Protes Reformasi Pengadilan Netanyahu, Ratusan Ribu Orang Turun ke Jalan Tel Aviv
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Sekitar 110 ribu orang memadati jalan-jalan di Tel Aviv, dalam aksi protes anti pemerintah Israel terbesar dalam satu dekade terakhir.
Unjuk rasa menyebar ke seluruh pusat kota saat spanduk-spanduk dikibarkan menyerukan diakhirinya koalisi yang berkuasa, yang merupakan koalisi bersejarah di mana kelompok sayap kanan dan nasionalis-religius bersatu.
"Ini adalah pemerintahan yang berbahaya," kata seorang demonstran, Yaara Ben Geraluf, yang merupakan seorang guru.
"Pemerintah ini tidak akan baik untuk perempuan, untuk LGBTQ, untuk orang miskin dan tentu saja untuk warga Palestina," katanya seperti dilansir dari BBC, Minggu (22/1/2023).
Penyelenggara aksi mengatakan mereka berusaha menghentikan "kudeta" yang terjadi terhadap sistem pemerintahan.
Ini adalah minggu kedua berturut-turut protes massal terjadi di empat kota berbeda.
Pemimpin oposisi Yair Lapid berbicara kepada orang banyak di Tel Aviv, mengatakan orang-orang yang mencintai negara datang untuk mempertahankan demokrasi dan pengadilannya.
"Kami tidak akan menyerah sampai kami menang," katanya.
Aksi itu terjadi tiga minggu setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali berkuasa, untuk membentuk koalisi stabil pertama Israel dalam tiga tahun. Dia mengatakan orang Israel memilih pemerintah sayap kanan yang "penuh" dan untuk keamanan.
Unjuk rasa menyebar ke seluruh pusat kota saat spanduk-spanduk dikibarkan menyerukan diakhirinya koalisi yang berkuasa, yang merupakan koalisi bersejarah di mana kelompok sayap kanan dan nasionalis-religius bersatu.
"Ini adalah pemerintahan yang berbahaya," kata seorang demonstran, Yaara Ben Geraluf, yang merupakan seorang guru.
"Pemerintah ini tidak akan baik untuk perempuan, untuk LGBTQ, untuk orang miskin dan tentu saja untuk warga Palestina," katanya seperti dilansir dari BBC, Minggu (22/1/2023).
Penyelenggara aksi mengatakan mereka berusaha menghentikan "kudeta" yang terjadi terhadap sistem pemerintahan.
Ini adalah minggu kedua berturut-turut protes massal terjadi di empat kota berbeda.
Pemimpin oposisi Yair Lapid berbicara kepada orang banyak di Tel Aviv, mengatakan orang-orang yang mencintai negara datang untuk mempertahankan demokrasi dan pengadilannya.
"Kami tidak akan menyerah sampai kami menang," katanya.
Aksi itu terjadi tiga minggu setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali berkuasa, untuk membentuk koalisi stabil pertama Israel dalam tiga tahun. Dia mengatakan orang Israel memilih pemerintah sayap kanan yang "penuh" dan untuk keamanan.