Meski Menghuni Gubuk Reyot, Awaluddin Tetap Ikhlas Mencari Rezeki Halal

Jum'at, 19 Desember 2014 - 13:53 WIB
Meski Menghuni Gubuk Reyot, Awaluddin Tetap Ikhlas Mencari Rezeki Halal
Meski Menghuni Gubuk Reyot, Awaluddin Tetap Ikhlas Mencari Rezeki Halal
A A A
DELISERDANG - Banyak orang menyebut Indonesia sebagai Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi, kaya sumber daya alam. Penduduknya makmur sejahtera. Itu kan hanya kata orang-orang saja, hanya cerita-cerita saja.

Buktinya di negeri ini masih ada warganya yang hidup sungguh-sungguh sangat memprihatinkan. Adalah pasangan suami istri (pasutri) Awaluddin Sembiring, 38; dan Irmayani, 21, bertahun-tahun tinggal di gubuk reyot terbuat dari tepas. Hunian tidak layak ini berada di bantaran Sungai Gang, Setia Budi Ujung, Desa Tumpatan, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang.

Mereka terpaksa menempati gubuk reyot itu karena tidak ada biaya untuk mengontrak rumah layak. Gubuk itu berada di bibir sungai. Mirisnya gubuk itu ternyata hanya berjarak sekitar 100 meter dari perumahan mewah Kompleks Karyawan Angkasa Pura II Bandara Internasional Kualanamu (KNIA).

"Saya tidak mampu mengontrak rumah, makanya kami buat gubuk bertepas ini. Saya sudah enggak kerja lagi," ujar Awaluddin yang juga mantan buruh yang di-PHK saat ditemui di rumahnya, kemarin.

Sedihnya lagi, tanah lahan tempat berdirinya gubuk yang mereka tempati itu nyaris longsor karena posisinya tepat di atas bantaran sungai yang mengalami abrasi. Gubuk yang ditempati pasutri itu berukuran relatif kecil terbuat dari tepas bambu, berlantai tanah, tidak ada kamar mandi apalagi dapur.

Awaluddin mengaku sudah setahun ini hanya bekerja sebagai buruh kasar. Dengan penghasilan sebagai buruh kasar, dia tidak mampu mengontrak rumah. Apalagi uang kontrakan terus naik. Dengan kondisi itu, terpaksa Awaluddin membangun gubuk bertepas dengan uang seadanya.

"Dulunya kami pernah mengontrak rumah di Desa Pasar V Kebun Kelapa, tetapi sewanya semakin mahal, dan saya tidak sanggup. Jadinya saya buat gubuk dan saya tempati bersama istri saya," ungkapnya.

Awaluddin dan istrinya meneteskan air mata saat ditanya apakah selama ini ada perhatian pemerintah. "Belum pernah kami mendapat bantuan, seperti programprogram yang diluncurkan Presiden Jokowi maupun pemkab. Raskin, Jamkesda ataupun PSKS tak pernah kami dapat,” ujar Awaluddin dengan suara parau.

Meski kondisi ekonomi yang serba sulit, Awaluddin mengaku tetap tegar dan sabar mencari nafkah dengan jalan yang ikhlas. "Walaupun paspasan, saya tetap tegar menjalani hidup ini. Demi anak saya yang ada di dalam kandungan istri saya," ucapnya.

Air mata Awaluddin dan istrinya kembali menetes saat disinggung bagaimana dengan biaya persiapan kelahiran anak mereka. "Ya belum tahu bang. Mudah-mudahan ada jalan," ujarnya, penuh harap.

Kepala Desa Tumpatan, Supardi, mengatakan, Awaluddin Sembiring bukan merupakan warganya. Jadi, harus menjadi pertimbangan jika pemerintah mengambil atas gubuk tepas yang ditempatinya. "Dia (Awaluddin) itu warga Pasar V Kebun Kelapa. Kalau hidup dia seperti itu, karena dia itu malas bekerja," ucapnya.

Sementara itu, Camat Beringin, Batara R Harahap, mengatakan, akan mencoba mengecek keberadaan status tanah yang ditempati Awaluddin Sembiring. "Kita cek dulu dia menempati tanah siapa, keluarga ada memiliki tanahnya atas nama sendiri apa tidak. Nanti saya cek, akan saya hubungi kadesnya," ujarnya.

M Andi Yusri
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4595 seconds (0.1#10.140)