang mampu menghancurkan musuh mana pun, termasuk Amerika Serikat, jika ada ancaman terhadap keberadaannya," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (28/3/2023).

Tidak jelas pada tahap ini senjata unik modern apa yang mungkin dirujuk Patrushev dalam komentarnya. Newsweek menghubungi pakar pertahanan global melalui email untuk memberikan komentar.

Namun, komentarnya muncul tak lama setelah Putin mengumumkan bahwa Rusia akan mulai menyimpan senjata nuklir di Belarusia untuk pertama kalinya sejak 1990-an. Putin mengklaim bahwa langkah itu sebagai tanggapan atas Inggris yang memasok Ukraina dengan peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium, yang dia sebut sebagai senjata dengan "komponen nuklir" dan "eskalasi signifikan".



Meskipun masih mengandung beberapa radioaktivitas, depleted uranium mengandung terlalu sedikit radioaktivitas untuk menimbulkan dampak yang besar dan malah digunakan untuk densitasnya yang lebih tinggi.

Meskipun hubungan antara Rusia dan AS telah tegang selama beberapa dekade, retorika konfrontatif Rusia telah meningkat setelah invasi ke Ukraina tahun lalu. Konflik itu menyebabkan AS, dan sekutu Barat lainnya, menyediakan militer ekstensif ke Ukraina dan berjanji untuk menegakkan perjanjian pertahanan mereka jika Rusia menyerang negara sekutu NATO.

Sebaliknya, pejabat dan pakar Rusia telah berulang kali mengemukakan kemungkinan serangan terhadap AS jika AS mengancam negara mereka dengan cara tertentu.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1812 seconds (0.1#10.140)