Rusia Sudah Kerahkan Kapal Perang Bersenjata Nuklir, Momok bagi NATO
loading...
A
A
A
OSLO - Norwegia, salah satu negara NATO , mengungkap bahwa Rusia sudah mengerahkan kapal-kapal perang bersenjata nuklir taktis.
Laporan tahunan Badan Intelijen Norwegia yang dirilis hari Senin mengatakan kapal-kapal berbahaya itu bagian dari Armada Utara Angkatan Laut Rusia. Badan tersebut menggambarkannya sebagai "ancaman sangat serius" bagi negara-negara NATO.
Badan Intelijen Norwegia meyakini ini adalah pertama kalinya dalam 30 tahun Armada Utara Angkatan Laut Rusia melaut dengan membawa senjata nuklir.
“Bagian sentral dari kemampuan nuklir terletak di kapal selam dan kapal permukaan Armada Utara,” bunyi laporan tersebut yang dikutip Newsweek, Selasa (14/2/2023).
“Selain itu, Rusia memiliki, antara lain, kemampuan bawah air, senjata anti-satelit, dan alat siber yang dapat mengancam Norwegia dan NATO,” lanjut laporan itu.
Menurut laporan Politico, kapal-kapal perang Armada Utara Uni Soviet sering melaut dilengkapi dengan senjata nuklir selama Perang Dingin. Namun perkembangan terbaru yang dilaporkan Badan Intelijen Norwegia menandai pertama kalinya Federasi Rusia mengerahkan kapal dengan senjata nuklir.
Laporan badan intelijen tersebut juga merinci semakin pentingnya senjata nuklir bagi Rusia sekarang karena anggaran pertahanan negara akan meningkat sebesar 34 persen pada tahun 2023.
“Dengan melemahnya kemampuan konvensional, pentingnya senjata nuklir bagi Rusia telah meningkat secara signifikan,” imbuh laporan tersebut. "Dengan demikian, pasukan pencegah strategis dan regional Rusia menjadi semakin penting bagi kekuatan militer Rusia."
Penilaian badan intelijen tersebut menyimpulkan bahwa Rusia akan terus mempertahankan dan mengembangkan lebih lanjut persenjataan nuklirnya di tahun-tahun mendatang.
Meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin sebagian besar menghindari pembicaraan langsung tentang penggunaan senjata nuklir selama perang Moskow di Ukraina, yang akan mencapai tanda satu tahun pada 24 Februari, pejabat Kremlin seperti Dmitry Medvedev—Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia yang juga mantan presiden Rusia—dan berbagai anggota media yang dikendalikan negara tersebut kerap melontarkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam posting Januari di saluran Telegramnya, Medvedev menyebutkan kemungkinan perang nuklir jika Rusia dikalahkan di Ukraina.
"Kekalahan kekuatan nuklir dalam perang konvensional dapat memicu perang nuklir," tulisnya.
Laporan intelijen Norwegia memperingatkan tentang bahaya NATO yang ditarik langsung ke dalam perang di Ukraina karena "insiden yang tidak diinginkan".
"Keputusan Rusia dicirikan oleh ketidakpercayaan yang kuat terhadap niat Barat. Persepsi ini telah diperkuat secara signifikan sebagai akibat dari reaksi Barat terhadap invasi [Moskow ke] Ukraina," sambung laporan intelijen tersebut.
"Baik kemungkinan kesalahpahaman antara Rusia dan NATO dan insiden yang tidak diinginkan meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan risiko eskalasi."
Laporan tahunan Badan Intelijen Norwegia yang dirilis hari Senin mengatakan kapal-kapal berbahaya itu bagian dari Armada Utara Angkatan Laut Rusia. Badan tersebut menggambarkannya sebagai "ancaman sangat serius" bagi negara-negara NATO.
Badan Intelijen Norwegia meyakini ini adalah pertama kalinya dalam 30 tahun Armada Utara Angkatan Laut Rusia melaut dengan membawa senjata nuklir.
“Bagian sentral dari kemampuan nuklir terletak di kapal selam dan kapal permukaan Armada Utara,” bunyi laporan tersebut yang dikutip Newsweek, Selasa (14/2/2023).
“Selain itu, Rusia memiliki, antara lain, kemampuan bawah air, senjata anti-satelit, dan alat siber yang dapat mengancam Norwegia dan NATO,” lanjut laporan itu.
Menurut laporan Politico, kapal-kapal perang Armada Utara Uni Soviet sering melaut dilengkapi dengan senjata nuklir selama Perang Dingin. Namun perkembangan terbaru yang dilaporkan Badan Intelijen Norwegia menandai pertama kalinya Federasi Rusia mengerahkan kapal dengan senjata nuklir.
Laporan badan intelijen tersebut juga merinci semakin pentingnya senjata nuklir bagi Rusia sekarang karena anggaran pertahanan negara akan meningkat sebesar 34 persen pada tahun 2023.
“Dengan melemahnya kemampuan konvensional, pentingnya senjata nuklir bagi Rusia telah meningkat secara signifikan,” imbuh laporan tersebut. "Dengan demikian, pasukan pencegah strategis dan regional Rusia menjadi semakin penting bagi kekuatan militer Rusia."
Penilaian badan intelijen tersebut menyimpulkan bahwa Rusia akan terus mempertahankan dan mengembangkan lebih lanjut persenjataan nuklirnya di tahun-tahun mendatang.
Meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin sebagian besar menghindari pembicaraan langsung tentang penggunaan senjata nuklir selama perang Moskow di Ukraina, yang akan mencapai tanda satu tahun pada 24 Februari, pejabat Kremlin seperti Dmitry Medvedev—Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia yang juga mantan presiden Rusia—dan berbagai anggota media yang dikendalikan negara tersebut kerap melontarkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam posting Januari di saluran Telegramnya, Medvedev menyebutkan kemungkinan perang nuklir jika Rusia dikalahkan di Ukraina.
"Kekalahan kekuatan nuklir dalam perang konvensional dapat memicu perang nuklir," tulisnya.
Laporan intelijen Norwegia memperingatkan tentang bahaya NATO yang ditarik langsung ke dalam perang di Ukraina karena "insiden yang tidak diinginkan".
"Keputusan Rusia dicirikan oleh ketidakpercayaan yang kuat terhadap niat Barat. Persepsi ini telah diperkuat secara signifikan sebagai akibat dari reaksi Barat terhadap invasi [Moskow ke] Ukraina," sambung laporan intelijen tersebut.
"Baik kemungkinan kesalahpahaman antara Rusia dan NATO dan insiden yang tidak diinginkan meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan risiko eskalasi."
(min)