Xi Jinping Temui Raja Salman, Muslim Uighur Kecewa

Jum'at, 09 Desember 2022 - 09:47 WIB
Lebih lanjut disebutkan bahwa pihak berwenang China telah menghancurkan atau merusak ribuan masjid dan kuburan di Xinjiang, yang oleh orang Uighur disebut sebagai Turkistan Timur, sambil melarang praktik keagamaan seperti memberi nama Islami kepada anak-anak, berpuasa selama bulan suci Ramadhan, dan memaksa umat Islam untuk makan daging babi dan minum alkohol.



Pada bulan Oktober, banyak negara mayoritas Muslim memberikan suara menentang atau abstain pada resolusi PBB yang berusaha untuk meningkatkan perdebatan di Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) atas laporan mantan kepala HAM PBB tentang pelanggaran HAM di Xinjiang.

Laporan tersebut mendokumentasikan pelanggaran yang meluas termasuk penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, aborsi paksa, dan pelanggaran kebebasan beragama, dan menyimpulkan bahwa represi di sana mungkin merupakan kejahatan internasional, khususnya kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Kegagalan negara-negara ini untuk memberikan ruang debat di Dewan Hak Asasi Manusia, sebuah badan yang dibentuk untuk melakukan hal itu, bertentangan dengan nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip Islam,” lanjut pernyataan kelompok Uighur, seperti dikutip Eurasia Review, Jumat (9/12/2022).

Arab Saudi adalah rumah bagi dua tempat paling suci Islam, Makkah dan Madinah, dan keluarga Kerajaan Arab Saudi bertanggung jawab atas perwalian mereka dan memfasilitasi ziarah keagamaan di sana.

Dolkun Isa, presiden Kongres Uighur Sedunia atau WUC yang berbasis di Munich, Jerman, mengatakan China tidak hanya melakukan genosida terhadap Muslim Uighur, tetapi juga telah menyatakan perang terhadap Islam.

“Benar-benar tidak dapat diterima bahwa para pemimpin dunia Muslim akan duduk dengan diktator China di panggung yang sama dan hanya berbicara tentang bisnis dan kerja sama dengan menutup mata terhadap serangan China terhadap Islam,” katanya kepada Radio Free Asia (RFA).

Gheyyur Qurban, direktur kantor WUC di Berlin mengatakan negara-negara seperti Arab Saudi dan Iran tidak hanya tetap diam atas genosida Uighur, tetapi juga mendukung posisi pemerintah China, bahkan di PBB dengan mengorbankan sesama Muslim Uighur.

“Sangat mengecewakan melihat para pemimpin Saudi yang mengaku sebagai Pelindung Dua Kota Suci [Islam] menerima Xi Jinping, pelaku utama genosida Uighur, dengan upacara sombong dan mengizinkannya mengadakan pertemuan puncak dengan para pemimpin Timur Tengah untuk memperluas infiltrasi dan pengaruh China di jantung dunia Islam,” katanya kepada RFA.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More