Italia, Jepang, dan Inggris Bersatu 'Kawinkan' Jet Tempur Tempest dan F-X
Jum'at, 09 Desember 2022 - 13:46 WIB
LONDON - Italia, Jepang, dan Inggris telah mengumumkan rencana untuk menggabungkan proyek pengembangan jet tempur mereka dalam kemitraan besar di luar Amerika Serikat (AS) sejak Perang Dunia II.
Kesepakatan itu bertujuan untuk mengoperasikan pesawat tempur garis depan canggih pada tahun 2035, dengan "mengawinkan" proyek Future Combat Air System (FCAS) yang dipimpin Inggris—juga dikenal sebagai Tempest—dengan program F-X Jepang.
Kesepakatan itu diumumkan dalam pernyataan bersama mereka pada hari Jumat (9/12/2022).
Kolaborasi tersebut akan disebut sebagai Global Combat Air Program (GCAP).
“Kami berkomitmen untuk menegakkan tatanan internasional berbasis aturan, bebas dan terbuka, yang lebih penting dari sebelumnya pada saat prinsip-prinsip ini ditentang, dan ancaman serta agresi meningkat,” kata ketiga pemimpin negara dalam pernyataan bersama tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.
Kesepakatan itu muncul ketika China meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan—yang diklaim sebagai miliknya—dan di Laut China Selatan yang disengketakan di mana Beijing berusaha untuk meningkatkan klaimnya yang luas dengan instalasi militer di pulau buatan yang telah dibangunnya.
Asia Timur Laut juga bergulat dengan Korea Utara, yang telah melakukan peluncuran rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini di tengah kekhawatiran negara itu akan segera menguji senjata nuklir terbarunya.
Jepang, yang memiliki konstitusi pasifis, telah mengumumkan akan melipatgandakan pembelanjaan pertahanannya selama lima tahun ke depan menjadi sekitar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kesepakatan itu bertujuan untuk mengoperasikan pesawat tempur garis depan canggih pada tahun 2035, dengan "mengawinkan" proyek Future Combat Air System (FCAS) yang dipimpin Inggris—juga dikenal sebagai Tempest—dengan program F-X Jepang.
Kesepakatan itu diumumkan dalam pernyataan bersama mereka pada hari Jumat (9/12/2022).
Kolaborasi tersebut akan disebut sebagai Global Combat Air Program (GCAP).
“Kami berkomitmen untuk menegakkan tatanan internasional berbasis aturan, bebas dan terbuka, yang lebih penting dari sebelumnya pada saat prinsip-prinsip ini ditentang, dan ancaman serta agresi meningkat,” kata ketiga pemimpin negara dalam pernyataan bersama tersebut, seperti dikutip Al Jazeera.
Kesepakatan itu muncul ketika China meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan—yang diklaim sebagai miliknya—dan di Laut China Selatan yang disengketakan di mana Beijing berusaha untuk meningkatkan klaimnya yang luas dengan instalasi militer di pulau buatan yang telah dibangunnya.
Asia Timur Laut juga bergulat dengan Korea Utara, yang telah melakukan peluncuran rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini di tengah kekhawatiran negara itu akan segera menguji senjata nuklir terbarunya.
Jepang, yang memiliki konstitusi pasifis, telah mengumumkan akan melipatgandakan pembelanjaan pertahanannya selama lima tahun ke depan menjadi sekitar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).
tulis komentar anda