Seismolog: Gempa Lain Berkekuatan 7 SR Segera Guncang Turki Barat Kapan Saja
loading...
A
A
A
ANKARA - Seismolog Dogan Perincek memperingatkan gempa berkekuatan 7 Skala Richter (SR) lainnya dapat segera terjadi di Turki barat.
Dia mencatat bahwa gempa besar itu bisa terjadi kapan saja, menurut pengamatannya di Laut Marmara.
Berbicara kepada RIA News, pakar itu menyatakan gempa besar terjadi di wilayah sekitar kota pelabuhan Canakkale setiap 250 tahun sekali. Yang terakhir, menurut Perincek, adalah 287 tahun yang lalu, artinya “telah tiba waktunya”.
“Selama sepuluh hari terakhir, saya mencatat peningkatan aktivitas seismik di Canakkale dari arah Laut Marmara. Saya telah melakukan pemantauan harian dan analisis aktivitas seismik di negara tersebut menggunakan peta khusus selama lebih dari sepuluh tahun. Selama tiga tahun ini, saya telah memprediksi gempa bumi di Canakkale,” ujar ilmuwan gempa tersebut.
Peringatannya datang setelah serangkaian gempa dahsyat mengguncang Turki tenggara dan Suriah utara pada Senin.
Gempa berkekuatan 7,8 SR yang kemudian disusul 7,6 SR, masing-masing disertai beberapa lusin gempa susulan.
Serentetan guncangan itu akhirnya merobohkan ribuan bangunan di wilayah tersebut, menyebabkan ribuan orang tewas dan banyak lagi yang terluka.
Menurut pejabat Turki, jumlah korban tewas di negara itu saat ini mencapai lebih dari 14.000 orang dan sebanyak 64.000 orang terluka.
Banyak lagi orang yang masih hilang. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Suriah mencatat 1.262 kematian hingga Rabu (8/2/2023).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bencana tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada kehidupan sebanyak 23 juta orang di wilayah tersebut, terutama di Suriah.
Suriah telah menderita konflik bersenjata selama satu dekade dan sistem perawatan kesehatan yang berantakan selama pertempuran, serta dari sanksi AS yang luas.
Tim penyelamat, sementara itu, terus membersihkan puing-puing dan mencari korban selamat. Tim dari berbagai negara membantu penduduk setempat di kedua negara.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara resmi mengumumkan masa berkabung selama tujuh hari bagi para korban bencana, yang disebutnya sebagai yang terburuk sejak 1939.
Dia mencatat bahwa gempa besar itu bisa terjadi kapan saja, menurut pengamatannya di Laut Marmara.
Berbicara kepada RIA News, pakar itu menyatakan gempa besar terjadi di wilayah sekitar kota pelabuhan Canakkale setiap 250 tahun sekali. Yang terakhir, menurut Perincek, adalah 287 tahun yang lalu, artinya “telah tiba waktunya”.
“Selama sepuluh hari terakhir, saya mencatat peningkatan aktivitas seismik di Canakkale dari arah Laut Marmara. Saya telah melakukan pemantauan harian dan analisis aktivitas seismik di negara tersebut menggunakan peta khusus selama lebih dari sepuluh tahun. Selama tiga tahun ini, saya telah memprediksi gempa bumi di Canakkale,” ujar ilmuwan gempa tersebut.
Peringatannya datang setelah serangkaian gempa dahsyat mengguncang Turki tenggara dan Suriah utara pada Senin.
Gempa berkekuatan 7,8 SR yang kemudian disusul 7,6 SR, masing-masing disertai beberapa lusin gempa susulan.
Serentetan guncangan itu akhirnya merobohkan ribuan bangunan di wilayah tersebut, menyebabkan ribuan orang tewas dan banyak lagi yang terluka.
Menurut pejabat Turki, jumlah korban tewas di negara itu saat ini mencapai lebih dari 14.000 orang dan sebanyak 64.000 orang terluka.
Banyak lagi orang yang masih hilang. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Suriah mencatat 1.262 kematian hingga Rabu (8/2/2023).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bencana tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada kehidupan sebanyak 23 juta orang di wilayah tersebut, terutama di Suriah.
Suriah telah menderita konflik bersenjata selama satu dekade dan sistem perawatan kesehatan yang berantakan selama pertempuran, serta dari sanksi AS yang luas.
Tim penyelamat, sementara itu, terus membersihkan puing-puing dan mencari korban selamat. Tim dari berbagai negara membantu penduduk setempat di kedua negara.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara resmi mengumumkan masa berkabung selama tujuh hari bagi para korban bencana, yang disebutnya sebagai yang terburuk sejak 1939.
(sya)