Pemimpin Muslim Chechnya Marah soal Seruan Larangan Tentara Rusia Berjenggot
loading...
A
A
A
MOSKOW - Pemimpin muslim Chechnya Ramzan Kadyrov marah terkait seruan tentara Rusia dilarang memelihara jenggot. Kadyrov menyebut seruan seperti itu provokasi terhadap serdadu muslim yang berjuang membela Moskow dalam perang di Ukraina .
Seruan itu dilontarkan Deputi Duma Negara Viktor Sobolev. Dia mengatakan perlu ada penindakan terhadap para tentara Rusia yang tidak terawat dan tidak bercukur.
Ada juga laporan bahwa para tentara Rusia yang berperang di Ukraina dipaksa untuk mencukur jenggot mereka muncul di saluran Telegram pro-pemerintah awal pekan ini.
Laporan itu dengan cepat ditepis Denis Pushilin, seorang pejabat Republik Rakyat Donetsk—wilayah yang melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia tahun lalu. Kepala Abkhaz dari unit sukarelawan "Pyatnashka", Akhra Avidzba, juga menepis laporan tersebut.
Kendati demikian, Sobolev bertahan dengan seruannya dalam wawancara dengan outlet berita RBC.
“Ini adalah persyaratan disiplin militer dasar,” tulis RBC mengutip Sobolev, yang merupakan anggota Komite Pertahanan Duma Negara.
“Seorang prajurit dilihat oleh warga sipil, dia harus terlihat teladan. Jika dia berjalan tanpa pakaian dan tidak dicukur, maka itu tidak memujinya baik sebagai pribadi maupun sebagai tentara,” lanjut Sobolev.
Pernyataan Sobolev dengan cepat direspons Kadyrov, yang menilai komentar politisi Rusia tersebut sebagai Islamofobia.
“Sobolev tahu betul siapa yang memakai jenggot di garis depan dan mengapa,” tulis Kadyrov di Telegram, seperti dikutip dari The Moscow Times, Sabtu (21/1/2023).
“Makanya saya cukup yakin bahwa ini adalah provokasi yang terlihat untuk meredam semangat juang para prajurit yang berperang suci untuk Yang Maha Kuasa...99,9% tim kami berjanggot, sesuai dengan sunnah,” imbuhnya merujuk pada gaya hidup yang mengikuti kebiasaan Nabi Muhammad SAW.
Kadyrov menambahkan bahwa Sobolev "harus memiliki banyak waktu luang", untuk menuangkan peraturan militer Rusia dan menasihati wakilnya, yang berpangkat letnan jenderal di militer Rusia, untuk fokus pada menghasilkan strategi militer baru atau mengirimkan pasukan ke garis depan.
Menanggapi kritik Kadyrov, Sobolev menarik kembali pernyataannya sebelumnya dalam pernyataan terpisah yang diterbitkan oleh RBC.
Sobolev mencatat bahwa dia mengunjungi resimen Chechnya sebelumnya dan menemukan bahwa semua tentaranya tampak "sempurna" dan "berperlengkapan lengkap".
“Menuntut mereka untuk mencukur jenggot adalah hal yang konyol,” kata Sobolev, yang bertentangan dengan argumen sebelumnya.
Seruan itu dilontarkan Deputi Duma Negara Viktor Sobolev. Dia mengatakan perlu ada penindakan terhadap para tentara Rusia yang tidak terawat dan tidak bercukur.
Ada juga laporan bahwa para tentara Rusia yang berperang di Ukraina dipaksa untuk mencukur jenggot mereka muncul di saluran Telegram pro-pemerintah awal pekan ini.
Laporan itu dengan cepat ditepis Denis Pushilin, seorang pejabat Republik Rakyat Donetsk—wilayah yang melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia tahun lalu. Kepala Abkhaz dari unit sukarelawan "Pyatnashka", Akhra Avidzba, juga menepis laporan tersebut.
Kendati demikian, Sobolev bertahan dengan seruannya dalam wawancara dengan outlet berita RBC.
“Ini adalah persyaratan disiplin militer dasar,” tulis RBC mengutip Sobolev, yang merupakan anggota Komite Pertahanan Duma Negara.
“Seorang prajurit dilihat oleh warga sipil, dia harus terlihat teladan. Jika dia berjalan tanpa pakaian dan tidak dicukur, maka itu tidak memujinya baik sebagai pribadi maupun sebagai tentara,” lanjut Sobolev.
Pernyataan Sobolev dengan cepat direspons Kadyrov, yang menilai komentar politisi Rusia tersebut sebagai Islamofobia.
“Sobolev tahu betul siapa yang memakai jenggot di garis depan dan mengapa,” tulis Kadyrov di Telegram, seperti dikutip dari The Moscow Times, Sabtu (21/1/2023).
“Makanya saya cukup yakin bahwa ini adalah provokasi yang terlihat untuk meredam semangat juang para prajurit yang berperang suci untuk Yang Maha Kuasa...99,9% tim kami berjanggot, sesuai dengan sunnah,” imbuhnya merujuk pada gaya hidup yang mengikuti kebiasaan Nabi Muhammad SAW.
Kadyrov menambahkan bahwa Sobolev "harus memiliki banyak waktu luang", untuk menuangkan peraturan militer Rusia dan menasihati wakilnya, yang berpangkat letnan jenderal di militer Rusia, untuk fokus pada menghasilkan strategi militer baru atau mengirimkan pasukan ke garis depan.
Menanggapi kritik Kadyrov, Sobolev menarik kembali pernyataannya sebelumnya dalam pernyataan terpisah yang diterbitkan oleh RBC.
Sobolev mencatat bahwa dia mengunjungi resimen Chechnya sebelumnya dan menemukan bahwa semua tentaranya tampak "sempurna" dan "berperlengkapan lengkap".
“Menuntut mereka untuk mencukur jenggot adalah hal yang konyol,” kata Sobolev, yang bertentangan dengan argumen sebelumnya.
(min)