AS Sangkal Kapal Perangnya Diusir China di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS di kawasan itu, ketika Washington menolak sikap Beijing yang semakin tegas di Laut China Selatan dan di tempat lain.
Menyusul insiden dengan USS Milius, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa AS harus segera menghentikan pelanggaran dan provokasi semacam itu.
“China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
China mengklaim kepemilikan atas hampir seluruh jalur air strategis, di mana transit perdagangan global yang melaluinya menghasilkan sekitar USD5 triliun setiap tahun dan yang menyimpan stok ikan serta sumber daya mineral bawah laut yang sangat berharga.
Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim yang bersaing.
AS sendiri tidak memiliki klaim atas perairan tersebut, tetapi telah mengerahkan aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk berpatroli di perairan tersebut selama beberapa dekade dan mengatakan kebebasan navigasi serta penerbangan adalah untuk kepentingan nasional Amerika.
China sering merespons dengan marah, menuduh AS mencampuri urusan Asia dan menuntutnya meninggalkan wilayah di mana ia telah memiliki kehadiran angkatan laut selama lebih dari satu abad.
Menyusul insiden dengan USS Milius, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa AS harus segera menghentikan pelanggaran dan provokasi semacam itu.
“China akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” katanya.
China mengklaim kepemilikan atas hampir seluruh jalur air strategis, di mana transit perdagangan global yang melaluinya menghasilkan sekitar USD5 triliun setiap tahun dan yang menyimpan stok ikan serta sumber daya mineral bawah laut yang sangat berharga.
Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim yang bersaing.
AS sendiri tidak memiliki klaim atas perairan tersebut, tetapi telah mengerahkan aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk berpatroli di perairan tersebut selama beberapa dekade dan mengatakan kebebasan navigasi serta penerbangan adalah untuk kepentingan nasional Amerika.
China sering merespons dengan marah, menuduh AS mencampuri urusan Asia dan menuntutnya meninggalkan wilayah di mana ia telah memiliki kehadiran angkatan laut selama lebih dari satu abad.
(ian)