Lukashenko Sebut Dirinya dan Vladimir Putin Paling Berbahaya di Bumi
Rabu, 21 Desember 2022 - 00:42 WIB
MINSK - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko membuat komentar aneh pada hari Senin selama pertemuan terbarunya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Minsk. Dia seolah-olah membanggakan dirinya sebagai sosok paling berbahaya di Bumi.
"Anda tahu kami berdua adalah co-aggressor, orang yang paling berbahaya dan beracun di planet ini," kata Lukashenko dengan Putin duduk di sampingnya, seperti dikutip Newsweek, Selasa (20/12/2022).
"Kami hanya punya satu argumen—siapa yang lebih besar. Vladimir Vladimirovich [Putin] bilang saya, saya mulai berpikir begitu, jadi kami memutuskan bersama. Sama saja. Itu saja."
Video pendek berdurasi 20 detik itu di-posting ke Twitter oleh penasihat urusan dalam negeri Ukraina Anton Gerashchenko.
Lukashenko dan Putin bertemu di Minsk, Belarusia, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, dengan semua pertemuan sebelumnya berlangsung di Moskow.
Pertemuan hari Senin terjadi setelah berminggu-minggu spekulasi mengenai peran masa depan Belarusia, jika ada, dalam konflik Rusia-Ukraina.
Itu juga terjadi hanya beberapa hari sejak Lukashenko tampaknya menyiratkan bahwa negaranya bisa berada di posisi Ukraina saat ini jika bukan karena persahabatannya dengan Putin.
Sejak Putin meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Belarusia telah muncul sebagai salah satu sekutu strategis terdekat Rusia saat Putin menghadapi teguran dari Barat.
Lukashenko secara terbuka mendukung pemimpin Rusia, bahkan mengizinkan pasukan Rusia memasuki Ukraina dari perbatasan Belarusia-Ukraina, memberikan akses yang lebih dekat ke Ibu Kota Ukraina; Kiev.
Lukashenko mengatakan bahwa Belarusia dan Rusia telah berhasil menanggapi semua ancaman meskipun ada tekanan akibat pandemi Covid-19, sanksi, dan krisis lainnya.
"Memperkuat hubungan Belarusia-Rusia telah menjadi respons alami terhadap perubahan situasi di dunia, di mana kekuatan kami terus diuji," kata Lukashenko.
"Saya yakin, meskipun ada beberapa titik sulit, kami masih dapat menemukan respons yang efektif terhadap berbagai tantangan dan ancaman."
Menurut laporan kantor berita TASS, bagian pertama dari pertemuan hari Senin termasuk delegasi dari kedua negara.
Di antara para pejabat yang hadir adalah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, ajudan Kremlin Yury Ushakov, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dan CEO Roscosmos Yury Borisov.
Peskov mengatakan sebelum pertemuan Putin-Lukashenko bahwa kedua pemimpin akan membahas masalah militer, masalah regional dan internasional. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan mitranya dari Belarusia, Sergey Aleinik, untuk membahas Ukraina dan sanksi yang dikenakan oleh Barat.
Pertemuan tersebut melibatkan pembicaraan tentang isu-isu bilateral lainnya, termasuk perhatian khusus yang diberikan pada pelaksanaan apa yang disebut program Negara Kesatuan untuk mengintegrasikan kedua negara secara ekonomi.
"Para pihak bertukar pandangan tentang isu-isu internasional dan regional, termasuk situasi seputar krisis Ukraina," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Mereka menegaskan kembali tekad mereka untuk mengoordinasikan langkah-langkah pada platform internasional dan upaya untuk melawan tekanan sanksi politik dan ilegal yang dihadapi Rusia dan Belarusia dari negara-negara yang tidak bersahabat."
Menyusul jabat tangan ramah antara Putin dan Lukashenko, oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya men-tweet bahwa Belarusia "tidak untuk dijual."
"Belarusia tidak untuk dijual. Kemerdekaan kami tidak untuk dijual," tulisnya.
"Diktator Lukashenko tidak bisa membuat kesepakatan atas nama rakyat kita—dia hanya mewakili dirinya sendiri. Dan dia tidak akan menyelamatkan kulitnya sendiri."
Sementara itu, Institute for the Study of War (ISW), sebuah lembaga think tank yang berbasis di AS, mengatakan awal bulan ini dalam sebuah laporan bahwa sangat tidak mungkin bagi Belarusia untuk melibatkan diri dalam perang Rusia-Ukraina.
“Belarusia tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi kendaraan tempur lapis bajanya sendiri yang melakukan transfer peralatannya untuk pasukan Rusia baik saat ini maupun kemungkinan kendala jangka panjang pada kapasitas material Belarusia [untuk] mengerahkan pasukan mekanis untuk pertempuran di Ukraina," tulis ISW.
"Anda tahu kami berdua adalah co-aggressor, orang yang paling berbahaya dan beracun di planet ini," kata Lukashenko dengan Putin duduk di sampingnya, seperti dikutip Newsweek, Selasa (20/12/2022).
"Kami hanya punya satu argumen—siapa yang lebih besar. Vladimir Vladimirovich [Putin] bilang saya, saya mulai berpikir begitu, jadi kami memutuskan bersama. Sama saja. Itu saja."
Video pendek berdurasi 20 detik itu di-posting ke Twitter oleh penasihat urusan dalam negeri Ukraina Anton Gerashchenko.
Lukashenko dan Putin bertemu di Minsk, Belarusia, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, dengan semua pertemuan sebelumnya berlangsung di Moskow.
Pertemuan hari Senin terjadi setelah berminggu-minggu spekulasi mengenai peran masa depan Belarusia, jika ada, dalam konflik Rusia-Ukraina.
Itu juga terjadi hanya beberapa hari sejak Lukashenko tampaknya menyiratkan bahwa negaranya bisa berada di posisi Ukraina saat ini jika bukan karena persahabatannya dengan Putin.
Sejak Putin meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Belarusia telah muncul sebagai salah satu sekutu strategis terdekat Rusia saat Putin menghadapi teguran dari Barat.
Lukashenko secara terbuka mendukung pemimpin Rusia, bahkan mengizinkan pasukan Rusia memasuki Ukraina dari perbatasan Belarusia-Ukraina, memberikan akses yang lebih dekat ke Ibu Kota Ukraina; Kiev.
Lukashenko mengatakan bahwa Belarusia dan Rusia telah berhasil menanggapi semua ancaman meskipun ada tekanan akibat pandemi Covid-19, sanksi, dan krisis lainnya.
"Memperkuat hubungan Belarusia-Rusia telah menjadi respons alami terhadap perubahan situasi di dunia, di mana kekuatan kami terus diuji," kata Lukashenko.
"Saya yakin, meskipun ada beberapa titik sulit, kami masih dapat menemukan respons yang efektif terhadap berbagai tantangan dan ancaman."
Menurut laporan kantor berita TASS, bagian pertama dari pertemuan hari Senin termasuk delegasi dari kedua negara.
Di antara para pejabat yang hadir adalah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, ajudan Kremlin Yury Ushakov, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dan CEO Roscosmos Yury Borisov.
Peskov mengatakan sebelum pertemuan Putin-Lukashenko bahwa kedua pemimpin akan membahas masalah militer, masalah regional dan internasional. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan mitranya dari Belarusia, Sergey Aleinik, untuk membahas Ukraina dan sanksi yang dikenakan oleh Barat.
Pertemuan tersebut melibatkan pembicaraan tentang isu-isu bilateral lainnya, termasuk perhatian khusus yang diberikan pada pelaksanaan apa yang disebut program Negara Kesatuan untuk mengintegrasikan kedua negara secara ekonomi.
"Para pihak bertukar pandangan tentang isu-isu internasional dan regional, termasuk situasi seputar krisis Ukraina," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Mereka menegaskan kembali tekad mereka untuk mengoordinasikan langkah-langkah pada platform internasional dan upaya untuk melawan tekanan sanksi politik dan ilegal yang dihadapi Rusia dan Belarusia dari negara-negara yang tidak bersahabat."
Menyusul jabat tangan ramah antara Putin dan Lukashenko, oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya men-tweet bahwa Belarusia "tidak untuk dijual."
"Belarusia tidak untuk dijual. Kemerdekaan kami tidak untuk dijual," tulisnya.
"Diktator Lukashenko tidak bisa membuat kesepakatan atas nama rakyat kita—dia hanya mewakili dirinya sendiri. Dan dia tidak akan menyelamatkan kulitnya sendiri."
Sementara itu, Institute for the Study of War (ISW), sebuah lembaga think tank yang berbasis di AS, mengatakan awal bulan ini dalam sebuah laporan bahwa sangat tidak mungkin bagi Belarusia untuk melibatkan diri dalam perang Rusia-Ukraina.
“Belarusia tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi kendaraan tempur lapis bajanya sendiri yang melakukan transfer peralatannya untuk pasukan Rusia baik saat ini maupun kemungkinan kendala jangka panjang pada kapasitas material Belarusia [untuk] mengerahkan pasukan mekanis untuk pertempuran di Ukraina," tulis ISW.
(min)
tulis komentar anda