Panglima Tertinggi Garda Revolusi Janjikan Kuburan untuk Musuh-musuh Iran
Senin, 28 November 2022 - 22:01 WIB
TEHERAN - Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami memperingatkan Amerika Serikat (AS), Israel, dan negara-negara lain bahwa setiap upaya menabur perselisihan di Iran pada akhirnya akan menjadi bumerang dan menyebabkan kematian mereka sendiri.
Dia membuat pernyataan itu di timur kota Zahedan pada Minggu (27/11/2022), saat dia berbicara kepada 15.000 anggota milisi keamanan Basij.
“AS, Inggris, Israel, Jerman, Prancis, dan House of Saud semuanya mencoba memprovokasi ketegangan di Iran melalui media mereka yang memecah belah. Namun, bangsa ini sepenuhnya waspada. Musuh memiliki banyak mimpi buruk dan hidup dalam khayalan,” ujar Salami kepada anggota milisi.
Komandan tersebut menuduh Washington dan London khususnya, berusaha membangun kembali dominasi kolonial atas Iran.
Dia memperingatkan, “Upaya menyebabkan hasutan besar dan perang dunia ini akan berubah menjadi kuburan musuh."
“Amerika Serikat, yang telah memusnahkan puluhan juta orang dalam berbagai perang dan merupakan pengekspor alat penyiksaan dan senjata pemusnah massal, dan Inggris, yang telah melakukan pembantaian di seluruh dunia dan memiliki pola pikir kolonial, saat ini sedang berusaha merugikan bangsa Iran. Namun, mereka tidak akan pernah berhasil,” tegas dia.
Selama berbulan-bulan sekarang, Iran telah menyaksikan protes kekerasan, yang meletus atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita berusia 22 tahun yang ditangkap polisi moralitas Iran pada September karena diduga mengenakan jilbabnya “secara tidak benar”.
Mahsa Amini meninggal beberapa jam kemudian. Keluarga Amini percaya dia dipukuli sampai mati saat dalam tahanan.
Namun, pihak berwenang Iran bersikeras dia meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari operasi tumor otak jinak yang dia jalani ketika dia berusia delapan tahun.
Teheran menuduh musuh asing membajak dan mengarahkan protes, yang menyebabkan serangan mematikan terhadap fasilitas pemerintah dalam serangkaian insiden yang digambarkan pemerintah sebagai tindakan terorisme.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan awal bulan ini bahwa Washington berusaha membuat Iran tidak stabil dengan mendorong kerusuhan dengan kedok protes yang sah.
Dia menuding AS mengambil satu halaman dari buku pedoman yang digunakan di Libya dan Suriah, dua negara yang kini terjerumus ke dalam perang saudara.
Dia membuat pernyataan itu di timur kota Zahedan pada Minggu (27/11/2022), saat dia berbicara kepada 15.000 anggota milisi keamanan Basij.
“AS, Inggris, Israel, Jerman, Prancis, dan House of Saud semuanya mencoba memprovokasi ketegangan di Iran melalui media mereka yang memecah belah. Namun, bangsa ini sepenuhnya waspada. Musuh memiliki banyak mimpi buruk dan hidup dalam khayalan,” ujar Salami kepada anggota milisi.
Komandan tersebut menuduh Washington dan London khususnya, berusaha membangun kembali dominasi kolonial atas Iran.
Dia memperingatkan, “Upaya menyebabkan hasutan besar dan perang dunia ini akan berubah menjadi kuburan musuh."
“Amerika Serikat, yang telah memusnahkan puluhan juta orang dalam berbagai perang dan merupakan pengekspor alat penyiksaan dan senjata pemusnah massal, dan Inggris, yang telah melakukan pembantaian di seluruh dunia dan memiliki pola pikir kolonial, saat ini sedang berusaha merugikan bangsa Iran. Namun, mereka tidak akan pernah berhasil,” tegas dia.
Selama berbulan-bulan sekarang, Iran telah menyaksikan protes kekerasan, yang meletus atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita berusia 22 tahun yang ditangkap polisi moralitas Iran pada September karena diduga mengenakan jilbabnya “secara tidak benar”.
Mahsa Amini meninggal beberapa jam kemudian. Keluarga Amini percaya dia dipukuli sampai mati saat dalam tahanan.
Namun, pihak berwenang Iran bersikeras dia meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari operasi tumor otak jinak yang dia jalani ketika dia berusia delapan tahun.
Teheran menuduh musuh asing membajak dan mengarahkan protes, yang menyebabkan serangan mematikan terhadap fasilitas pemerintah dalam serangkaian insiden yang digambarkan pemerintah sebagai tindakan terorisme.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan awal bulan ini bahwa Washington berusaha membuat Iran tidak stabil dengan mendorong kerusuhan dengan kedok protes yang sah.
Dia menuding AS mengambil satu halaman dari buku pedoman yang digunakan di Libya dan Suriah, dua negara yang kini terjerumus ke dalam perang saudara.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda