Apa Itu MQ-9 Reaper AS, Drone Rp494 Miliar yang Dijatuhkan Jet Tempur Rusia?

Kamis, 16 Maret 2023 - 09:22 WIB
loading...
A A A
Reaper dapat membawa sebanyak 16 rudal Hellfire, setara dengan kapasitas muatan helikopter Apache.

Reaper, seperti UAV lainnya, mampu terbang di ketinggian 50.000 kaki (15 km) dan dapat berkeliaran di atas target selama sekitar 24 jam, menjadikannya berguna untuk misi pengawasan.

Yang terpenting, semua ini terjadi dengan awak pesawat yang tetap berbasis di daratan Amerika Serikat, jauh dari bahaya.

Selama tahun kalender 2018, MQ-9 Reaper terbang total 325.000 jam untuk Angkatan Udara AS, 91% di antaranya untuk mendukung operasi tempur.

Sejak Kapan Penggunaan Drone Militer?


UAV telah digunakan secara reguler sejak 1995, ketika pendahulu Reaper, Predator, dikerahkan untuk mendukung serangan udara NATO di Serbia.

Predator mendapatkan ketenaran selama perang Irak dan Afghanistan, di mana ia memperoleh reputasi karena menimbulkan banyak korban sipil dalam apa yang disebut "serangan presisi".

Predator telah pensiun pada tahun 2017, ketika Reaper menjadi pesawat tak berawak utama Angkatan Udara AS.

Penggunaan UAV sekarang begitu meluas sehingga pada tahun 2017, di mana Angkatan Udara AS memiliki lebih banyak pekerjaan untuk operator drone daripada jenis pilot lainnya. Saat itu ada 1.000 pilot drone dibandingkan dengan 889 penerbang yang mengemudikan pesawat angkut C-17 dan 803 penerbang F-16.

Bagaimana Drone MQ-9 Reaper Digunakan?


Drone MQ-9 Reaper yang dikerahkan oleh AS ke wilayah Laut Hitam hanya digunakan untuk mata-mata. Namun, tahun lalu media AS melaporkan bahwa Angkatan Udara AS sedang mempertimbangkan untuk menjual drone Reaper tua ke Ukraina.

Kekhawatiran atas transfer teknologi sensitif, dan bahaya bahwa beberapa akan ditembak jatuh, menyebabkan pembicaraan tentang penjualan tersebut terhenti.

Penggunaan UAV di luar zona perang—yang dipercepat di bawah mantan presiden AS Barack Obama—telah menjadi kontroversi.

Menurut Biro Jurnalisme Investigasi (BIJ), ada total 563 serangan, sebagian besar oleh drone, di Pakistan, Somalia dan Yaman selama dua periode Obama, dibandingkan dengan 57 serangan di bawah George W Bush. BIJ memperkirakan antara 384 dan 807 warga sipil tewas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1896 seconds (0.1#10.140)