Perkuat Pengaruh di Libya, Turki Dituduh ‘Mengepung’ Mesir
Jum'at, 10 Juli 2020 - 21:15 WIB
KAIRO - Mantan diplomat Mesir Mostafa El Feki menyatakan Turki ingin mengerahkan pasukannya dari perbatasan Suriah ke Libya sehingga dapat “mengepung Mesir”.
Mesir merupakan negara tetangga Libya di bagian timur. Mostafa menjelaskan, berbagai isu di kawasan itu semakin memanas karena krisis Libya dan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance yang dapat mengurangi akses Mesir dan Sudan pada air sungai Nil.
Bulan lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dan aliansinya di Libya secara sepihak mengusulkan mengakiri perang dengan pasukan Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung Turki.
Inisiatif ini disebut Deklarasi Kairo yang isinya mengusulkan para milisi dilucuri dengan senjata diserahkan pada Tentara Nasional Libya (LNA) yang dikontrol Jenderal Khalifa Haftar yang didukung Mesir.
GNA menolak inisiatif itu. Deklarasi Kairo muncul beberapa hari setelah GNA menguasai kembali ladang-ladang minyak strategis di Libya dan memaksa LNA mundur.
Terkait bendungan Ethiopia, Mostafa menyatakan, “Mesir tidak menolak konstruksinya tapi menentang ketidakadilan yang dialami Mesir.” (Baca Juga: Walikota Seoul Tulis Surat Minta Maaf Sebelum Ditemukan Meninggal)
Dia menuduh Ethiopia memperburuk situasi dengan meyakinkan sejumlah negara bahwa bendungan itu bertujuan menyelamatkan rakyat Ethipia dari krisis ekonomi. “Itu tidak benar,” kata Mostafa. (Lihat Infografis: Pesawat-Pesawat Canggih yang Masuk Daftar Beli Indonesia)
“Apa yang Ethipia lakukan adalah menerapkan agenda yang telah disiapkan sepuluh tahun silam, memanfaatkan situasi tidak stabil di Mesir seiring revolusi 30 Juni 2013,” papar Mostafa. (Lihat Video: Maria Lumowa Berhasil Diekstradisi ke Indonesia, Simak Kronologis Lengkapnya)
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
Mesir merupakan negara tetangga Libya di bagian timur. Mostafa menjelaskan, berbagai isu di kawasan itu semakin memanas karena krisis Libya dan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance yang dapat mengurangi akses Mesir dan Sudan pada air sungai Nil.
Bulan lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dan aliansinya di Libya secara sepihak mengusulkan mengakiri perang dengan pasukan Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung Turki.
Inisiatif ini disebut Deklarasi Kairo yang isinya mengusulkan para milisi dilucuri dengan senjata diserahkan pada Tentara Nasional Libya (LNA) yang dikontrol Jenderal Khalifa Haftar yang didukung Mesir.
GNA menolak inisiatif itu. Deklarasi Kairo muncul beberapa hari setelah GNA menguasai kembali ladang-ladang minyak strategis di Libya dan memaksa LNA mundur.
Terkait bendungan Ethiopia, Mostafa menyatakan, “Mesir tidak menolak konstruksinya tapi menentang ketidakadilan yang dialami Mesir.” (Baca Juga: Walikota Seoul Tulis Surat Minta Maaf Sebelum Ditemukan Meninggal)
Dia menuduh Ethiopia memperburuk situasi dengan meyakinkan sejumlah negara bahwa bendungan itu bertujuan menyelamatkan rakyat Ethipia dari krisis ekonomi. “Itu tidak benar,” kata Mostafa. (Lihat Infografis: Pesawat-Pesawat Canggih yang Masuk Daftar Beli Indonesia)
“Apa yang Ethipia lakukan adalah menerapkan agenda yang telah disiapkan sepuluh tahun silam, memanfaatkan situasi tidak stabil di Mesir seiring revolusi 30 Juni 2013,” papar Mostafa. (Lihat Video: Maria Lumowa Berhasil Diekstradisi ke Indonesia, Simak Kronologis Lengkapnya)
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
(sya)
tulis komentar anda