Setelah Frank Hoogerbeets Heboh Ramal Gempa Besar Dunia, Pakar Irak Beri Cara Baru Prediksi Gempa
loading...
A
A
A
Ia berpendapat bahwa daya tarik planet mengubah kecepatan rotasi bumi, menyebabkan lempeng tektonik bumi bergerak dan memicu gempa bumi.
“Saya menggunakan metodologi baru yang bertentangan dengan hukum lama dan teori dominan,” ujar Awadh kepada Al-Fanar Media.
“Hipotesis saya dibangun berdasarkan pengaruh posisi planet di bumi dan tekanan geologis. Setiap detik, planet mengubah posisi dan keselarasannya karena orbit, kecepatan, massa, dan rotasi di sekitar sumbu dan kemiringannya,” papar dia secara ilmiah.
“Kita perlu memantau posisi planet dan mengukur perubahan gravitasi bumi setiap detiknya,” tambah dia.
“Kita perlu memeriksa apakah gaya gravitasi melebihi nilai yang diharapkan atau menurun, karena ini mempengaruhi kecepatan rotasi bumi. Percepatan dan perlambatan dapat menyebabkan lempeng-lempeng meluncur, menyebabkan gempa bumi. Mereka biasanya terjadi pada patahan seismik aktif yang diketahui pada peta struktur,” tutur dia.
Di pinggiran timur dan timur lautnya, Lempeng Arab menekan Lempeng Eurasion di wilayah yang meliputi lipatan Zagros dan sabuk dorong, di sepanjang perbatasan Irak-Iran.
Dalam penelitiannya, Awadh memprediksi gempa berkekuatan 5 SR di lipatan Zagros dan sabuk dorong pada 11 Februari 2021. Gempa seperti itu terjadi saat itu.
“Ini adalah prediksi pertama di dunia, berdasarkan data astronomi. Saya kirimkan penelitiannya ke sebuah majalah, dan itu benar-benar terjadi,” tulis dia kepada Al-Fanar Media.
“Itu adalah prediksi 100 persen benar pertama di bidang ini,” tegas dia.
Banyak lembaga ilmiah, termasuk Survei Geologi AS, mengabaikan prediksi tersebut. Para ilmuwan mendeteksi sekitar 20.000 gempa bumi di seluruh dunia setiap tahun, atau rata-rata 55 kali sehari, jadi tidak mengherankan jika gempa dapat terjadi sesuai dengan prediksi tersebut.
“Saya menggunakan metodologi baru yang bertentangan dengan hukum lama dan teori dominan,” ujar Awadh kepada Al-Fanar Media.
“Hipotesis saya dibangun berdasarkan pengaruh posisi planet di bumi dan tekanan geologis. Setiap detik, planet mengubah posisi dan keselarasannya karena orbit, kecepatan, massa, dan rotasi di sekitar sumbu dan kemiringannya,” papar dia secara ilmiah.
“Kita perlu memantau posisi planet dan mengukur perubahan gravitasi bumi setiap detiknya,” tambah dia.
“Kita perlu memeriksa apakah gaya gravitasi melebihi nilai yang diharapkan atau menurun, karena ini mempengaruhi kecepatan rotasi bumi. Percepatan dan perlambatan dapat menyebabkan lempeng-lempeng meluncur, menyebabkan gempa bumi. Mereka biasanya terjadi pada patahan seismik aktif yang diketahui pada peta struktur,” tutur dia.
Data dari 1.037 Gempa Bumi
Dalam studinya, Awadh menganalisis data dari 1.037 gempa bumi di seluruh dunia selama Juli 2019 dan mempresentasikan studi kasus kegempaan di sepanjang Lempeng Arab, yang ujung utaranya menekan Lempeng Anatolia di wilayah tempat gempa 6 Februari terjadi.Di pinggiran timur dan timur lautnya, Lempeng Arab menekan Lempeng Eurasion di wilayah yang meliputi lipatan Zagros dan sabuk dorong, di sepanjang perbatasan Irak-Iran.
Dalam penelitiannya, Awadh memprediksi gempa berkekuatan 5 SR di lipatan Zagros dan sabuk dorong pada 11 Februari 2021. Gempa seperti itu terjadi saat itu.
“Ini adalah prediksi pertama di dunia, berdasarkan data astronomi. Saya kirimkan penelitiannya ke sebuah majalah, dan itu benar-benar terjadi,” tulis dia kepada Al-Fanar Media.
“Itu adalah prediksi 100 persen benar pertama di bidang ini,” tegas dia.
Banyak lembaga ilmiah, termasuk Survei Geologi AS, mengabaikan prediksi tersebut. Para ilmuwan mendeteksi sekitar 20.000 gempa bumi di seluruh dunia setiap tahun, atau rata-rata 55 kali sehari, jadi tidak mengherankan jika gempa dapat terjadi sesuai dengan prediksi tersebut.