Oposisi Rusia Sebut Perang Ukraina Buntu, Desak Perdamaian

Sabtu, 11 Maret 2023 - 00:29 WIB
loading...
Oposisi Rusia Sebut...
Oposisi Rusia mendesak Moskow dan Kiev berdamai karena perang kedua negara saat ini sudah menemui jalan buntu. Foto/REUTERS
A A A
MOSKOW - Grigory Yavlinsky, seorang politisi oposisi Rusia , menyebut perang di Ukraina sudah menemui jalan buntu. Untuk itu, dia mendesak perdamaian kedua negara.

"Saya ingin gencatan senjata terjadi sebelum ribuan orang terbunuh," kata Yavlinsky kepada Newsweek dalam wawancara telepon dari Moskow, yang dilansir Jumat (10/3/2023).

Pada hari Selasa, Ukraina melaporkan bahwa lebih dari 1.000 orang Rusia telah terbunuh sehari sebelumnya, sehingga total kerugian Moskow—menurut Kiev—sejak dimulainya invasi menjadi 154.830 orang.

Yavlinsky (70) pendiri Partai Yabloko—partai liberal di Rusia—telah menyuarakan penentangannya terhadap keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menginvasi Ukraina sejak konflik dimulai Februari tahun lalu.



Dia menggambarkan perang, untuk bangsanya, sebagai "mirip dengan serangan nuklir yang dipaksakan sendiri."

Pejabat itu, yang telah dua kali mencalonkan diri melawan Putin dalam pemilihan presiden, mengatakan bahwa terlepas dari apa yang disebut "kemenangan", perang akan berakhir dengan tumpukan mayat dan tidak ada yang akan memaafkan baik Putin maupun Rusia.

Dia juga menggambarkan konflik tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang akan mewakili lompatan besar ke depan menuju likuidasi Rusia sebagai sebuah negara di abad ke-21.

Menjelang peringatan setahun invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina Februari lalu, Yabloko mengadakan konser maraton di bawah slogan "Katakan Ya untuk Perdamaian!" dengan 45 video diperlihatkan di mana anggota Partai Yabloko secara nasional merinci perjuangan mereka sepanjang tahun perang.

Yavlinsky memberikan pidato pembukaan, dengan mengatakan: "Hari ini, Rusia disesuaikan dengan realitas Vladimir Putin."

Namun, penentangannya terhadap perang harus dibayar mahal. Ada banyak upaya oleh mereka yang mendukung konflik untuk melikuidasi Yabloko, partai sosial-liberal yang memiliki wakil di empat Parlemen regional: Moskow, St Petersburg, wilayah Pskov, dan Karelia.



Kantor berita RIA Novosti melaporkan pada 7 Maret bahwa seorang anggota Duma Negara (Parlemen) Rusia, Nikolai Novichkov, mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman Konstantin Chuichenko dengan proposal untuk mempertimbangkan kemungkinan mengajukan gugatan ke pengadilan untuk membubarkan partai tersebut. "Karena kemungkinan ada tanda-tanda kegiatan ekstremis," katanya.

"Ini pertama kali terjadi pada bulan April, tahun lalu, dan kemudian terjadi setiap saat. Sangat sulit bahkan untuk menghitung berapa kali," kata Yavlinsky kepada Newsweek.

"Ada banyak orang...yang hanya mendukung rezim saat ini...dan menyerang orang-orang yang tidak mendukung perang, seperti Yabloko—struktur politik yang terorganisir, yang menentang perang. Mereka berusaha menghancurkan struktur ini, mereka tidak ingin struktur ini ada," paparnya.

Meskipun Partai Yabloko saat ini tidak melakukan dialog politik dengan Kremlin, Yavlinsky tetap bertahan dengan upayanya untuk menyerukan gencatan senjata dalam perang Ukraina, yang telah melewati batas satu tahun pada 24 Februari lalu.

"Ini perlu dilakukan secepat mungkin," kata Yavlinsky. "Saya pikir tidak ada yang menang. Ini jalan buntu, oke? Ini jalan buntu, tidak ada yang bisa menang dalam situasi seperti ini."

"Itulah mengapa saya mengatakan bahwa gencatan senjata diperlukan. Dan penting untuk menghentikan pembunuhan orang. Karena tidak ada perkembangan positif. Tidak ada masa depan yang positif," paparnya.

Pada bulan Januari, 11 bulan setelah perang, Putin menginstruksikan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu untuk memaksakan gencatan senjata di Ukraina menjelang Natal Ortodoks, yang dirayakan pada tanggal 7 Januari.

Beberapa hari kemudian, pejabat Ukraina mengatakan pasukan militer Rusia menyerang bagian timur Ukraina meskipun Putin memerintahkan gencatan senjata 36 jam.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak seruan gencatan senjata, menyebut Rusia ingin memanfaatkan Natal sebagai kedok. "Untuk setidaknya menghentikan gerak maju orang-orang kita di Donbas dan membawa peralatan, amunisi, dan orang-orang yang dimobilisasi [Rusia] lebih dekat ke posisi kita," katanya.

"Apa yang akan terjadi? Hanya peningkatan jumlah kematian," kata Zelensky dalam sebuah pidato video saat itu.

Yavlinsky menggambarkan tahun sejak perang dimulai sebagai yang paling sulit dan menyakitkan dalam hidupnya. Ketika ditanya apakah dia memiliki kekhawatiran untuk berbicara secara terbuka menentang Putin, politisi tersebut mengatakan dia mencoba untuk tidak memikirkannya.

"Saya adalah lawan Putin dalam pemilihan presiden dua kali, dan ada jutaan orang yang memilih saya. Jadi kewajiban saya untuk mengatakan kebenaran dan mengatakan apa yang saya pikirkan, terutama dalam situasi berbahaya ini," katanya.

"Apa konsekuensinya? Kita lihat saja."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1079 seconds (0.1#10.140)