Terlalu Banyak Pasok Senjata ke Ukraina, AS Khawatir Sulit Bantu Taiwan
Senin, 28 November 2022 - 14:37 WIB
WASHINGTON - Otoritas Amerika Serikat (AS) khawatir bahwa pasokan senjata besar-besaran ke Ukraina dapat menyebabkan defisit dalam rencana jangka panjang Washington untuk mempersenjatai Taiwan.
Washington merasa perlu mempersenjatai Taiwan di tengah meningkatnya ketegangan pulau itu dengan China.
Pada Desember lalu, backlog pengiriman untuk Taiwan lebih dari USD14 miliar, dan sejak itu berkembang menjadi USD18,7 miliar. Hal itu dilaporkan Wall Street Journal pada hari Minggu (27/11/2022), mengutip pejabat pemerintah dan Kongres Amerika.
Sumber-sumber AS mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa 208 senjata anti-tank Javelin yang dipesan pada Desember 2015, serta 215 rudal surface-to-air Stinger yang dipesan pada tahun yang sama, belum tiba di pulau Taiwan.
Perusahaan pertahanan, termasuk Lockheed Martin Corp dan Boeing Co telah menunjukkan bahwa ada kemunduran produksi bahkan sebelum Rusia memulai invasinya ke Ukraina, sebagian karena masalah rantai pasokan akibat pandemi Covid-19.
Pada saat yang sama, lanjut laporan Wall Street Journal, baik Departemen Luar Negeri AS maupun Pentagon tidak mengakui backlog dalam hal pengiriman ke Taiwan.
The New York Times melaporkan pada hari Sabtu pekan lalu bahwa 20 puluh dari 30 anggota NATO telah kehabisan potensi mereka dalam hal pasokan senjata ke Ukraina.
Ketika Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina pada bulan Februari, persediaan senjata dari banyak negara NATO hanya sekitar setengah dari yang seharusnya. Hal itu diungkap seorang pejabat NATO kepada New York Times.
Washington merasa perlu mempersenjatai Taiwan di tengah meningkatnya ketegangan pulau itu dengan China.
Pada Desember lalu, backlog pengiriman untuk Taiwan lebih dari USD14 miliar, dan sejak itu berkembang menjadi USD18,7 miliar. Hal itu dilaporkan Wall Street Journal pada hari Minggu (27/11/2022), mengutip pejabat pemerintah dan Kongres Amerika.
Sumber-sumber AS mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa 208 senjata anti-tank Javelin yang dipesan pada Desember 2015, serta 215 rudal surface-to-air Stinger yang dipesan pada tahun yang sama, belum tiba di pulau Taiwan.
Perusahaan pertahanan, termasuk Lockheed Martin Corp dan Boeing Co telah menunjukkan bahwa ada kemunduran produksi bahkan sebelum Rusia memulai invasinya ke Ukraina, sebagian karena masalah rantai pasokan akibat pandemi Covid-19.
Pada saat yang sama, lanjut laporan Wall Street Journal, baik Departemen Luar Negeri AS maupun Pentagon tidak mengakui backlog dalam hal pengiriman ke Taiwan.
The New York Times melaporkan pada hari Sabtu pekan lalu bahwa 20 puluh dari 30 anggota NATO telah kehabisan potensi mereka dalam hal pasokan senjata ke Ukraina.
Ketika Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina pada bulan Februari, persediaan senjata dari banyak negara NATO hanya sekitar setengah dari yang seharusnya. Hal itu diungkap seorang pejabat NATO kepada New York Times.
tulis komentar anda