3 Wanita Transgender Ini Sukses Menjadi Menteri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada tiga wanita transgender yang sukses menjabat sebagai menteri. Ketiganya terlahir sebagai lelaki, namun akhirnya bertransisi menjadi wanita.
Salah satu dari mereka bahkan dianggap sebagai transgender pertama di dunia yang menjabat menteri di pemerintahan.
Berikut tiga wanita transgender yang berhasil menjabat sebagai menteri:
1. Lina Axelsson Kihlblom (Menteri Swedia)
Foto/Independent.ie
Dia terlahir sebagai laki-laki pada 24 Juni 1970. Dia meniti karier sebagai politisi Swedia melalui Partai Sosial Demokrat.
Sejak 30 November 2021, dia diangkat menjadi Menteri Pendidikan di kabinet Perdana Menteri Magdalena Andersson.
Kihlblom tercatat sebagai menteri transgender pertama dalam sejarah Swedia.
Dia bertransisi pada tahun 1995. Selama transisi menjadi wanita, dia kuliah hukum dan bahasa asing.
Axelsson Kihlblom pada hari Selasa menjadi orang transgender pertama yang menjadi menteri pemerintah di negara Nordik, setahun setelah penunjukan menteri transgender pertama di Eropa.
Wanita transgender berusia 52 tahun ini pernah menjadi kepala sekolah dan pengacara.
Dalam bukunya tahun 2015 “Will You Love Me Now?”, Kihlblom menggambarkan tumbuh sebagai seorang gadis dalam tubuh laki-laki dan transisi fisiknya ke tubuh wanita selesai saat dia berusia 25 tahun.
“Orang trans selalu ada, mereka akan selalu ada dan kami tidak lagi merasa malu. Kami adalah normal baru,” tulisnya dalam artikel yang diterbitkan pada 2018 oleh lembaga penyiaran publik SVT.
Saat masih menjadi laki-laki, dia pernah menikah dengan seorang wanita namun akhirnya bercerai. Mereka memiliki dua anak adopsi.
2. Petra De Sutter (Wakil PM Belgia)
Foto/Euractiv
Pada Oktober 2020, anggota Parlemen Eropa, Petra De Sutter, diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri (PM) Belgia dan menjadi menteri transgender pertama di Eropa.
Petra De Sutter, yang lahir sebagai laki-laki pada 10 Juni 1963, adalah seorang ginekolog dan politikus Belgia.
Anggota Partai Groen ini sebelumnya adalah anggota Parlemen Eropa dari 2019 hingga 2020.
Dia ditunjuk sebagai Wakil PM dengan tanggung jawab mengawasi administrasi publik dan perusahaan publik Belgia dalam pemerintahan PM Alexander De Croo.
Sebelum terjun ke dunia politik, dia bekerja sebagai profesor ginekologi di Universitas Ghent, menjabat sebagai kepala Departemen Kedokteran Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Ghent (UZ Gent).
Dia lulus dari Universitas Ghent dengan gelar kedokteran pada tahun 1987 dan dengan gelar PhD di bidang biomedis pada tahun 1991.
Setelah lulus pada tahun 1991, De Sutter pindah ke Amerika Serikat, menghabiskan dua tahun mempelajari genetika oosit di Chicago. Pada tahun 1994, dia mendapatkan spesialisasi di bidang ginekologi. Pada tahun 2000, dia diangkat sebagai Profesor Kedokteran Reproduksi di Universitas Gent. Pada tahun 2006, dia diangkat sebagai Kepala Departemen Kedokteran Reproduksi Rumah Sakit Universitas Gent.
3. Audrey Tang (Menteri Taiwan)
Foto/Taipei Times
Terlahir sebagai laki-laki pada 18 April 1981, Audrey Tang adalah seorang pemrogram perangkat lunak bebas Taiwan dan Menteri Urusan Digital Republik China (Taiwan).
Pada Agustus 2016, Tang diundang untuk bergabung dengan Yuan Eksekutif Taiwan sebagai menteri tanpa portofolio, menjadikannya transgender pertama dan pejabat non-biner pertama di kabinet eksekutif puncak.
Tang lahir dari ayah Tang Kuang-hua dan ibu Lee Ya-ching. Lee Ya-ching membantu mengembangkan koperasi konsumen pertama di Taiwan, dan ikut mengembangkan sekolah dasar eksperimental yang mempekerjakan guru-guru pribumi.
Tang dianggap sebagai "anak ajaib", di mana dia membaca karya sastra klasik sebelum usia lima tahun, menguasai matematika lanjutan sebelum usia enam tahun, dan mahir pemrograman sebelum usia delapan tahun.
Tang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jerman. Dua tahun kemudian, dia keluar dari sekolah menengah pertama, tidak dapat beradaptasi dengan kehidupan pelajar.
Pada tahun 2000, pada usia 19 tahun, Tang telah memegang posisi di perusahaan perangkat lunak, dan bekerja di Silicon Valley, California, sebagai pengusaha.
Pada akhir 2005, Tang mulai bertransisi menjadi wanita, termasuk mengubah nama Inggris dan China-nya, dengan alasan kebutuhan untuk mendamaikan penampilan luarnya dengan citra dirinya.
Pada 2017, Tang berkata, "Saya telah menutup realitas, dan hidup hampir secara eksklusif di internet selama bertahun-tahun, karena otak saya tahu pasti bahwa saya seorang wanita, tetapi ekspektasi sosial menuntut sebaliknya."
Saluran berita televisi ETToday melaporkan bahwa Tang memiliki IQ 180.
Salah satu dari mereka bahkan dianggap sebagai transgender pertama di dunia yang menjabat menteri di pemerintahan.
Berikut tiga wanita transgender yang berhasil menjabat sebagai menteri:
1. Lina Axelsson Kihlblom (Menteri Swedia)
Foto/Independent.ie
Dia terlahir sebagai laki-laki pada 24 Juni 1970. Dia meniti karier sebagai politisi Swedia melalui Partai Sosial Demokrat.
Sejak 30 November 2021, dia diangkat menjadi Menteri Pendidikan di kabinet Perdana Menteri Magdalena Andersson.
Kihlblom tercatat sebagai menteri transgender pertama dalam sejarah Swedia.
Dia bertransisi pada tahun 1995. Selama transisi menjadi wanita, dia kuliah hukum dan bahasa asing.
Axelsson Kihlblom pada hari Selasa menjadi orang transgender pertama yang menjadi menteri pemerintah di negara Nordik, setahun setelah penunjukan menteri transgender pertama di Eropa.
Wanita transgender berusia 52 tahun ini pernah menjadi kepala sekolah dan pengacara.
Dalam bukunya tahun 2015 “Will You Love Me Now?”, Kihlblom menggambarkan tumbuh sebagai seorang gadis dalam tubuh laki-laki dan transisi fisiknya ke tubuh wanita selesai saat dia berusia 25 tahun.
“Orang trans selalu ada, mereka akan selalu ada dan kami tidak lagi merasa malu. Kami adalah normal baru,” tulisnya dalam artikel yang diterbitkan pada 2018 oleh lembaga penyiaran publik SVT.
Saat masih menjadi laki-laki, dia pernah menikah dengan seorang wanita namun akhirnya bercerai. Mereka memiliki dua anak adopsi.
2. Petra De Sutter (Wakil PM Belgia)
Foto/Euractiv
Pada Oktober 2020, anggota Parlemen Eropa, Petra De Sutter, diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri (PM) Belgia dan menjadi menteri transgender pertama di Eropa.
Petra De Sutter, yang lahir sebagai laki-laki pada 10 Juni 1963, adalah seorang ginekolog dan politikus Belgia.
Anggota Partai Groen ini sebelumnya adalah anggota Parlemen Eropa dari 2019 hingga 2020.
Dia ditunjuk sebagai Wakil PM dengan tanggung jawab mengawasi administrasi publik dan perusahaan publik Belgia dalam pemerintahan PM Alexander De Croo.
Sebelum terjun ke dunia politik, dia bekerja sebagai profesor ginekologi di Universitas Ghent, menjabat sebagai kepala Departemen Kedokteran Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Ghent (UZ Gent).
Dia lulus dari Universitas Ghent dengan gelar kedokteran pada tahun 1987 dan dengan gelar PhD di bidang biomedis pada tahun 1991.
Setelah lulus pada tahun 1991, De Sutter pindah ke Amerika Serikat, menghabiskan dua tahun mempelajari genetika oosit di Chicago. Pada tahun 1994, dia mendapatkan spesialisasi di bidang ginekologi. Pada tahun 2000, dia diangkat sebagai Profesor Kedokteran Reproduksi di Universitas Gent. Pada tahun 2006, dia diangkat sebagai Kepala Departemen Kedokteran Reproduksi Rumah Sakit Universitas Gent.
3. Audrey Tang (Menteri Taiwan)
Foto/Taipei Times
Terlahir sebagai laki-laki pada 18 April 1981, Audrey Tang adalah seorang pemrogram perangkat lunak bebas Taiwan dan Menteri Urusan Digital Republik China (Taiwan).
Pada Agustus 2016, Tang diundang untuk bergabung dengan Yuan Eksekutif Taiwan sebagai menteri tanpa portofolio, menjadikannya transgender pertama dan pejabat non-biner pertama di kabinet eksekutif puncak.
Tang lahir dari ayah Tang Kuang-hua dan ibu Lee Ya-ching. Lee Ya-ching membantu mengembangkan koperasi konsumen pertama di Taiwan, dan ikut mengembangkan sekolah dasar eksperimental yang mempekerjakan guru-guru pribumi.
Tang dianggap sebagai "anak ajaib", di mana dia membaca karya sastra klasik sebelum usia lima tahun, menguasai matematika lanjutan sebelum usia enam tahun, dan mahir pemrograman sebelum usia delapan tahun.
Tang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jerman. Dua tahun kemudian, dia keluar dari sekolah menengah pertama, tidak dapat beradaptasi dengan kehidupan pelajar.
Pada tahun 2000, pada usia 19 tahun, Tang telah memegang posisi di perusahaan perangkat lunak, dan bekerja di Silicon Valley, California, sebagai pengusaha.
Pada akhir 2005, Tang mulai bertransisi menjadi wanita, termasuk mengubah nama Inggris dan China-nya, dengan alasan kebutuhan untuk mendamaikan penampilan luarnya dengan citra dirinya.
Pada 2017, Tang berkata, "Saya telah menutup realitas, dan hidup hampir secara eksklusif di internet selama bertahun-tahun, karena otak saya tahu pasti bahwa saya seorang wanita, tetapi ekspektasi sosial menuntut sebaliknya."
Saluran berita televisi ETToday melaporkan bahwa Tang memiliki IQ 180.
(min)