Kasus Covid-19 di Afrika Selatan Tembus 300.000 Orang
loading...
A
A
A
JOHANNESBURG - Kasus Covid-19 di Afrika Selatan mencapai lebih dari 300.000 pada Rabu (16/7), terbanyak di Afrika dan termasuk 10 tertinggi di dunia.
“Negara itu mencatat penambahan 12.757 kasus pada Rabu (16/7) hingga total ada 311.049 kasus,” ungkap Kementerian Kesehatan Afrika Selatan.
Afrika Selatan telah melakukan tes pada 2,3 juta orang hingga sekarang dan memiliki 4.452 orang meninggal sejak 27 Maret.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menerapkan lockdown pada 27 Maret dengan menutup toko, mengharuskan warga tetap di rumah dan mengirim tentara ke jalanan untuk menerapkan pembatasan saat negara itu hanya memiliki 400 kasus dan tanpa korban meninggal.
Pemerintah kemudian melonggarkan pembatasan karena khawatir dapat merusak perekonomian. Namun kasus virus corona meningkat di negara dengan 58 juta penduduk itu sehingga presiden kembali menerapkan kembali larangan alkohol dan jam malam.
“Kita melintasi sungai dengan merasakan jalan kita di antara batu. Kadang kita menginjak batu yang licin dan kadang di batu yang kokoh,” ujar Ramaphosa.
Ekonom senior Renaissance Capital, Charles Robertson menyatakan lagnkah awal Afrika Selatan sangat mengesankan. “Yang terlihat adalah lockdown tidak bekerja di negara-negara pendapatan rendah. Dalam ekonomi informal, orang tak bisa tetap di rumah,” kata dia. (Lihat Infografis: Kapal Perang AS Meledak, Harganya Rp10,9 T dan 57 Orang Terluka)
Sekitar setengah warga Afrika Selatan hidup dalam kemiskinan dan sekitar sepertiga adalah pengangguran. Sekitar 3 juta orang telah kehilangan pekerjaan sejak lockdown ditetapkan. (Lihat Video: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
“Negara itu mencatat penambahan 12.757 kasus pada Rabu (16/7) hingga total ada 311.049 kasus,” ungkap Kementerian Kesehatan Afrika Selatan.
Afrika Selatan telah melakukan tes pada 2,3 juta orang hingga sekarang dan memiliki 4.452 orang meninggal sejak 27 Maret.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menerapkan lockdown pada 27 Maret dengan menutup toko, mengharuskan warga tetap di rumah dan mengirim tentara ke jalanan untuk menerapkan pembatasan saat negara itu hanya memiliki 400 kasus dan tanpa korban meninggal.
Pemerintah kemudian melonggarkan pembatasan karena khawatir dapat merusak perekonomian. Namun kasus virus corona meningkat di negara dengan 58 juta penduduk itu sehingga presiden kembali menerapkan kembali larangan alkohol dan jam malam.
“Kita melintasi sungai dengan merasakan jalan kita di antara batu. Kadang kita menginjak batu yang licin dan kadang di batu yang kokoh,” ujar Ramaphosa.
Ekonom senior Renaissance Capital, Charles Robertson menyatakan lagnkah awal Afrika Selatan sangat mengesankan. “Yang terlihat adalah lockdown tidak bekerja di negara-negara pendapatan rendah. Dalam ekonomi informal, orang tak bisa tetap di rumah,” kata dia. (Lihat Infografis: Kapal Perang AS Meledak, Harganya Rp10,9 T dan 57 Orang Terluka)
Sekitar setengah warga Afrika Selatan hidup dalam kemiskinan dan sekitar sepertiga adalah pengangguran. Sekitar 3 juta orang telah kehilangan pekerjaan sejak lockdown ditetapkan. (Lihat Video: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
(sya)