AS Berhasil Uji Coba Rudal Hipersonik yang Diluncurkan dari Bomber B-52

Selasa, 13 Desember 2022 - 06:52 WIB
Angkatan Udara Amerika Serikat berhasil menguji coba rudal hipersonik yang diluncurkan dari udara. Rudal AGM-183A diluncurkan dari pesawat pengebom B-52. Foto/Giancarlo Casem/412th Test Wing Public Affairs/DVIDS
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF), untuk pertama kalinya, berhasil menguji coba rudal hipersonik yang diluncurkan dari udara.

Ini menjadi kejutan karena program senjata canggih tersebut mengalami serangkaian kemunduran karena kegagalan uji coba.

USAF, dalam sebuah pernyataan yang dilansir CNN, Selasa (13/12/2022), mengatakan prototipe lengkap dari Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) bernama AGM-183A tersebut diluncurkan dari pesawat pengebom (bomber) B-52 di lepas pantai California pada hari Jumat.



"Rudal AGM-183A mencapai kecepatan hipersonik lebih dari lima kali kecepatan suara dan meledak di area terminal," kata Sayap Uji ke-96, salah satu sayap unit USAF. "Semua tujuan tes terpenuhi."



ARRW adalah rudal boost-glide yang menggunakan roket pendorong untuk mempercepat proyektil ke kecepatan hipersonik.

Kendaraan luncur kemudian berpisah dari pendorong dan menggunakan kelembaman untuk melakukan perjalanan ke targetnya dengan kecepatan hipersonik.

Tes ini adalah yang pertama dari keseluruhan sistem, yang dikenal sebagai tes All-Up-Round. Peluncuran sebelumnya difokuskan pada roket pendorong.

Rudal ARRW mengalami serangkaian kegagalan dalam uji coba tahun lalu, memaksa USAF untuk menunda proyek tersebut. Angkatan Udara menggambarkan kegagalan itu sebagai "anomali".

Pentagon telah meningkatkan penekanan pada pengujian dan pengembangan senjata hipersonik, terutama karena China dan Rusia telah menunjukkan kemajuan dalam program mereka sendiri.



Rusia telah mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal di Ukraina, mungkin menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang. Sementara, selama pengujian tahun lalu, rudal hipersonik China terbang ke seluruh dunia sebelum mengenai sasarannya.

Senjata hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari Mach 5 atau sekitar 4.000 mil per jam, membuatnya sulit dideteksi dan dicegat tepat waktu.

Rudal jenis itu juga dapat bermanuver dan memvariasikan ketinggian, memungkinkan mereka untuk menghindari sistem pertahanan rudal tercanggih saat ini.

Ketika negara-negara adidaya lainnya mendorong maju dengan pengembangan senjata hipersonik mereka, AS mendapati dirinya semakin tertinggal akibat kegagalan pengujian.

Pada bulan Mei, sistem hipersonik lain yang disebut Common Hypersonic Glide Body gagal selama tes lengkap pertamanya, yang menurut Pentagon, karena "anomali".

Tes sistem sebelumnya, sebuah usaha patungan antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut, juga gagal.

Sejak itu, Pentagon telah bekerja untuk meningkatkan kecepatan pengujian hipersonik dan upaya penelitian dan pengembangannya, meminta universitas-universitas untuk membantu beberapa aspek rudal canggih yang lebih rumit.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More