Setelah Keponakan, Giliran Saudari Khaemeni Dukung Aksi Protes
Rabu, 07 Desember 2022 - 23:07 WIB
TEHERAN - Seorang saudara perempuan dari Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ali Khamenei menyuarakan penentangannya terhadap rezim saudaranya. Ia pun meminta pasukan militer untuk bergabung dengan pengunjuk rasa "sebelum terlambat." Hal itu terungkap dari sebuah surat yang dibagikan oleh putranya pada Rabu (7/12/2022).
“Saya pikir sekarang tepat untuk menyatakan bahwa saya menentang tindakan saudara laki-laki saya dan saya mengungkapkan simpati saya kepada semua ibu yang berduka atas kejahatan rezim Republik Islam,” kata Badri Hosseini Khamenei dalam surat yang dibagikan di Twitter oleh putranya yang berbasis di Prancis, Mahmoud Moradkhani seperti dikutip dari Al Arabiya.
Ia juga meminta Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) untuk meletakkan senjata mereka.
“Pengawal Revolusi dan tentara bayaran Ali Khamenei harus meletakkan senjata mereka sesegera mungkin dan bergabung dengan rakyat sebelum terlambat,” bunyi surat bertanggal “Desember 2022” itu.
“Sebagai tugas kemanusiaan saya, berkali-kali saya membawa suara rakyat ke telinga saudara laki-laki saya Ali Khamenei beberapa dekade yang lalu. Namun, setelah saya melihat bahwa dia tidak mendengarkan dan melanjutkan cara (mantan Pemimpin Tertinggi Ruhollah) Khomeini dalam menekan dan membunuh orang yang tidak bersalah, saya memutuskan hubungan saya dengannya,” akunya.
Aksi protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun Mahsa Amini meninggal tiga hari setelah pingsan dalam tahanan polisi.
Demonstran telah menyerukan kejatuhan rezim dalam protes yang telah menjadi salah satu tantangan paling berani bagi Republik Islam Iran sejak didirikan pada tahun 1979.
“Rakyat Iran pantas mendapatkan kebebasan dan kemakmuran, dan pemberontakan mereka sah serta diperlukan untuk mencapai hak-hak mereka. Saya berharap untuk melihat kemenangan rakyat dan penggulingan tirani yang berkuasa di Iran segera,” kata surat itu.
“Saya percaya bahwa rezim Republik Islam Khomeini dan Ali Khamenei tidak membawa apa-apa selain penderitaan dan penindasan ke Iran dan rakyat Iran,” tambahnya.
Bulan lalu, pihak berwenang menangkap putri Badri Khamenei, Farideh Moradkhani, setelah dia menyatakan dukungannya untuk aksi protes dan meminta masyarakat internasional untuk memutuskan hubungan dengan Republik Islam.
Moradkhani mengkritik rezim di masa lalu dan ditangkap pada dua kesempatan terpisah – awal tahun ini dan pada 2018.
"Seperti semua ibu berkabung Iran, saya juga sedih berada jauh dari putri saya," kata Badri Khamenei dalam surat tersebut.
“Ketika mereka menangkap putri saya dengan kekerasan, jelas bahwa mereka menerapkan kekerasan ribuan kali lebih banyak kepada anak laki-laki dan perempuan tertindas lainnya yang menjadi sasaran kekejaman yang tidak manusiawi,” demikian bunyi surat itu.
Pasukan keamanan Iran telah membunuh ratusan orang dan menahan ribuan orang dalam protes tersebut, menurut kelompok hak asasi manusia.
“Saya pikir sekarang tepat untuk menyatakan bahwa saya menentang tindakan saudara laki-laki saya dan saya mengungkapkan simpati saya kepada semua ibu yang berduka atas kejahatan rezim Republik Islam,” kata Badri Hosseini Khamenei dalam surat yang dibagikan di Twitter oleh putranya yang berbasis di Prancis, Mahmoud Moradkhani seperti dikutip dari Al Arabiya.
Ia juga meminta Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) untuk meletakkan senjata mereka.
“Pengawal Revolusi dan tentara bayaran Ali Khamenei harus meletakkan senjata mereka sesegera mungkin dan bergabung dengan rakyat sebelum terlambat,” bunyi surat bertanggal “Desember 2022” itu.
“Sebagai tugas kemanusiaan saya, berkali-kali saya membawa suara rakyat ke telinga saudara laki-laki saya Ali Khamenei beberapa dekade yang lalu. Namun, setelah saya melihat bahwa dia tidak mendengarkan dan melanjutkan cara (mantan Pemimpin Tertinggi Ruhollah) Khomeini dalam menekan dan membunuh orang yang tidak bersalah, saya memutuskan hubungan saya dengannya,” akunya.
Aksi protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun Mahsa Amini meninggal tiga hari setelah pingsan dalam tahanan polisi.
Demonstran telah menyerukan kejatuhan rezim dalam protes yang telah menjadi salah satu tantangan paling berani bagi Republik Islam Iran sejak didirikan pada tahun 1979.
“Rakyat Iran pantas mendapatkan kebebasan dan kemakmuran, dan pemberontakan mereka sah serta diperlukan untuk mencapai hak-hak mereka. Saya berharap untuk melihat kemenangan rakyat dan penggulingan tirani yang berkuasa di Iran segera,” kata surat itu.
“Saya percaya bahwa rezim Republik Islam Khomeini dan Ali Khamenei tidak membawa apa-apa selain penderitaan dan penindasan ke Iran dan rakyat Iran,” tambahnya.
Bulan lalu, pihak berwenang menangkap putri Badri Khamenei, Farideh Moradkhani, setelah dia menyatakan dukungannya untuk aksi protes dan meminta masyarakat internasional untuk memutuskan hubungan dengan Republik Islam.
Moradkhani mengkritik rezim di masa lalu dan ditangkap pada dua kesempatan terpisah – awal tahun ini dan pada 2018.
"Seperti semua ibu berkabung Iran, saya juga sedih berada jauh dari putri saya," kata Badri Khamenei dalam surat tersebut.
“Ketika mereka menangkap putri saya dengan kekerasan, jelas bahwa mereka menerapkan kekerasan ribuan kali lebih banyak kepada anak laki-laki dan perempuan tertindas lainnya yang menjadi sasaran kekejaman yang tidak manusiawi,” demikian bunyi surat itu.
Pasukan keamanan Iran telah membunuh ratusan orang dan menahan ribuan orang dalam protes tersebut, menurut kelompok hak asasi manusia.
(ian)
tulis komentar anda